BIM Berbagi

BIM Berbagi

Minggu, 29 November 2020

MOTIVATOR RAHASIA

        Foto Mas Giman (Jaket Abu-abu) berpeci

Saat kita ikut seminar atau training, maka kita akan ketemu motivator atau trainer yang bisa membuat semangat kita membara untuk melakukan sesuatu yang positif dalam hidup kita.

Sayangnya semangat itu hanya bertahan beberapa Minggu atau mungkin malah hanya beberapa hari saja tergantung bagaimana kita menjaga momentum itu.

Tanpa kita sadari, sebenarnya ada orang-orang terdekat kita yang secara langsung atau tidak langsung telah memberikan motivasi kepada kita untuk melakukan hal positif atau menghasilkan karya nyata dalam hidup kita. Mereka bisa orang tua kita, Paman atau Pakde,  Kakak atau adik kita, atau bahkan istri dan anak-anak kita.

Begitu juga dengan saya, beberapa orang-orang terdekat telah memberikan motivasi yang luar biasa dalam hidup saya, mulai dari ibu saya yang biasa saya sebut Simbok, adalah pahlawan utama dalam hidup saya dan sebagai salah satu tanda terima kasih saya, cerita tentang Simbok ini saya tuliskan dalam buku Antologi berjudul Pahlawan dalam hidupku.

Buku Antologi Pahlawan dalam Hidupku yang saat saya menulis ini sedang dalam proses penerbitan (semoga diberikan kemudahan, Aamiin), ditulis bersama 38 Guru yang di prakarsai oleh Bu Sri atau Bunda Kanjeng dan Pak Bryan adalah kisah-kisah Nyata yang inspiratif untuk di baca karena di buku itu para penulis mengisahkan para pahlawan dalam hidup mereka.

(Tunggu ya ..... Sabar, masih proses penerbitan, nanti bisa pesan ke saya koq bukunya ......hehehe .....WA : 085210350044. Promo dikit).

Selain Simbok, tentu ada Bapak saya yang juga sangat berjasa dalam kehidupan saya, memberikan motivasi yang luar biasa kepada kami ketujuh anaknya dengan cara dan gaya khas Bapak sebagai orangtua yang bijaksana.

Keluarga kami termasuk keluarga yang masuk kategori keluarga kurang mampu, sehingga yang lulus setingkat SMA hanya saya sendiri. 2 kakak saya yang pertama dan kedua, SD saja tidak lulus, langsung merantau ke Jakarta. 4 kakak berikutnya hanya tamatan SMP dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) setingkat dengan SMP.

Tetapi ada yang istimewa dengan Kakak saya yang nomor 6, meski hanya lulusan MTs, tapi kecerdasan dan pemikiran beliau setingkat dengan para Sarjana, karena hobbynya adalah membaca buku, khususnya buku-buku agama dan buku bertemakan Sosial dan sejarah Islam.

Mas Sugiman biasa saya panggil mas Giman atau Pakde Giman (buat mbahasain anak2 saya), adalah sosok penting dalam hidup saya, karena mas Giman yang membiayai sekolah SMEA saya waktu itu, bersama mbak Marti atau bude Marti kakak saya yang nomor 3 yang membayar semua biaya sekolah saya selama 3 tahun di SMEA Muhammadiyah Semin Gunungkidul.

Selain itu, sejak Pakde Giman mulai hijrah dan rutin mengikuti beberapa pengajian, cara pandang dan sikapnya mulai berubah lebih baik,  ibadah makin rajin, menjadi lebih santun dan bijaksana yang dulunya sangat temperamental.

Membantu saya bukan hanya saat saya sekolah saja, bahkan saat saya sudah berkeluarga pun masih sering memberikan bantuan baik materi maupun non materi. Yang paling sering biasanya pas saya pinjam uang di kasih dan saat pembayaran di anggap lunas alias bukan jadi pinjaman tapi jadi dana hibah, Masya Allah.

