BIM Berbagi

BIM Berbagi

Jumat, 19 Maret 2021

From Zero to Hero


Berikutnya saya akan bagikan kisah-kisah menarik dari anak-anak binaan Bina Insan Mulia yang berasal dari keluarga yang layak untuk diberikan bantuan dan layak di perjuangkan untuk kelangsungan pendidikan dan prestasi mereka, Karena mereka mempunyai potensi yang luar biasa dan sudah selayaknya menerima manfaat dari adanya Bina Insan Mulia.

Kisah ini benar-benar nyata .

Kisah tentang tiga anak yang bukan siapa-siapa menjadi anak yang luar biasa, dari anak yang di pandang sebelah mata menjadi di pandang dengan dua mata dan penuh penghormatan dan di hormati karena perubahan kehidupan dari perjuangan dan prestasi yang mereka torehkan.

Kisah yang mengharu biru, karena ada keputus asaan di sana, ada kesedihan di sana, yang membuat mereka bingung harus bicara dengan siapa, harus mengadu kepada siapa dan minta bantuan kepada siap ?

Bina Insan Mulia hadir untuk mengangkat harkat dan martabat mereka menjadi lebih baik berkat pertolongan Allah Subhanahu wata’ala. From zero to hero itu istilah yang tepat buat mereka.

Selamat membaca kisahnya !

 

SI BAS YANG GOKIL

Oleh : Kang Mul Jozz

 

                Mereka adalah tiga serangkai, tiga anak yang terpilih mendapat beasiswa Prestasi dan bantuan biaya sekolah full waktu SMA Negri 3 Curug kabupaten Tangerang dari kelas 1 sampai  lulus SMA tahun 2006 sampai 2009.

SBAS , mereka bernama Bahrudin, Agus, Sukron disingkat BAS, binaan yang paling gokil, karena setiap mereka bertiga berkumpul, ada saja yang menjadi bahan obrolan mengasyikkan, usil, becandaan dan keisengan-keisengan satu sama lain yang menambah keakraban tanpa mengurangi semangat mereka berprestasi.

 Mereka bukanlah binaan pertama dari BIM, karena BIM berdiri sejak 2002, sedangkan si BAS terpilih dari hasil seleksi yang di adakan BIM waktu itu tahun 2006, artinya sudah 4 tahun BIM berjalan dan tentunya sudah ada puluhan anak binaan alumni BIM, karena rata-rata setiap tahun memberikan beasiswa regular kepada 40-50 siswa binaan.

Si BAS terpilih dari hasil seleksi penerimaan Beasiswa Prestasi yang merupakan program baru BIM  di tahun 2006 dan mereka langsung bergabung dengan BIM di bawah divisi Pembinaan atau Educare.

Karena ini program baru dan si BAS menjadi proyek percontohan pertama, sehingga membuat 

pengurus BIM harus ekstra ketat mengawal program ini sampai benar-benar sukses, mengingat biaya yang di keluarkan untuk program beasiswa prestasi ini cukup besar.

 Saat itu BIM baru bisa memberikan untuk 3 siswa yang berprestasi, dan si BAS adalah hasil seleksi yang dilakukan sebelumnya. Si BAS menjadi yang terbaik dari 9 siswa yang di seleksi waktu itu dan sebelum bergabung di BIM, mereka bertiga melakukan perjanjian tertulis dengan pihak pengurus BIM yang mewakili lembaga sebagai bentuk komitmen bersama menyukseskan program ini.

Berikut kisah si BAS, di sampaikan langsung oleh yang bersangkutan !

 

BAHRUDIN

Bahrudin adalah anak binaan BIM yang memiliki perawakan paling besar. Bungsu dari 6 bersaudara ini selalu menjadi pusat perhatian, entah karena paling sehat atau juga paling kuat makannya kita juga  tidak tahu ……..

Bahrudin mengikuti seleksi atas ajakan Sukron yang saat itu terlebih dahulu mendapat tawaran beasiswa prestasi. Bersama sukron, bahrudin mengikuti seleksi bersama anak-anak lainnya sekitar 9 orang (maaf lupa) dan berhasil terpilih sebagai 3 anak terbaik yang mendapatkan beasiswa full pendidikan selama 3 tahun dari kelas X sampai kelas XII.

