BIM Berbagi

BIM Berbagi

Kamis, 24 Juni 2021

Cara Melepas Ketergantungan Game online untuk anakku

                        Foto hanya ilustrasi

"Afnan, sudah mas main gamenya" setengah berteriak istriku memanggil anak ketiga kami, laki-laki satu-satunya anak kami. Karena ketiga saudaranya perempuan semua.

"Ya sebentar lagi mi" jawab Afnan sambil terus memainkan free Fire di tangannya. Permainan game online yang di gandrungi anak-anak seusianya sampai anak-anak remaja bahkan orang dewasa.

"Sudah lewat waktu main HP nya ya, berhenti nggak" suara istriku makin keras berusaha menghentikan keasyikan anak laki-lakinya memainkan permainan yang memacu adrenalin itu.

"Iya-iya sebentar, dikit lagi" pinta Afnan mencoba bernegosiasi meminta tambahan waktu.

"Stop nggak ?" Sambil mendekat istriku mengeluarkan jurus pamungkasnya untuk menghentikan permainan syetan itu. ....ih sadis amat, sampai di bilang permainan syetan ?

Kami sekeluarga sepakat bahwa game online semacam Mobile Legend, Free Fire, PUPG dan sejenisnya adalah permainan syetan yang harus di jauhi, karena benar-benar melalaikan. Lalai dengan belajar, lalai sholat, lalai pekerjaan dan lalai segala hal. 

Makanya saat ada seorang pejabat yang menggalakkan turnamen Mobile Legend, kami heran, "koq ada ya pejabat yang berpikir seperti itu, apa tidak memikirkan dampak negatifnya ke anak-anak dan generasi muda kita ?".

Dengan kejadian ribut-ribut antara anak dan orangtua karena masalah game online, menuntut kami berpikir, bagaimana caranya menghentikan atau setidaknya mengurangi anak-anak main game online yang melalaikan itu ?

Akhirnya tercetuslah peraturan penggunaan HP. Diantara peraturan yang kami sepakati adalah :
1. Anak-anak belum dibelikan HP atau tidak boleh memiliki HP sebelum mempunyai penghasilan sendiri.
2. Jika ingin memainkan HP, boleh meminjam HP Abi atau HP Ummi dengan beberapa ketentuan :
a. Afnan sebagai anak laki-laki, bisa pinjam HP Abi Jika sholat 5 waktu (Isya, Subuh, Dhuhur, Ashar dan Maghrib) sholat di masjid. Jika absen salah satu (tidak di masjid), maka hari itu tidak boleh meminjam HP Abi.
b. Jika mau meminjam HP Ummi, maka harus membaca 2 halaman terakhir bacaan Iqro nya atau buku Irsyadul 'ibad karya pak Nana Sumarna, SPd.I atau setoran hafalan surat juz 30.
c. Kakak Nadya yang sedang liburan dari Pondok Pesantren, boleh meminjam HP Abi setelah membantu Ummi menyelesaikan pekerjaan rumah seperti : memasak, mencuci piring, mencuci baju, menyetrika, nyapu atau ngepel.
d. Kakak Nadya boleh meminjam HP Ummi setelah selesai setoran hafalan minimal 1/2 juz atau tilawah minimal 1 juz.
e. Jika ketentuan itu tidak di lakukan atau persyaratan itu tidak di laksanakan, maka hari itu tidak ada yang boleh meminjam HP.

Deal !
Alhamdulillah, dengan kesepakatan itu kami sedikit bernafas lega setelah sebelumnya kami harus berpikir keras, bagaimana cara untuk mengurangi ketergantungan anak bermain HP saat liburan sekolah dan pesantren.

Ya .... Yang usia SD kecanduan game online, yang SMP  dan SMA kecanduan IG dan aplikasi sejenis tiktok dan lain-lain yang mereka merasa terhibur dengan memainkan media-media itu.

Zaman memang sudah berubah dan sekarang serba canggih, tak mungkin juga kita memproteksi anak-anak kita untuk tidak menggunakan benda modern itu, tugas kita sebagai orangtua adalah memandu mereka agar tidak terjebak dalam euforia kecanggihan teknologi dan melupakan kewajiban dasar sebagai manusia yang beriman untuk ibadah, bersosialisasi dan melaksanakan tugas yang semestinya dilakukan.

Selamat bereksperimen untuk mengatur penggunaan Handphone pada anak-anak Anda. Tentu akan lebih berat ketika anak-anak Anda sudah Anda berikan HP satu-satu dan disediakan WiFi unlimited.

"Sesungguhnya semua bayi dalam keadaan fitrah/suci (beriman kepada Allah), orangtuanya lah yang membuat dia Yahudi, Nasrani atau majusi” (Al-Hadits)

Kang Mul Jozz
Relawan Literasi Tangkab

Minggu, 13 Juni 2021

Takut Salah Tulis

                    Silahkan terjemahkan sendiri

Suatu ketika seorang teman bertanya, "kamu kader PKS kan ?"

"Iya" jawabku singkat

"Kenapa koq nggak pernah nulis tentang PKS, atau setidaknya memberitakan hal tentang PKS ?"

"Justru itu yang kutakutkan, aku takut salah tulis tentang PKS atau aku takut jika orang sudah tau kalau aku kader PKS, nanti kalau aku salah tulis atau salah sikap soal postingan-postinganku si medsos nanti khawatir orang menilai kesalahanku dihubungkan dengan PKS, padahal itu kesalahanku pribadi" jelaskan agak panjang.

"Makanya nulisnya yang bagus-bagus, bersikapnya yang baik-baik jangan sampai ada kesalahan" tegas temanku itu.

"Iya bang, tau kalau soal itu mah, tapi namanya manusia kan suatau ketika bisa aja salah, kita bukan Malaikat, bisa aja terpeleset kesalahan" jawabku diplomatis.

"Ya harus hati-hati, jangan sampai salah lah !" Cecarnya.

"Ya Allah Bang, namanya juga manusia biasa nggak mungkin lah bener terus, lurus terus, terkadang belok juga. Nah pas salah itulah saya khawatir kesalahan itu mencemarkan nama baik PKS, aku nggak mau itu terjadi Bang. itu dalam rangka menjaga nama baik PKS" kembali ku jelaskan apa yang ku maksud soal siakpku selama ini.

"Okey dech masuk akal. Tapi kalau bukan kader PKS yang memberitakan soal PKS, bukan kader PKS yang mempublikasikan sepak terjang PKS ke media sosial biar masyarakat juga tau tentang PKS, siapa lagi ?" Akhir pertanyaan temanku ini seolah menusuk ke jantung dan "makjleb".

Akhirnya harus ku akui logika temanku ini benar, kalau bukan Kader PKS yang memberitakan soal PKS, siapa lagi ?


Kang Mul Jozz
Relawan Literasi Kabupaten Tangerang

Sudah Siap Nak ?

   Dokumentasi Latansa DPW PKS Banten Beberapa waktu lalu di Group WA kader dishare pengumuman tentang akan dilaksanakannya Latansa (pelatih...