Terbaru adalah saat saya mulai masuk dunia penulisan, karena beliau hobby membaca maka saya minta pendapat beliau tentang tulisan saya, dan beginilah pendapat dan supportnya yang berhasil saya screenshot dari percakapan WA kami :
Beliau bukan hanya sebagai Kakak bagi saya, tapi juga sebagai Guru, teman, motivator dan juga terkadang donatur tak terduga bagi saya dan keluarga saya.

Karena ini sudah saya publikasikan lagi maka bukan lagi Motivator rahasia  dan cerita tentang Kakak saya ini, mungkin nanti ada episode kelanjutannya lagi.

Salam Literasi.

#Day25novAISEIWritingChallenge






Jumat, 27 November 2020

KETETER

                     Foto edit amatiran

Jika menulis sudah menjadi hobby apalagi menjadi suatu prestasi, tentu pertanyaan Terus kapan nulisnya ?  Akan di jawab dengan mudah Ya kapan saja ! Bahkan jika suatu hari belum menulis yang seharusnya di tulis, akan merasa ada sesuatu yang kurang hari ini.

Itu jika memang kita sudah punya hobby menulis atau yang sudah merasakan adanya dampak positif dari menulis, maka menulis setiap hari adalah hal yang wajib di lakukan, apapun temanya. Karena setiap peristiwa bisa menjadi tema, sekecil apapun peristiwa itu.

Nah, bagaimana dengan yang belum sampai ke tahap itu ? Bukan hobby, hanya karena sebuah tuntutan pekerjaan, atau pendukung dari pekerjaan utamanya, misalnya seorang Guru. Apakah menulis menjadi pendukung pekerjaan sebagai Guru ?

Jawabannya Ya, karena Guru aktifitasnya mengajar dan belajar, mentransfer ilmu dan meng-upgrade serta meng-ubdate ilmunya. Dan aktifitas menulis itu menjadi hal wajib dalam lingkaran ini.

Bagaimana dengan yang profesinya bukan Guru ? Kerja kantor, kerja pabrik atau pedagang ? Yang tidak ada kaitannya dengan dunia penulisan ?

Untuk yang bukan Guru, maka hobby adalah alasan utama kenapa dia menulis, tentu dengan harapan tulisannya bermanfaat untuk banyak orang, lebih bagus lagi jika memang tulisan tersebut bisa diterbitkan menjadi sebuah buku dan menjadi kenangan tersendiri bagi penulisnya.

Sibuk kerja, banyak agenda dan aktifitas harian yang melelahkankan terkadang membuat kita menunda untuk menulis, padahal sekali kita menunda maka akan mengurangi semangat menulis itu sendiri.

Yuk, jangan tunda lagi menulisnya, seberapa banyak aktifitas kita setiap hari, luangkan waktu 15 sampai 30 menit untuk menulis, toh kita bisa balas-balasan Chat di Whatsapp bisa berulang kali dan kalau di total bisa berjam-jam, belum lagi di Facebook, Instagram, Twiter dan lain-lain.

Kenapa kita tidak fokuskan untuk menulis challenge-challenge yang sudah di sepakati ?
Ingat apa yang di sampaikan Om Jay "MENULISLAH setiap hari dan buktikan apa yang terjadi"   Kalimat yang sangat memotivasi.

Dan satu lagi apa yang di katakan salah satu penulis yang juga menginspirasi saya untuk tetap menulis, kalimat itu adalah : Biarkan tulisan itu menemukan takdirnya sendiri.


Salam Literasi

#Day24novAISEIWritingChallenge




KEMBALI


Adanya kita karena di ciptakan oleh dzat yang Maha Pencipta, Dialah Allah Subhanahu wata'ala, dzat yang Maha berkehendak. Adam adalah manusia pertama yang di ciptakan-Nya, yang di utus untuk menjadi Khalifah atau pemimpin di muka bumi ini.

Kesadaran kita mengenai maksud di ciptakan-Nya manusia menjadi sangat penting, karena kesadaran itulah yang bisa membuat kita kembali ke jalan yang sudah Allah tunjukkan melalui kitab-Nya yang telah di bawa oleh para Nabi utusan Allah Subhanahu wata'ala.

