BIM Berbagi

BIM Berbagi

Rabu, 14 Oktober 2020

ASAH GERGAJI

 


Yang pernah baca buku The Seven Habits karangan Stephen Covey pasti ingat istilah Mengasah gergaji. Ya .... ini adalah kebiasaan ke-7 setelah 6 kebiasaan sebelumnya yaitu jadilah pribadi yang proaktif, tetapkan target di awal, kerjakan yang prioritas, Selalu memikirkan cara yang saling menguntungkan, Berusaha memahami dulu baru dimengerti, wujudkan sinergi.

Tentu, sudah banyak yang menulis dan mengupas mengenai hal ini, khususnya point mengasah gergaji. Namun tak ada salahnya saya mencoba mengingatkan kembali teman-teman pembaca yang Budiman, barangkali kita lupa untuk mengasah gergaji kita, bukan gergaji beneran lho, tapi istilahnya mengasah potensi yang ada dalam diri kita.

Istilah mengasah gergaji yang sesungguhnya tentu untuk para penebang pohon atau tukang kayu. Jika dia bekerja terus menerus tanpa mengasah gergajinya, maka dia akan sangat kelelahan, karena makin di pakai gergaji akan makin tumpul, makin tumpul kerja makin capek, meskipun dia menambah jam kerjanya, gantian sama yang lain saat menggergaji, tapi produktifitasnya akan jauh di bawah tukang kayu yang secara rutin mengasah gergajinya.

Mengasah gergaji (menggali potensi) setiap profesi tentu berbeda-beda, begitupun jika terkait dengan kegiatan, agenda, tujuan, hobby dan lain-lain. 

Nah khusus untuk kita para penulis pemula saya singkat KOPRAL (KOmunitas Penulis Rada ALay)
hehehe ..... Soalnya di awal nulisnya boleh bebas apa aja, yang penting nulis, jadi rada alay nulisnya .....

Kembali ke laptop atau HP Anda, .....istilah mengasah gergaji untuk penulis pemula seperti saya, mau tidak mau, suka tidak suka harus menjalani hal-hal seperti di bawah ini :
1. Rajin baca buku, baca berita (update info), atau paling praktis buka mbah Google, semua tersedia di situ.
2. Menulis setiap saat bukan setiap hari, karena mood kita kadang ganti-ganti, jadi jadwal menulis nggak bisa di patok, mesti pagi, mesti siang atau mesti malam. Tapi kita sesuaikan dengan kondisi kita, jadwal harian kita seperti apa, di sela-sela kesibukan itu, ada kesempatan nulis langsung nulis. lihat anak tidur di foto di bikin tulisan, lihat mobil lewat di foto di bikin tulisan, lihat Abang somay lewat beli terus di foto di bikin tulisan sambil di makan somaynya.....hehehe. Kalau semua obyek bisa kita bikin tulisan, maka setiap saat kita akan bisa menulis, di manapun, kapanpun dalam kondisi bagaimanapun (Terpaksa atau di dipaksa kata pak Ilham Pambudi). Untuk pemula seperti saya yang penting nulis dulu, soal kwalitas jangan di bikin pusing dulu, berjalannya waktu nanti kwalitas akan mengikuti. Insya Alloh.
3. Ikut seminar, pelatihan-pelatihan menulis baik offline maupun online, (termasuk yang di adakan Om Jay dan Kak Dea).
4. Gabung di komunitas para penulis seperti AISEI atau yang lainnya dan aktif di group, berkunjung ke blog temen dan kasih jejak komentar, jangan maunya Blog kita di kunjungi orang lain dan di komentari, tapi kitanya nggak pernah berkunjung apalagi komentar di blog orang lain.....hehehe .... (nyindir diri sendiri).
5. Jangan malu bertanya. Namanya juga pemula pasti ada Trail and errornya. Seperti saya selalu tanya-tanya ke Pak Ridwan Nurhadi selaku mentor dekat saya.

Okey, selamat mengasah gergaji, semoga makin memudahkan kerja dan karya-karya kita.

