MENJUAL DIRI
“Pada
dasarnya semua Manusia adalah seorang Penjual, apapun Profesinya”
Sepintas judul di atas berasumsi negatif. Mengingat
selama ini di masyarakat kita, ketika berbicara menjual diri berarti melacur.
Tetapi coba kita cermati lebih dalam dengan kalimat ini, bahwa menjual diri
artinya menjual kemampuan diri kita untuk kemudian di bayar dengan nilai rupiah
tertentu atau mendapat penghargaan tertentu.
Sebelum dipilihnya Uang sebagai alat tukar, jaman
dahulu untuk mendapatkan barang atau produk harus melakukan tukar menukar
barang atau lebih dikenal dengan istilah “Barter” dengan kesepakatan sesuai
kebutuhan kedua belah pihak, contoh si A mempunyai beras dan butuh sarung untuk
selimut, sementara si B mempunyai sarung dan butuh beras untuk makan, maka
kedua belah pihak bisa melakukan barter dengan kesepakatan beras ditukar dengan sarung.
Seiring perkembangan zaman, ilmu dan technologi,
maka di cetaklah uang sebagai alat untuk pembayaran, baik untuk membeli barang
atau sebagai alat pembayaran upah atau gaji. Zaman semakin berkembang, industri
mulai bermunculan dimana-mana. Tenaga kerja mulai di butuhkan dan dihargai oleh
pemilik perusahaan. Profesipun mulai mendapat pengakuan. Mulai dari Guru,
Pengacara, Jaksa, Hakim, Pilot, Dokter, Artis, Atlet, dll. Bukan sekedar
pengakuan tetapi tingkat penghargaan dan kesejahteraannya pun mulai di
perhatikan dan diperhitungkan.
Dari sekian Profesi yang penulis sampaikan di atas
seolah tak satupun yang melakukan transaksi penjualan. Benarkah ? Apakah hanya
pedagang saja yang melakukan penjualan ?
Dan, kata menjual seolah-olah hanya di dominasi oleh para pedagang, Sales, Marketing, agen dan calo. Sebagai contoh Pedagang bakso menjual bakso semangkuk Rp. 10.000,-, Penjual Sepatu menjual sepasang sepatu Rp. 150.000,- dan seterusnya. Apakah benar menjual hanya dilakukan oleh para pedagang, sales dan marketing ? tentu saja tidak. Profesi yang lain seperti Pekerja/Karyawan, Guru, Pengacara, Jaksa, Dokter, dll sebenarnya secara tidak langsung melakukan transaksi penjualan.
Mereka menjual kemampuan dan keahliannya kepada pihak lain untuk di bayar dengan sejumlah uang juga. Contoh Karyawan menjual tenaga dan keahliannya kepada perusahaan untuk di bayar/digaji sesuai dengan peraturan perusahaan atau kesepakatan kedua belah pihak, Guru menjual kemampuannya untuk mengajar kepada para siswa untuk di bayar dengan Gaji bulanan oleh pemerintah atau yayasan, Dokter menjual sistem pengobatan dan sekaligus obatnya kepada para pasien, Pengacara menjual pembelaannya kepada kliennya, dan seterusnya. Jadi pada dasarnya kita menjual kemampuan dan keahlian kita untuk mendapatkan bayaran tertentu.
Nah, mengingat bahwa setiap kita adalah penjual, maka sudah semestinya kita menggali kemampuan, keahlian, kegemaran, hobby, dan semua yang berkaitan dengan potensi kita untuk digali dan dijual untuk mendapatkan penghasilan, baik penghasilan utama atau penghasilan kedua, ketiga atau keempat. Seharusnya setiap kita tidak membatasi diri dengan hanya menjual kemampuan tenaga kita untuk di bayar dengan sejumlah uang tertentu di perusahaan atau instansi tempat bekerja saja. Sangat di sayangkan ketika keahlian kita yang lain dibiarkan terkubur dalam-dalam begitu saja, sementara Alloh SWT memberikan keahlian itu untuk dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan diri kita, keluarga dan masyarakat.
Jika di cermati dan bahkan disurvey, sebagian dari kita saat ini mempunyai pekerjaan atau profesi yang tidak sesuai dengan cita-cita, latar belakang pendidikan dan bahkan potensi atau keahlian yang dimiliki sebelumnya. Sebagian mungkin terpaksa menjadi dan menjalani pekerjaannya karena perjalanan hidup yang terus mengalir dan akhirnya harus memilih kondisi ini karena sebuah kebutuhan yang harus di penuhi meskipun terkadang tidak sesuai dengan keinginan, kenyamanan kerja atau bahkan tidak sesuai dengan hati nurani.
Saat ini mulai marak entrepreneur-enterpreneur muda yang sukses. Mereka mengawali usahanya saat mereka masih menjabat sebagai seorang karyawan, PNS atau pegawai lainnya. Biasanya usahanya dirintis karena gajinya atau honornya tidak mencukupi untuk kebutuhan hidupnya.
Pada awalnya hanya sebagai penghasilan tambahan saja, seiring dengan kemajuan usahanya bahkan akhirnya mereka harus memilih untuk tetap bekerja dengan melakukan usaha sampingan atau memutuskan untuk resign dari pekerjaan dan full time di usahanya.