Kita bisa di lahirkan dari keluarga yang berbeda-beda, baik adat istiadat, kebudayaan, suku bahkan agama. Tetapi saat kita mencari kebenaran yang sesungguhnya apa maksud dan tujuan Allah menciptakan kita berikut kewajiban-kewajiban kita sebagai hamba-Nya, niscaya jalan kebenaran itu akan kita temukan.

Saat pencarian kebenaran Firman Allah Subhanahu wata'ala tersebut, terkadang kita menemukan banyak pertanyaan dalam benak kita, dan sebenarnya jawabannya sudah tersedia semua dalam Kitab yang di turunkan-Nya.

Dalam Islam, Rasulullah Muhammad Sholallahu 'alaihi wassalam sudah mewariskan 2 hal, yang jika kita berpegang teguh kepada keduanya kita akan selamat di dunia dan akherat. 2 hal tersebut adalah Al-Qur'an dan Hadits.

Hanya saja kita sering lalai mengkaji kedua warisan Rasulullah tersebut sehingga kita sering tersesat dalam menjalani kehidupan ini.

Istilah malu bertanya sesat di jalan ternyata sangat berlaku dalam menyikapi hal ini, kita mesti banyak bertanya kepada ahli ilmu Agama , sehingga tidak tersesat dalam mengarungi kehidupan ini, karena ujung dari kehidupan ini adalah kehidupan yang kekal dan abadi di Akherat.

#Day23novASISEIWritingChallenge


Kamis, 26 November 2020

UANG JAJAN RAHASIA

              Foto Afnan saat TK

Nostalgia saat mas Afnan TK.

Mas Afnan sdh TK, dan nggak bawa uang jajan. Tapi sy kadang2 selipkan uang jajan di tasnya. 
Esoknya dia bilang :" Bi, kemarin ngasih uang di tas ya ?"

Beberapa hari sy selipkan uang jajan di tasnya, dan satu ketika sy tidak ksh uang jajan, pas dia buka tas, nggak ada uang.

Besoknya dia nanya :"Abi nggak ksh uang di tas ya ?"

Nah saat itulah saya memberikan PELAJARAN PENTING dalam hidupnya.

"Mas Afnan harus bisa menerima apapun yg terjadi, ikhlas ya, kalau pas ada uang di tas, berarti abi lagi ada uang dan mau ksh mas, tapi kalau tas kosong berarti abi lagi nggak ada uang buat mas, jadi mas harus ngerti ya !" Kata saya

Setelah itu, Alhamdulillah ada uang dia jajan, nggak ada uang di tas ya biasa saja nggak nanya apalagi protes.

Mengajari anak juga harus dg simulasi, itulah yang biasa kami lakukan kepada anak-anak kami. Alhamdulillah dengan cara itu mereka ikut berpikir bagaimana kondisi orang tua, jadi tidak ada lagi kata "pokoke, pokoke harus ada", tetapi bisa menyadari sedang dalam kondisi apa orang tua.

Sekarang mas Afnan sudah kelas 2 SD, sudah jago jualan mainan buatan dia sendiri, kreasi dari kertas, di buat pesawat-pesawatan, suricen (senjata berbentuk bintang ala ninja) dan lain-lain dan di jual ke teman-temannya. Maklum anak Melankolis cocok jadi Pengusaha,semoga.

Salam literasi .

#Day22novAISEIWritingChallenge

Selasa, 24 November 2020

BERKAH AL-QUR'AN SAAT WABAH (part 2)

                   Foto Saat Belajar Iqro

Seiring berjalannya waktu, saya terbentur dengan aktifitas menjemput nafkah dengan berjualan bakso di depan toko mainan anak-anak Holly 88 milik koh Engkian, yang buka sore hari dan tutup tengah malam. Aktifitas ini telah menghentikan kegiatan saya ngaji bersama Bapak-bapak.

Cukup lama saya meninggalkan pengajian Bapak-bapak tersebut, hampir 2 tahun saya tidak aktif di pengajian itu, ada yang hilang rasanya meninggalkan aktifitas pengajian itu, rasa sedih, rasa gundah dan ada pertanyaan yang mengiang-ngiang di telinga saya :
"Apakah kamu ridho meninggalkan pengajian belajar membaca Al-Qur'an yang sudah kamu rintis ?"......pertanyaan itu selalu menghantui dalam hati.