Salam literasi

#Day9AISEIWritingChallenge

SATMERBAK

 

SATMERBAK, sebagian pembaca saya yakin banyak yang belum tau, apa itu SATMERBAK ? saya pun mengenal istilah ini atau lebih tepatnya singkatan ini baru beberapa bulan terakhir ini setelah membaca sebuah brosurternyata SATMERBAK itu singkatan dari Sekolah Alam Tangerang MEkaR BAKti, lokasinya terletak di Kampung Jawa Ringan, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Bersebelahan dengan Perumahan Graha Gardenia 1 Citra Raya Tangerang, Sekitar 5 kilometer dari Gerbang Citra Raya Tangerang.

Ooo.... Ternyata Sekolah Alam yang lagi Viral beberapa tahun terakhir ini. Rasa penasaran saya tentang sekolah ini dan konsepnya seperti apa membuat saya mencoba datang langsung ke Sekolah Alam Tangerang Mekarbakti (selanjutnya saya sebut SATMERBAK).

Seperti tampak pada Foto di atas, itu hanya satu sudut kecil dari sekolah alam ini, karena luas area sekolah ini kurang lebih 1 hektar, cukup luas untuk area sekolah yang lebih mengutamakan pembelajaran di luar ruangan. 

Memasuki gerbang SATMERBAK, tak seperti sekolah-sekolah pada umumnya, ada gapura atau ornamen yang lain. Justru begitu masuk ke area sekolah ini, mendadak suasana hati berubah, seolah-olah sedang masuk ke area Taman bermain atau mirip-mirip dengan tempat wisata keluarga, Benar-benar terasa ada sensasi tersendiri, suasana hati menjadi lebih tenang, damai, nyaman, santai dan lebih fresh.

Ini bukan hiperbola, tapi benar-benar nyata sesuai dengan apa yang saya rasakan saat memasuki area SATMERBAK. Memandang area Sekolah yang asri terasa begitu damai, beberapa bangunan kelas berbentuk rumah-rumah adat dan saung-saung yang terpisah antara rumah satu dan rumah lainnya, membayangkan anak-anak begitu cerianya jika belajar di tempat ini.

Saya mencoba menemui pihak Pendiri dan pengelola sekolah untuk bertanya lebih detail tentang visi dan misi sekolah Alam ini. Alhamdulillah, akhirnya rasa penasaran saya terjawab sudah setelah berbincang-bincang dengan Bapak Haji Ika Junika, salah satu Pendiri SATMERBAK.

Beliau (Pak Haji Ika) menjelaskan panjang lebar tentang Visi dan misi sekolah Alam ini, bahwa visi dari sekolah ini adalah "Mencetak Generasi Unggul Yang Berkarakter dan Berbudaya".  Jenjang pendidikan di SATMERBAK terdiri dari PG, TK, SD, SMP dan SMA yang berfokus pada pembangunan mental dan karakter dengan sifat taqwa, mandiri dan kreatif (berbasiskan pada pengembangan minat-bakat secara alami dan berproses).

Panjang lebar pak Haji Ika menjelaskan tentang konsep sekolah alam ini, dan saya mendengarkan dengan penuh antusias waktu itu, apalagi ngobrolnya di temani kopi pahit dan ubi cileumbu yang manisnya khas bikin ketagihan. 

Obrolan kami di tutup dengan pesan beliau bahwa pendidikan karakter itu bukan hanya tugas dan tanggung jawab pihak sekolah saja, tetapi harus ada kerja sama antar pihak sekolah dengan orangtua siswa dan ini menjadi perhatian khusus di Sekolah alam ini.

Konsep pendidikan yang unik dan menarik karena 40% proses belajar mengajar di ruang kelas (rumah adat), 60% nya di luar ruangan, di lapangan, di kebun sambil melakukan observasi, seragam sekolahpun tidak wajib ada di sekolah ini, kelas 1 sampai kelas 3 masih dengan konsep Belajar sambil bermain karena itu dunia mereka, kelas 4 SD ke atas baru karakter mandiri itu benar-benar muncul dengan alami.

Buat saya hanya satu kata untuk Bapak-ibu yang sedang bingung cari sekolah "RECOMENDED".

Kang Mul Jozz

Sudah Siap Nak ?

   Dokumentasi Latansa DPW PKS Banten Beberapa waktu lalu di Group WA kader dishare pengumuman tentang akan dilaksanakannya Latansa (pelatih...