Ini tidak ada hubungannya dengan gerakan 212 yang viral beberapa tahun lalu, 212 Hanum Hanania adalah sekadar pengingat tanggal lahir anak saya yang ke-4 bernama lengkap Hafshah Hanum Hanania yang lahir Tanggal 2 Desember 2017.
Hari ini Hanum Hanania genap berumur 3 tahun, semoga menjadi anak yang Sholehah, yang berguna untuk Agama, bangsa dan negara, serta berbakti kepada kedua orangtuanya.
Sedikit mengingat saat proses kelahiran si Hanum ini, sampai 2 hari bolak balik puskesmas. Pertama datang pagi-pagi ke Puskesmas, ternyata siangnya suruh pulang sama Bidan.
"Baru pembukaan satu Bu, pulang aja dulu" kata salah satu bidan di puskesmas itu.
"Nanti di rumah kalau kira-kira sudah sering mules langsung ke sini lagi, 24 jam koq bukanya" lanjut Bu bidan.
Akhirnya kami putuskan untuk pulang lagi ke rumah. Sore, petang dan akhirnya malampun tiba. Sekitar jam 12 malam istri mulai sering mules-mulesnya.
"Abi, sekarang aja ke puskesmas lagi, mulesnya sudah sering nich" pinta istri sambil membangunkan saya yang sudah ketiduran di kamar belakang.
Tengah malam itu saya dan istri berangkat berdua ke puskesmas, kedua anak saya yang nomor 2 dan nomor 3 sudah tertidur pulas, terpaksa mereka di tinggal dengan meninggalkan pesan tulisan dan 1 HP di tinggal untuk komunikasi, sedangkan anak pertama kami si sulung ada di Pesantren.
Sampai di puskesmas sangat berharap, begitu di cek bidan sudah pembukaan 7 atau 8, ternyata setelah di cek, baru pembukaan 2 mendekati 3, astaghfirullah. Saya tidak bisa membayangkan kegalauan istri saya waktu itu, padahal sudah hampir setiap 15 menit mengeluh mules dan terlihat kesakitan.
Andai saja sakit itu bisa di bagikan ke saya sebagai suaminya, ingin rasanya berbagi rasa itu untuk mengurangi rasa sakit istri saya.
Sambil menunggu dan memijit-mijit kaki istri, saya jadi teringat Simbok saya,
"Ooo jadi begini rasanya ibu mau melahirkan, serba salah, begini salah, begitu salah" pikir saya dalam hati.
"Ma'afkan anakmu ini mbok, yang sering menolak permintaanmu" kesadaran itu timbul tiba-tiba saat melihat istri merasa kesakitan.
Pagi beranjak pergi, siangpun terasa lama baru tiba, berharap pembukaan mulai naik menjadi 6 atau 7, ternyata masih tetap sama seperti tadi pagi.
Beberapa bidan sudah mulai tukar shift, yang jaga malam sudah pulang dan berganti dengan bidan yang jaga siang. Setiap ganti jaga, bidan yang baru cek lagi perkembangan istri dalam suasana yang makin menegangkan.
Tiba-tiba ada bidan senior bilang ke bidan yang lain dengan suara agak di tahan tapi terdengar oleh kami,
"Tadi ada yang mau di rujuk ke rumah sakit katanya, yang mana?" Tanyanya ke bidan yang lebih muda di sebelahnya.
Spontan istri menjawab "Nggak mau ke rumah sakit, disini aja lahirannya" sambil memegang erat tangan saya dan sangat terlihat kecemasan di wajahnya yang mulai kelelahan.
"Nggak, insya Allah nggak ke rumah sakit, itu bukan ummi yang mau di rujuk ke rumah sakit" saya mencoba menenangkannya padahal dalam hati saya juga khawatir, kalau sampai di rujuk ke rumah sakit bisa repot nanti.
Bidan yang di tanya seniornya menjawab dengan penuh keyakinan terlihat dari wajahnya yang tenang,
"Ibu ini mah nggak, normal semua koq, tensi darah bagus, tenaganya juga masih kuat, iya kan Bu Isna, masih kuat kan ?" Tanya bidan mencoba meyakinkan.
"Insya Allah kuat sus, saya masih kuat koq, di sini aja lahiran normal, saya nggak mau ke rumah sakit" jawab istri saya penuh keyakinan meskipun tetap terlihat ada kecemasan di wajahnya.
Jam di dinding kamar pasien menunjukkan pukul 14.45 menit, bidan kembali mengecek perkembangan istri saya dan setelah di cek membuat saya dan istri makin panik tak karuan.
"Baru pembukaan 4 Bu, nanti di cek lagi ya jam 5 sore" penuh kesabaran Bu bidan menenangkan istri saya yang makin kesakitan merasakan mules di perutnya.
"Sabar ya Bu, banyakin istighfar, saya tinggal dulu ke depan ya" bu bidan mohon ijin meninggalkan kami, sementara istri terus meringis kesakitan memegangi perutnya.
Mendengar penjelasan bidan itu bukan hanya istri saya yang makin galau, tapi sayapun juga seolah merasakan kesakitan yang istri rasakan, tetapi dalam bentuk yang lain, saya merasa kasihan melihat istri yang cukup lama merasakan sakit mules di perutnya.