Padahal tugas itu belum tuntas, meski sudah ada pak Tri Wahono yang sudah mumpuni mengajar karena beliau telah lulus buku Utsmani dan telah wisuda, namun beliau butuh tandem, butuh pengajar-pengajar yang lain yang membimbing peserta baru.

Sampai akhirnya terjadi penyebaran wabah Covid 19 di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia, hal ini merusak seluruh sendi kehidupan manusia di seluruh dunia, dan hal paling terkena dampaknya adalah sektor ekonomi.

Wabah ini juga telah menyerang kondisi perekonomian keluarga saya, usaha saya kantin di sekolah tutup total karena sekolah juga tutup, usaha Bakso saya juga terdampak dan akhirnya harus saya tutup menjelang bulan Ramadhan.

Kedua anak saya yang di pesantren juga ikut di pulangkan, sehingga di rumah kontrakan 2 kamar tidur itu dihuni 6 jiwa. 1 kamar buat tidur 2 anak saya yg pertama dan kedua, 1 kamar lagi untuk 4 orang, saya, istri dan kedua anak saya yang ketiga dan keempat.

Kondisi ini justru menambah kedekatan kami sekeluarga, yang biasanya buka puasa kami hanya berempat, karena yang 2 di pesantren, kali ini personil lengkap. Setiap buka puasa dan sahur kami berenam. Di tambah lagi saat itu sedang di terapkan PSBB (Pembatasan Sosial Besar-besaran) atau karantina mandiri skala Kabupaten.

Tapi kondisi ini juga membuat kepala saya pusing tujuh keliling karena logistik atau sembako di rumah harus ada stock yang mencukupi untuk keenam personil keluarga kecil kami.

Beruntung waktu itu ada bantuan dari berbagai instansi dan perorangan yang ikut membantu program pemerintah dengan bantuan beras dan sembako setiap bulan selama kurang lebih 3 bulan. 

Sebenarnya malu menerima bantuan itu. Mestinya membantu saat kondisi Pandemi seperti ini, namun apa hendak di kata, semua usaha/bisnis berhenti tiba-tiba.

Dalam kegamangan suasana Pandemi yang makin menggila, mertua di kampung menelpon dan minta kami sekeluarga untuk balik dulu saja ke kampung.

"Udah pulang dulu aja, nggak usah khawatir di kampung mah, aman beras banyak lagi pula Mul kan mau kerja apa aja, nanti di sini bisa ngerjain apa aja" kata Emak mertua saya di ujung HP saat telponan sama istri saya.

"Iya mak, nanti bilang sama Mas Mul" jawab istri yang langsung mendiskusikan tawaran ini dengan saya.

"Gimana bi, kita pulang aja nich ke Lampung?" Istri saya mencoba merayu mengajak ke Lampung.

"Entar dulu ya mi, kita mesti pikirkan, soalnya ini pasti lama, apalagi kita ber enam, nggak enak numpang hidup sama orangtua"  saya mencoba berpikir realistis.

" iya tapi kita mau usaha apa ?" Istri saya mulai ragu dengan keadaan yang ada.

"Ya nanti Abi cari info pekerjaan kalau ada" jawab saya mencoba meyakinkan istri agar tetap sabar,

Di hari menjelang pulang ke Lampung, yang akhirnya menjadi keputusan kami karena tak kunjung ada kepastian pekerjaan atau usaha baru, tiba-tiba seorang teman kirim WA ke saya.

"Pak Mul bisa gabung di proyek saya pak, ngawasin yang kerja aja, tapi gaji harian, bisa nggak ?"  begitu WA yang di kirim teman saya yang sudah jadi kontraktor, pak Maksum namanya.

"Insya Allah siap pak" Jawab saya di WA.

Akhirnya kami nggak jadi pulang ke Lampung, saya sudah dapat pekerjaan baru untuk tetap bertahan di Tangerang.

Uang tiket atau ongkos yang di transfer Kakak saya (Mas Giman), tadinya mau saya kembalikan karena nggak jadi pulang, akhirnya saya minta ijin ke Kakak untuk jadi modal jualan sayuran sistem delivery order.