Saat proses seleksi Bahrudin menjadi anak terbaik yang mendapatkan nilai sempurna di pelajaran matematika. Bahrudin masuk sekolah di SMA Negeri 1 Curug atau sekarang dikenal SMAN 3 Kab Tangerang, disanalah ia mendapatkan beasiswa penuh dari mulai SPP, uang bangunan, hingga uang buku. Di BIM juga bahrudin diamanahi sebagai salah satu pengajar di BIMBEL CTC Bina Insan Mulia.

Seusai SMA Bahrudin melanjutkan Kuliah di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa jurusan Pendidikan Matematika dan berhasil lulus selama 4 tahun dengan IPK 3,40. Lulus kuliah Bahrudin langsung bekerja.

Saat ini Bahrudin menjadi salah satu guru kelas di SDIT Al-Fatih 1 dan juga menjadi salah satu dari TIM MEDIA sekolah Al-Fatih 1.

Bahrudin merupakan sosok yang periang dan juga bersahabat, mungkin karena perawakannya yang besar dan lucumudah bergaul dengan orang-orang sekitarnya.

 

AGUS SETIAWAN

Agus adalah sapaannya, anak yang memiliki nama lengkap Agus Setiawan ini merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Rochmat Tanpuji dan Ibu Wahyuni, agus memiliki adik yang bernama dwi novianto.

Masa kecil Agus awalnya normal seperti kebanyakan anak anak pada umumnya yaitu hidup bahagia dengan ibu dan bapaknya, hingga pada tahun 2001 Ibu dan Bapak agus berpisah karena satu dan lain hal dan saat itu pula Bapak agus di PHK oleh pabrik tempatnya bekerja, selepas Ibu dam Bapaknya  berpisah agus dan adiknya ikut tinggal bersama bapaknya yang banting setir menjadi calo penumpang angkot serta sesekali menjadi tukang parkir di pertigaan bitung.

Karena keterbatasan biaya agus akhirnya melanjutkan sekolah di SMP terbuka yang merupakan sekolah gratis bagi anak tidak mampu. Di sana Agus bertemu banyak guru-guru yang sangat baiK, yang tidak hanya memberikan pelajaran tapi juga memberikan semangat kepada Agus untuk terus menempuh pendidikan yang tinggi, karena dengan pendidikan yang tinggi merupakan salah satu cara untuk merubah kondisi keluarga Agus yang masih serba kekurangan.

Selama bersekolah di SMP terbuka 1 Curug, Agus menyambi menjadi pesuruh tetangganya ibu Anah untuk mengantarkan kue dagangan di toko lince pasar Curug serta membantu belanja bahan bahan untuk membuat kue. Hal itu dilakukan agar Agus mendapatkan uang jajan tambahan karena kondisi bapak yang terbatas penghasilannya.

Hingga saat Agus kelas 3 SMP, alhamdulillah Agus terpilih menjadi salah satu tim cerdas cermat yg mewakili sekolahnya untuk mengikuti lomba motivasi belajar mandiri antar SMP terbuka, dan berhasil menjadi juara 1 tingkat kab. Tangerang dan prov. Banten.

Selepas selesai lomba, Ibu Ita Erlianah guru sekaligus mentor Agus untuk saat persiapan lomba lomojari memberikan informasi kepada Agus untuk mengikuti seleksi beasiswa prestasi di Bina Insan Mulia (BIM). Alhamdulillah Agus akhirnya lolos seleksi beasiswa full dari BIM untuk bersekolah di SMAN 1 Curug (SMAN 3 Kab. Tangerang) dari tahun 2006-2009.

Selain mendapatkan beasiswa dari BIM, Agus bersama Bahrudin dan Sukron pun mendapatkan pembinaan rutin mingguan dan kesempatan menjadi guru bimbel dan privat di CTC Bina Insan Mulia yang ini menjadi salah satu tambahan penghasilan untuk sekolah.

