BIM Berbagi

BIM Berbagi

Sabtu, 05 Desember 2020

TULISAN KE-60


Saya benar-benar tertarik dengan bocah kecil ini, yang pasti ilmu dan cara pandang anak ini di atas rata-rata anak seusianya. Awalnya saya hanya tertarik dengan sekilas ceritanya mulai menulis karena nasehat abinya, lama-lama saya tertarik juga ingin memiliki buku karyanya.

Tak terasa tulisan saya ini adalah tulisan yang ke-60 di blog saya sejak mulai belajar menulis dan mengikuti challenge-challenge yang di adakan AISEI. Selain saya belajar menulis, sebenarnya ada rasa yang lain yang saya rasakan bergabung di AISEI ini, rasa itu adalah saya merasa Indonesia banget.

Di AISEI, selain bertemu di dunia Maya dengan para guru hebat dari seluruh Indonesia (meskipun belum semua propinsi), saya juga merasa berkumpulnya di sini benar-benar merasa di bimbing oleh para senior dari berbagai latar belakang, dan ini membuat saya merasa inilah Indonesia.

Pertanyaan yang timbul di benak para pembaca kepada saya sekarang mungkin "Apakah selama ini tidak merasa Indonesia ?"

Jelas Indonesia dong, jiwa nasionalisme saya tinggi, insya Allah, bendera merah putih saja masih tetap berkibar di teras rumah saya sampai saat ini, padahal selepas bulan Agustus yang lain sudah melipat bendera tersebut. 

Hanya saja beberapa tahun terakhir ini saya merasa prihatin dengan kondisi anak bangsa ini yang terkesan berkelompok-kelompok dan menonjolkan identitas masing-masing, meskipun itu sah-sah saja menurut saya. Tetapi rasa toleransi dan tepi seliro antar masyarakat yang beda pilihan politik mulai memudar khusunya yang terjadi di media sosial.

Tetapi melalui wadah AISEI ini saya merasa fokus kita menjadi lebih jelas yaitu "Menulis" , tetapi ternyata bukan hanya sekadar menulis yang tanpa makna. Dari menulis yang awalnya hanya yang penting menulis apa saja, akhirnya berpikir keras, bagaimana menulis yang bermakna dan bisa bermanfaat untuk orang lain.

Dari kegiatan menulis ini setidaknya saya merasakan perubahan positif luar biasa dalam diri saya diantaranya :
1. Saya kembali menyukai buku dan mulai membaca buku-buku yang tersimpan lama di rumah.
2. Saya mulai fokus pada solusi bukan sekadar bereaksi. Misalnya dulu setiap ada berita politik atau berita viral lainnya, secara otomatis jari ini langsung berselancar dan menumpahkan segala uneg-uneg kekesalan  atau ketidak setujuan dengan hal yang berbeda dengan sikap saya, sekarang Alhamdulillah, secara otomatis berhenti sendiri dan berpikir itulah perbedaan yang harus di sikapi dengan bijaksana.
3. Mulai menuliskan lagi impian dan rencana-rencana yang tertunda dan kembali membuka file-file lama yang terpendam karena kondisi ekonomi, saat ini saya berpikir tidak ada yang tidak mungkin selama kita merencanakan dan mulai mengabur pekerjaan menuju impian tersebut.
4. Mulai merasakan dampak positif dari apa ya g pernah om Jay gaungkan "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.  Meskipun hasil karya berbentuk buku belum terbit, tetapi intuisi kuat menerbitkan buku itu semakin menguat dan tak terbendung lagi.

Setiap kesempatan saat santai, saya menuliskan apa yang sedang saya pikirkan, karena jika tidak di tulis, berpotensi besar terlupakan dengan banyaknya aktifitas harian.

Awal mengikuti challenge AISEI menulis 100 kata setiap hari sepertinya cukup berat dan butuh waktu khusus dan konsentrasi tinggi, setelah berjalan 2 bulan dan saya berusaha mengikuti challenge ini dengan penuh kesungguhan, tulisan saya saat ini sudah melebihi target dari AISEI.
Tulisan saya saat awal-awal mengikuti challenge AISEI berjudul 5 menit 100 kata

Dan tulisan saya yang  ke-60 ini sudah lebih dari 500 kata dengan waktu menulis yang tidak lebih dari 30 menit.

Salam Literasi.

#Day06desAISEIWritingChallenge


Sudah Siap Nak ?

   Dokumentasi Latansa DPW PKS Banten Beberapa waktu lalu di Group WA kader dishare pengumuman tentang akan dilaksanakannya Latansa (pelatih...