Jadi selain kerja jadi mandor proyek, pagi sebelum berangkat kerja, saya mengantar pesanan sayuran dulu ke pelanggan.

Sebelum Maghrib saya sudah sampai di rumah, jadi masih ada kesempatan untuk ngajar Iqro bapak-bapak. Dan kebetulan ada 6 peserta baru yang siap ngaji dari Iqro jilid 1.

Alhamdulillah, akhirnya bisa ngaji lagi sama Bapak-bapak, seminggu jadwal 3 kali, Senin malam, Rabu malam dan Kamis malam. Pengajian di mulai ba'da isya sekitar jam 19.45 sampai dengan 21.00 WIB.

Antusiasme pak Roni (Ketua RW), Pak Doel, Pak Darmin, Pak Arif, Pak Yudi dan Pak Dhani saat mengaji menambah semangat saya juga untuk mengajar. Jika ada salah satu peserta pengajian yang tidak hadir, pak Roni langsung japri menanyakan mengapa belum hadir.

Saat lagi semangat-semangatnya mengaji, ada saja hal yang sedikit mengganggu aktifitas ini. Rumah kontrakan jatuh tempo pembayaran, jumlahnya cukup lumayan Rp. 15 juta untuk setahun dan uang yang ada baru ada Rp. 4 juta.

Tadinya saya mau pindah rumah kontrakan saja yang bayar bulanan, namun karena beberapa pertimbangan, salah satunya masukan istri saya untuk bertahan dan nego bayar dulu aja setengah tahun.

Saya coba nego ke yang punya rumah dan di setujui, tapi harga di naikan jadi Rp. 8 juta untuk setengah tahun.

Waktu tinggal 4 hari lagi untuk pembayaran rumah, dana yang ada masih kurang Rp. 4 juta lagi. Banyak sebenarnya teman-teman yang bisa di mintain tolong untuk di pinjemin, tapi rasanya malu mau pinjem.

Saat pengajian pak RW sempat nanya :
"Gimana soal rumah pak Mul ?” tanya beliau.

"Sudah saya nego pak, bisa setengah tahun dulu tapi harga jadi Rp. 8 juta, saya baru ada Rp. 4 juta, sisanya nanti nyari lagi" jawab saya menjelaskan kondisi terkini.
"Biasanya injury time ada pertolongan Allah pak" tambah saya.

"Ya sudah gini aja, sisanya yang Rp. 4 juta saya yang nalangin dulu, nanti pak Mul bisa mulai nyicil bulan Januari atau Februari tahun depan" suara pak RW memecah keheningan di sela-sela obrolan itu.

"Masya Allah, beneran Pak RW" tanya saya setengah tidak percaya.

"Bener pak, nanti WA aja nomor rekening Pak Mul ya" pinta pak RW.

"Siap pak RW" jawab saya mantap.

Rejeki yang tidak di duga-duga datangnya darimana saja bisa lantaran siapa saja, rasa syukur kami panjatkan atas kemudahan ini.

Tidak sampai di sini, setelah beberapa hari saya bayarkan uang Rp. 8 juta ke pemilik rumah, aktifitas normal kembali, bekerja, dan mengaji sepekan 3 kali.

Saat pengajian berikutnya tiba-tiba Pak RW bilang lagi : "Begini pak Mul, uang yang Rp. 4 juta talangan dari saya itu nggak usah di bayar lagi, Bapak-bapak pengajian sepakat membayar patungan utang Pak Mul"  begitu kira-kira penjelasan pak RW.

Saya bengong tak percaya dengan apa yang di katakan pak RW, "beneran ini pak ?" Tanya saya.

"Bener Pak Mul, ini kesepakatan Bapak-bapak pengajian" Pak RW meyakinkan saya.

”Masya Allah Tabarakallah, terima kasih ya Allah, terima kasih Bapak-bapak semua, semoga Allah selalu memberikan rahmat-NYA kepada kita semua" do'a saya untuk semua jama'ah Pengajian.

Begitulah sekelumit kisah nyata yang saya alami di tengah Pandemi, bukti Keberkahan mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an. Semoga bisa menjadi semangat kita semua untuk selalu berdekatan dengan Al-Qur'an.