Alhamdulillah beasiswa yang diberikan di BIM dilaksanakan dgn penuh tanggung jawab dengan selalu menjadi peringkat 3 besar dari kelas 10 hingga kelas 12, dan saat lulus SMA  tahun 200, Agus diterima kuliah di Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa melalui Jalur tanpa tes yaitu Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK.

Selama kuliah agus mendapat beasiswa sejak semester 3 hingga semester 7. Agus lulus kuliah tahun 2013 dengan predikat cumlaude 3,61 dan menjadi lulusan terbaik di jurusan serta terbaik ke 3 di fakultas.

Selesai kuliah, Agus mulai melamar pekerjaan di beberapa perusahaan dan akhirnya bisa di terima bekerja di Cita Sehat Foundation (Member of Rumah Zakat) Sebagai Program Head Cab. Cilegon, Lalu pindah ke Auto Diesel Radiator Grup (ADR Grup) sebagai Management Represntative, terakhir sebelum resign, Agus menjadi Kepala Subseksi Management Representative Pak PT.ADR. Dan saat ini agus masih terus berjuang untuk terus membahagiakan keluarganya, sambil bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Badan Standardisasi Nasional.

Bina Insan mulia merupakan salah jalan yg Alloh berikan untuk Agus bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Yaitu lewat bantuan beasiswa yang membuat Agus bisa mengakses dan mendapatkan pendidikan yang layak untuk nantinya bisa membantu Agus merubah kondisi keluarganya dan berkontribusi kebaikan untuk orang lain, insya Alloh. Terima Kasih Bina Insan Mulia, Terima kasih Para Pengurus dan doantur BIM. Semoga Alloh balas kebaikan bapak/ibu semua.

 

SYUKRON

Berasal dari ayah lulusan SD dan ibu yang hanya bersekolah hingga kelas 4 SD, pendidikan tinggi sepertinya bukan jadi hal yang penting, sempat tersampaikan untuk menyelesaikan pendidikan di SMP saja dan meneruskan kerja ikut bersama sepupu. Tentunya untuk masuk SMA diperlukan uang untuk SPP, uang pangkal, ongkos sampai biaya untuk kegiatan-kegiatan sekolah.

Sedangkan apabila bekerja tentunya mendapatkan pemasukan untuk membantu ayah nya yang bekerja sebagai penganyam rotan dan juga ibunya yang seorang pembantu rumah tangga, sehingga sepertinya terdengar sangat bijak tidak melanjutkan sekolah dan bekerja.

Tapi tentunya ada hal yang mengganjal, menjadi peringkat pertama berkali-kali selama SMP dan harus tiba-tiba berhenti, keinginan untuk bersama teman-teman yang memiliki cita-cita dan mimpi yang tinggi, juga memperbaiki keluarga agar menjadi lebih baik nantinya sepertinya kands di tengah jalan.

Alhamdulillah, Allah menunjukkan jalan lewat BIM, bisa meneruskan sekolah bukan lagi angan-angan, bukan hanya bisa sekolah, tapi juga mendapatkan pendidikan agama, organisasi dan juga pengalaman mengajar.

Bertemu dengan orang-orang hebat yaitu para orang tua baru Syukron di BIM yang mengajarkan sangat banyak hal dan juga bertemu rekan perjuangan Syukron yang juga memberikan inspirasi untuk pantang menyerah, beliau-beliau ini memberikan pengaruh yang sangat positif bagi Syukron.

Hingga akhirnya lulus SMA, dan berkat semua pengalaman yang di dapat bersama BIM Syukron memiliki keinginan untuk kuliah, tapi Syukron ingin membahagiakan orang tua dulu, sehingga memilih untuk bekerja dan menabung untuk kuliah.

Setelah 2 tahun bekerja akhirnya memutuskan untuk kuliah sambil bekerja hingga Alhamdulillah berhasil lulus, dan dapat menjadi contoh untuk keluarga besar bahwa orang kampung pun bisa untuk menjadi sarjana. Jangan pernah berhenti berusaha dan terus menjadi yang lebih baik. Tanpa BIM tentunya jalan yang akan Syukron tempuh akan berbeda 180 derajat, terima kasih BIM, terima kasih Allah, atas nikmat yang telah Engkau berikan.