Situasi inilah hal tersulit untuk menentukan pilihan, mengingat jika
sebagai karyawan atau pegawai mempunyai gaji tetap dan jelas penghasilan
perbulannya, sementara jika memilih full time usaha meski kadang mendapat
penghasilan yang besar dan tak terduga, suatu saat harus bersiap dengan
berkurangnya penghasilan karena menurunnya omset dan faktor –faktor lainnya.
Berani saja tidak cukup, karena berani juga butuh perhitungan. Tetapi terlalu banyak pertimbangan juga membuat kita tidak berani melangkah kemana-mana.
Sementara mereka yang siap dan berani nyemplung di
samudera rejeki dengan perhitungan tentunya, maka Alloh SWT sudah siapkan rejeki itu ada dimana-mana. Tinggal bagaimana kita
menggali dan mengeluarkan seluruh kemampuan, keahlian dan potensi kita untuk
menjemput rejeki itu.
Masih ingatkah anda dengan testimony seorang remaja
yang terbawa arus banjir karena menolong menyebrangkan sepeda motor dan
akhirnya harus terbawa arus banjir beberapa waktu lalu ? (saat itu sering di
tayangkan disalah satu Stasiun Televisi Nasional), dan bahkan saat di wawancara
dengan pertanyaan : “ Apakah Anda bias berenang ?” …….spontan dia menjawab :
“Tidak bisa!” ……….wartawan kembali bertanya :” Lalu apa yang bisa membuat Anda
bisa selamat ?” …………Dengan lugu dia menjawab : “ Saat saya tenggelam, yang
terpikir di benak saya hanya terus bergerak dan muncul ke permukaan air agar
tetap hidup, dan akhirnya ada teman saya yang melemparkan kayu untuk pegangan
saya” (#Kejadian Nyata saat terjadi banjir bandang di Bekasi#)
Sekelumit kisah nyata diatas mungkin bisa kita jadikan renungan, bahwa selama kita terus bergerak, berusaha maksimal dengan kemampuan, keahlian dan potensi yang kita miliki serta senjata Do’a tentunya, Insya Alloh kita tidak akan tenggelam dalam arus samudera kehidupan ini.
Karena dengan pergerakan kita, Alloh SWT
dan orang-orang di sekitar kita akan melihat pergerakan itu dan kayu penolong
itupun akan datang menghampiri kita, karena sehebat apapun diri kita, Pasti
kita memerlukan orang lain dalam setiap aktifitas dan usaha kita.
Penulis tidak bermaksud untuk memberikan arahan agar Anda keluar dari pekerjaan dan memulai usaha baru, tidak sama sekali, itu namanya bunuh diri.
Tetapi penulis mengajak untuk sama-sama kita menggali potensi apa yang ada dalam diri kita dan bisa kita jual untuk mendapatkan penghasilan meskipun Anda masih bekerja. Contoh sederhana, teman saya seorang Guru dan kebetulan istrinya juga seorang guru, di rumahnya membuka bimbel dan les privat waktunya sore sampai malam sepulang beliau mengajar di sekolah.
Awalnya hanya di rumahnya saja, kemudian sewa rumah di sebelahnya khusus untuk
kegiatan bimbel dan privat, Alhamdulillah saat ini rumah tersebut sudah di
belinya dan bimbelnya semakin maju.
Belajar berenang tidak bisa hanya dilakukan di dalam kelas, meskipun yang mengajar seorang pelatih nasional sekalipun, kalau tidak praktek ke kolam atau ke sungai, sampai kapanpun tidak akan bisa berenang.
Cara paling efektif dan cepat adalah datang ke kolam renang ajak pembimbing atau pemandu yang bisa mengarahkan cara berenang, nyemplung ke kolam dan bergerak untuk tidak tenggelam.
Begitu juga bisnis, tidak bisa hanya dengan teori dan
perhitungan-perhitungan matematika, tetapi harus terjun langsung memulai usaha
tersebut, tentunya dengan bimbingan orang yang sudah lebih dulu terjun ke dunia
usaha tersebut dan berhasil. Jangan mudah tergiur dengan janji-jani investasi
yang untung besar cepat dan mudah, karena semua orang sukses dan orang besar di
dunia ini sebelumnya telah melalui berbagai macam cobaan, ujian, kesakitan,
kemiskinan, kebangkrutan dan kesulitan lainnya yang membuat mereka bangkit
bergerak dengan seluruh daya upaya dan potensi dalam diri mereka untuk keluar
dari kesulitan tersebut dan akhirnya berhasil dan sukses, semua melalui proses
yang panjang.
Selamat menjual diri untuk menjemput rejeki !
#Day22desAISEIWritingChallenge
terima kasih, pak, tulisannya menginspirasi, :)
BalasHapusMembaca tulisan ini membuat saya teringat saat internet Bekerja pertama kali. Salah satu orang yg menginterview saya menyatakan "ayo langsung jualan diri kamu"..
BalasHapusSemua orang berusaha Menjalankan. Menjalankan dalam arti yang luas. Hebat Sekali tulisannya kang
Terus bergerak, nanti akan ada jalan yang terbuka. Trima kasih ilmunya kang
BalasHapus