#Day21novAISEIWritingChallenge








Senin, 23 November 2020

TANTANGAN TEMA BESAR

Ternyata konsisten dengan tujuan itu butuh perjuangan, butuh kesabaran melakukan rutinitas yang terkesan itu-itu saja, bisa di bilang ma'af membosankan kata anak sekarang.

Tapi dari sekian ketidak enakan itu suatu ketika akan merasakan hal yang luar biasa jika bisa sampai di tujuan tersebut.

Seperti yang di rasakan oleh para pendaki gunung, saat perjalanan menuju puncak sangat melelahkan, bahkan terkadang sampai terjatuh karena tersandung akar pohon atau batu.

Namun saat mencapai puncak, rasa lelah itu akan hilang dengan melihat pemandangan indah dari atas puncak gunung.

Begitupun dengan tujuan kita meraih impian, sangat melelahkan, bahkan terkadang agak sedikit gila karena melakukan sesuatu yang tidak lazim di kerjakan oleh orang kebanyakan.

Coba kita flashback sebentar dengan apa yang kita kerjakan, menulis challenge setiap hari, yang sebelumnya belum pernah kita lakukan, dan aktifitas ini pasti merubah atau menambah agenda harian kita. 

Yang memakai laptop, di depan laptop makin lama dan terkadang bengong sendirian mau nulis apa mikir dulu, yang memakai HP, pencat pencet HP begitu bersemangat demi menyelesaikan challenge, sampai di tanya anaknya pas lagi Daring nggak conect.....betul tidak ? ......hehehe......baru nyadar ya .....

Ada harapan yang tersirat dan tersurat dalam aktifitas kita selama ini, berharap bisa menjadi penulis terkenal atau setidaknya karya-karya kita terpampang di toko buku Gramedia atau toko-toko buku besar lainnya, Gunung agung misalnya, eh .....Gunung agung masih ada nggak sich ?

Atau kalau jaman sekarang terpromo di online shop yang jumlahnya makin banyak. 

Menuju ke sana tentu butuh perjuangan seperti halnya perjuanga naik ke puncak gunung. Dan AISEI memfasilitasi para Pemimpi menjadi penulis hebat  seperti di bukunya bu Aam Nurhasanah, S.Pd untuk sampai ke tujuan itu.

Kembali ke tujuan saat kita berpaling adalah jalan terbaik untuk cepat mencapai tujuan tersebut. Tulisan inipun kembali mengingatkan saya untuk kembali ke tema besar dan tujuan saya menulis untuk apa.

"Lakukan sesuatu yang tidak dilakukan orang lain, maka kita akan mendapatkan sesuatu yang tidak di dapatkan oleh orang lain"


Yuk Kembali ke Tema besar !

#Day20novAISEIWritingChallenge



Minggu, 22 November 2020

SILATURAHIM MEMBAWA REJEKI

                   Logo hasil karya Bang Indra
               GERATIS idenya Pak D Susanto
                 KEBAB Idenya Kang Mul Jozz

Hari ini sudah nulis cukup panjang, tapi endingnya belum ketemu, akhirnya gagal di posting, saya pikir buat besok lagi aja tiggal di lengkapi untuk challenge berikutnya, jadi punya deposit tulisan di draft Blog.

Logo di atas secara tak langsung memberikan semangat untuk saya saat lagi malas menulis. Lihat aja tulisannya dan baca kepanjangannya.
GERATIS KEBAB = GErakan liteRAsi Tanpa Iming-iming Sesuatu, dapatkan KEpuasan Batin dan Bahagianya.