Waktu terus berjalan, saya harus melakukan sesuatu, kalau jam 5 sore baru di cek lagi, bisa tengah malam istri saya baru melahirkan, atau jika terlalu lama, bisa benar-benar di rujuk ke rumah sakit nanti.
Sambil memegang erat tangan istri saya, saya berdo'a kepada Allah Subhanahu wata'ala untuk di permudah kelahiran anak saya yang ke empat ini. Saya bertawasul amal agar di kabulkannya do'a-do'a saya.
Saya teringat kisah 3 sahabat yang terjebak di dalam gua, karena pintu gua tertutup batu besar, kemudian mereka bertiga bertawasul dengan amal mereka masing-masing dan akhirnya do'a mereka di kabulkan dan terbukalah pintu gua tersebut, sehingga mereka bisa keluar dari dalam gua.
Menjelang Sholat Ashar saya berdo'a dan bertawasul amal-amal saya yang sekiranya Allah terima, dalam hati saya ragu, apakah amalan-amalan saya selama ini diterima sama Allah ?
Saya mencoba mengingat-ingat amal apa yang saya lakukan dengan ikhlas ? Rasanya selama ini terlalu sedikit amalan yang saya lakukan !
"Ya Allah, jika amalan saya yang ini .......(saya sebutkan amalan yang pernah saya lakukan) Engkau terima, tolong mudahkanlah istri saya melahirkan ya Allah" lirih saya dalam hati.
Do'a ini saya ulang berkali-kali sambil menyebutkan amalan-amalan yang lain yang saya ingat.
Dari masjid dekat Puskesmas terdengar suara Adzan Ashar berkumandang, saya bermaksud segera menunaikan Shalat Ashar di masjid terdekat,
"Mi, abi tinggal shalat Ashar dulu ya" pinta saya ke istri yang sepertinya mulai sedikit agak reda merasakan mules di perutnya.
"Ya, tapi jangan lama-lama ya, abis shalat langsung balik kesini lagi" istri balik meminta ke saya
"Iya" jawab saya sambil berjalan menuju pintu keluar.
Sebelum membuka pintu, tiba-tiba istri saya menjerit,
"Astaghfirullah, sakit banget, bi tolong panggilan suster" istri setengah berteriak meminta saya memanggil bidan.
Saya berlari ke ruang bidan.
"Suster, tolong istri saya sus"
Dengan cekatan Bu bidan langsung menuju ke kamar dan langsung cek kondisi istri saya.
"Wah sudah siap nich Bu Isna, ayo siap-siap" Bidan segera mempersiapkan segala peralatan persalinan dan juga memanggil temannya untuk mulai proses persalinan.
Saya mengurungkan berangkat ke masjid karena istri sudah mulai persiapan melahirkan, saya duduk di sebelahnya sambil bersiap ngipasin istri saya, karena pasti keringat akan mengucur saat proses persalinan ini.
Bidan terus memberi semangat dan mengarahkan istri untuk bisa melahirkan dengan mudah, saya hanya bisa berdo'a untuk kemudahan kelahiran anak ke empat saya.
Sementara istri berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan buah hati kami. Tepat jam 15.45 hari Sabtu tanggal 2 -12 - 2017 anak ke empat kami lahir dengan selamat dan normal dengan berat 3,1 kg.
"Oek oek oek".....tangisan anak kami memecah ketegangan yang terjadi selama hampir 30 menit itu.
Seketika istri saya menangis bahagia atas kelahiran putri ke empat kami ini. Rasa sakit yang ia derita selama 2 hari menjelang kelahiran, hilang lenyap seketika, seiring suara tangis bayi mungil yang lucu anggota baru keluarga kami.
Sayapun bahagia tak terkira, meski awalnya menginginkan anak laki-laki hadir melengkapi kebahagian kami, tapi melihat istri selamat dan anak terlahir sehat sudah cukup mengobati kekhawatiran dan kegundahan hati saat mendampingi proses persalinan istri.
Alhamdulillah kelahiran keempat anak kami, semua normal tanpa Cesar, dan ini semua berkat pertolongan dan kemudahan yang Allah berikan kepada kami, juga kegigihan istri saya untuk tetap melahirkan normal tanpa Cesar.
Dan saat ini, si bayi mungil itu telah berusia 3 tahun, cantik, lucu dan ceriwis. Semoga menjadi anak yang sholehah. Aamiin
Rasanya sudah cukup punya anak 4 saja, 3 Putri dan 1 Putra, mengingat usia istri yang sudah mulai kepala 4 dan kondisi fisiknya yang rentan jika harus hamil dan melahirkan lagi.
Semoga anak-anak kami menjadi anak-anak yang Sholeh dan Sholehah Hafidz dan hafidzoh Al-Qur'an, bisa menjadi keluarga Allah nantinya.
#Day02desAISEIWritingChallenge
Selamat Ulang Tahun Hanum, semoga menjadi anak yang sholehah yaaa
BalasHapusSelalu indah dipandang mata karena ketakwaan kepadanya. Aamiin
Aamiin, terima kasih Bang Indra atas do'anya
HapusMet ultah dedek Hanum. Baarakallahu fii umrik
BalasHapusWaiyyaka bu Ismi, do'a yg sama untuk ibu sekeluarga
HapusAnak adalah Harta yang paling berharga
BalasHapusSemoga menjadi anak yg sholeh, berguna bagi keluarga, agama dan bangsa
BalasHapus