Demikian kisah-kisah menarik yang mereka bertiga rasakan bersama BIM, tidak hanya si BAS yang merasakan hal seperti itu bersama BIM, karena satu dan lain hal, tidak semua kisah anak binaan BIM di sampaikan pada buku ini, mudah-mudahan  kisah ketiga si BAS ini sudah cukup mewakili kisah perjuangan mereka untuk bertahan hidup, berjuang dan berprestasi.


Salam Literasi

Kang Mul Jozz

#Day12ChallengeRelikabTang

Kisah Cinta Di BIM

 

Berdirinya Bina Insan Mulia (BIM) di tahun 2002 juga mengingatkan saya akan masa-masa indah honeymoon (bulan madu) bersama istri tercinta. Karena pernikahan kami hanya berselang 3 bulan sebelum BIM berdiri, kami menikah hari ahad, 12 mei 2002, sementara notulen rapat pertama BIM tertanggal 28 juli 2002 hari ahad juga.

Pernikahan yang baru berumur jagung itu, menuntut kami (saya dan istri) untuk saling mengerti satu sama lain, apalagi kami sama-sama kerja waktu itu, jadi terkadang rasa capek sepulang kerja bisa menyulut perdebatan kecil hanya gara-gara salah bicara. Tetapi biasanya kami cepat akur kembali dan rasa sayang itu justru makin bertambah……uhuy.

Kesibukan kami setelah menikah selain kerja, juga ada beberapa taklim/pengajian yang kami ikuti, baik pengajian yang di adakan di masjid perusahaan maupun beberapa pengajian yang di adakah di masjid lain, dan biasanya acara di hari ahad.

Waktu itu kami sudah terbiasa kemana-mana berboncengan naik sepeda onthel karena belum punya sepeda motor, tapi justru menambah romantisme kami berdua. Begitu juga setiap kali kegiatan BIM yang juga sering di adakan di hari ahadpun kami tempuh dengan bersepeda.

28 juli 2002 setelah notulen pertama BIM dan menempatkan saya di posisi Sekretaris, makin menambah kesibukan saya untuk menjalankan roda organisasi lembaga ini, kami para pengurus intens melakukan rapat-rapat kerja mulai dari :

- Pembagian tugas di masing-masing perusahaan, karena pengurus BIM terdiri dari beberapa pengurus yang bekerja di beberapa perusahaan yang berbeda.

- Penggalangan dana dari para donator yang mayoritas karyawan perusahaan di kawasan manis Curug dan kawaan industri Jatake.-

- Survey ke rumah-rumah warga di sekitar lokasi sekretariat BIM untuk menentukan siapa yang berhak menerima dana bantuan beasiswa Yatim dan Dhuafa tersebut.

- Rapat lagi membahas langkah berikutnya ……

Begitulah kesibukan saya di awal di bentuknya lembaga BIM ini.

Secara struktur, istri saya tidak masuk dalam jajaran pengurus BIM, jadi praktis yang aktif di sana hanya saya, namun setiap kegiatan yang berkaitan dengan penyaluran beasiswa atau kegiatan yang melibatkan orang banyak dengan mengundang beberapa pihak yang terkait dengan acara tersebut, istri saya dan istri para pengurus yang lain ikut dilibatkan untuk membantu kelancara proses kegiatan tersebut, dan ibu-ibu biasanya spesialis bagian mempersiapkan konsumsi dan dekorasi.

Seperti peresmian BIM waktu itu di awal tahun 2003 yang mengundang 100 anak yatim dhuafa di aula kecamatan Curug yang di hadiri oleh perwakilan dari Bapak Camat kecamatan Curug, semua pengurus dan keluarga kecilnya ikut gabung dalam acara tersebut.

Kesibukan kami para pengurus menjalankan kerja-kerja sosial di lembaga ini makin terasa asyik dan menyenangkan, karena kami tidak kerja sendiri, tetapi melibatkan keluarga kami di setiap kegiatan, sehingga antar keluarga pengurus itu saling kenal dan akrab satu sama lain.

