BIM Berbagi

BIM Berbagi

Kamis, 19 November 2020

JEMBATAN


Saat melihat foto ini, saya teringat masa kecil dulu. Memang untuk berangkat sekolah tidak se extrim di foto itu, harus sebrangi sungai yang deras dan tentu saja ini bertaruh nyawa. Apakah masih ada kondisi seperti ini di Indonesia ? Tentu saja masih ada. 

Kalau saja pemangku jabatan lebih  berpihak dan memprioritaskan kepada pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan rakyatnya, aksesnya akan di permudah, kondisi seperti ini tidak akan ada lagi di negri yang katanya gemah Ripah loh jinawi ini.

Dulu saat SD kelas 1 sampai kelas 3 akses rumah saya ke sekolahan sangat dekat, tapi ada anak sungai kecil yang harus saya lewati, dan di situ belum ada jembatan penghubung. Saat musim kemarau aman, namun saat musim hujan saya dan teman-teman cukup khawatir jika terjadi banjir, meskipun sangat jarang.

Biasanya jika terjadi banjir, kami harus memutar jalan, yang jika di ukur bisa 4 kali lipat jarak tempuhnya dengan jalur biasanya. Jadi harus pagi-pagi berangkatnya.

Berjalannya waktu, ada inisiatif dari warga dusun untuk membangun jembatan penghubung menggunakan bambu. Warga dusun termasuk orangtua saya, bahu membahu menyukseskan program ini. 

Karena akses ini bukan hanya untuk dusun kami saja, di belakang dusun kami, ada dusun-dusun yang lain yang juga melewati jalur ini, ada sekitar 4 dusun lagi yang biasa melalui jalur ini.

Seingat saya, yang kerja bakti waktu itu kerjasama 2 dusun, Ngadipiro kidul dan Ngadipiro Lor. Antusiame warga dusun sungguh luar biasa, akhirnya jembatan bambu itupun terpasang kokoh dan bisa di lewati pejalan kaki, pengendara sepeda dan sepeda motor. Sedangkan mobil belum bisa melewati jembatan bambu ini.

Namun saat terjadi banjir besar, jembatan ini terbawa arus air dan tersangkut diantara bambu-bambu di kanan kiri sungai. Keesokan harinya, wargaa dusun harus kerja bakti lagi untuk memperbaiki jembatan ini.

Begitulah kondisi jembatan kami waktu itu terjadi berkali-kali saat banjir besar.

Akhirnya atas musyawarah bersama dipimpin oleh kepala dusun, jembatan permanen menjadi solusi permasalahan ini.

Dengan swadaya masyarakat kampung di bantu oleh pihak kelurahan desa Rejosari, akhirnya program pembuatan jembatan permanen inipun terlaksana.

Pembuatannya tentu tak secepat tulisan saya ini, butuh waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan proyek besar ini (bagi warga dusun kami, ini proyek besar, karena butuh biaya dan tenaga yang tidak sedikit).

Berkat kerjasama semua pihak akhirnya jembatan ini selesai dan bisa menjadi akses utama 4 dusun ke jalan propinsi yang sudah teraspal. Pembuatan jembatan ini sekitar tahun 1990 an dan masih kokoh sampai saat ini.


*) Tulisan selingan sebelum melanjutkan cerbung.

#Day16novAISEIWritingChallenge


Sudah Siap Nak ?

   Dokumentasi Latansa DPW PKS Banten Beberapa waktu lalu di Group WA kader dishare pengumuman tentang akan dilaksanakannya Latansa (pelatih...