Terkadang di antara para istri pengurus merengek pengen ikut acara tertentu, sementara hasil kesepakatan, acara ini hanya di ikuti oleh pengurus dan anak-anak binaan BIM. Mengapa bisa terjadi seperti itu ? karena hampir semua pengurus adalah karyawan perusahaan yang hari liburnya hanya di hari ahad saja, otomatis semua kegiatan BIM selalu di adakan di hari libur yaitu ahad.

Istri dan anak-anak tentu berharap,libur kerja ayahnya di rumah santai bersama keluarga atau jalan-jalan melepas penatnya kesibukan kerja selama 6 hari sebelumnya, tetapi kami para pengurus harus merelakan waktu libur tersebut untuk menjalankan agenda sosial yang sudah di sepakati bersama. Karena kondisi itulah kami harus membagi waktu yang memungkinkan, kapan keluarga bisa diikut sertakan untuk membantu kegiatan BIM dan kapan tidak di ikut sertakan.

Selama perjalanan BIM 18 tahun ini, kami para pengurus bukan tidak ada masalah satu sama lain, tetapi sama saja dengan organisai yang lain, terjadi silang pendapat antar pengurus, bersitegang dan bahkan sampai berujung pengunduran diri dari salah satu pengurus, itu juga terjadi di lembaga ini, dan terjadinya bukan hanya sekali dua kali, tetapi berkali-kali.

Beruntungkami mempunyai ketua lembaga yang sangat bijaksana, Bapak Jajat Darojat yang wajahnya mirip sama Ustadz Al-Habsyi dai Palembang, ganteng, lemah lembut dan berwibawa, sehingga ketegangan di atara kami saat rapat atau berinteraksi di lembaga cepat sekali cairnya, cepat sekali baikannya, tidak pernah terbersit dendam dan sakit hati, kami saling memahami dan akhirnya kami punya prinsip seperti anak kecil :”jika terjadi permasalahan di antara para pengurus, cepat melupakannya seperti anak kecil, setelah berantem nggak berapa lama baikan lagi dan kembali fokus ke permainan”.

Tak jarang pak Jajat Darojat harus silaturahim ke rumah pengurus yang telah menyatakan mengundurkan diri, untuk mengurungkan niatnya dan kembali bersama kami, dan usaha itu tidak sia-sia, Alhamdulillah akhirnya teman-teman yang pernah melakukan itu kembali berjuang bersama kami di lembaga ini.

Namun ada juga pengurus yang akhirnya harus mengundurkan diri, meski sudah berusaha kami ajak kembali, tetapi pilihannya tetap ingin berjuang di tempat yang lain, ya sudahlah …..berat melepasnya, tapi kami harus ikhlas. Menyikapi hal ini, kami tak bisa memaksa untuk tetap disini, karena ini memang kerja sosial yang menuntut keikhlasan dan kerelaan baik waktu, tenaga dan pikiran.

Itulah kisah cinta dan kasih sayang kami di Bina Insan Mulia, berawal dari keluarga di tambah keluarga di tambah keluarga, akhirnya menjadi beberap keluarga terlibat langsung di kerja sosial ini dan kami makin yakin bahwa kebersamaan kami selama ini telah menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang karena Allah Subhanahu wata’ala.

Kami sudah sangat mengenal karakter satu sama lain, layaknya keluarga, kami mampu meredam emosi Karena kedekatan emosi, kami sudah memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga bisa saling mengisi.

Kerj-kerja kami kedepan akan lebih berat lagi, karena perkembangan zaman dan teknologi yang menuntut kami para pengurus harus mengupgrade dan meng update diri agar mampu mencetak generasi-generasi yang unggul dan professional di bidangnya masin-masing, yang bertaqwa kepada Allah dan berakhlaqul karimah.


Salam Literasi

Kang Mul Jozz

#Day11ChallengeRelikabTang


Sudah Siap Nak ?

   Dokumentasi Latansa DPW PKS Banten Beberapa waktu lalu di Group WA kader dishare pengumuman tentang akan dilaksanakannya Latansa (pelatih...