Hari ini saya hanya mau menulis sedikit saja yang judulnya sangat familiar di telinga kita "Silaturahim membawa rejeki" , dan hari ini saya membuktikan kalimat itu :
1. Pagi saat jalan-jalan pagi bersama istri dan si bungsu, mampir ke rumah mas Susilo, dapat suguhan kopi dan pulangnya si bungsu di bawain kue-kue dan permen.
2. Sore ke Sekolah Alam Tangerang Mekarbakti bertemu sama Pak Haji Ika salah satu pendiri sekolahan untuk diskusi soal PSB, dapat suguhan jeruk dan apel, pulangnya di bawain kue kering 1 box.
3. Ba'da Maghrib ke rumah Pak Nana untuk keperluan pondok ngaji Irsyadul Idad, dapat suguhan kue dan pulangnya di bawain sebungkus lauk Cumi karena katanya masaknya kebanyakan.
4. Dari tempat pak Nana mampir ke teman lama istri karena lama tak bersua, dan kebetulan suaminya seorang guru ngaji dan pemimpin tahlilan baru pulang selametan/tahlilan bawa kue-kue 2 box besar. Dan saat kami pulang yang satu boxnya di bawain kami buat buah tangan. Belum lagi bibit bunga yang menjadi kesukaan istri saya juga di bawain untuk di tanam di rumah.

Kalimat "silaturahim membawa rejeki" yang berasal dari hadits Rasulullah itu benar adanya, karena saya sudah membuktikannya berkali-kali termasuk hari ini. 

Dan ternyata, rejeki itu macam ragamnya banyak tidak hanya soal makanan yang kita dapatkan, tapi bisa berupa peluang kerja, peluang usaha dan lain sebagainya.

Salam Literasi ......

#Day19novAISEIWritingChallenge

Sabtu, 21 November 2020

BERKAH AL-QUR'AN DI SAAT WABAH (part 1)


Bismillahirrahmanirrahim, 
Semoga apa yang akan saya ceritakan ini bisa bermanfaat untuk kita dan anak cucu kita.

Saya tidak akan bercerita tentang ibu-ibu yang ada di foto ini, tetapi saya akan ceritakan kisah yang saya alami sendiri, yang saya rasakan sendiri, bagaimana keberkahan Al-Qur'an membersamai kehidupan kami.

Saya, Mulyono bin Narno Jickyn yang biasa di sebut Kang Mul Jozz (KMJ) menceritakan ini untuk di ambil hikmah dan ibrohnya bukan bermaksud untuk menunjukkan ini loh saya sudah mengajarkan Al-Qur'an, bukan sama sekali. "Ya Allah jauhkan hamba dari penyakit hati, riya', ujub dan yang lainnya".

Ilmu saya sangat dangkal tentang Al-Qur'an, siapalah saya, saya hanya bisa mengajar Abatatsa dan sedikit Makhorijul huruf yang belum pas pengucapannya. 

Tapi saya semangat memberantas buta huruf Al-Qur’an semampu saya, sedih rasanya jika melihat teman, tetangga atau saudara yang umurnya di atas 40 tahun dan belum bisa membaca Al-Qur'an.

Sangat banyak orang-orang yang mengabdikan dirinya demi mengajarkan Al-Qur'an kepada masyarakat, ada yang lewat TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an), ada yang lewat Ma'had, Pesantren, Sekolahan, Pengajian dan ada juga yang perorangan, saya termasuk yang mengajar non formal dan langsung kepada Bapak-bapak tetangga rumah menggunakan buku Iqro.

Kisah ini berawal dari seorang teman yang tiba-tiba bilang ke saya selepas sholat Maghrib di Masjid Al-Fatih (Sekolah Islam Terpadu Al-Fatih Gardenia Citra Raya), Tangerang.

"Pak Mul, tolong cek bacaan Qur'an saya ya, 2 atau 3 ayat bacaan saya seperti apa !" Pinta Uda Eka, tetangga sekaligus sahabat saya dari Padang.

"Siap Uda" jawab saya singkat sambil mengambil mushaf Al-Qur'an yang tersusun rapi di atas meja belajar masjid Al-Fatih.

Bacaan di mulai, ayat pertama di baca, kedua di baca dan saat mau membaca ayat ke 3 saya stop, 

"Stop Uda cukup"  saya stop bacaan Uda Eka waktu itu yang di baca saya lupa surat apa ayat berapa.

"Kapan Uda terakhir baca Al-Qur'an ?" Tanya saya penasaran.

"Waduh sudah lama sekali Pak Mul, saya lupa. Kalau pas puasa juga jarang-jarang baca saya, tapi belajarnya sudah lama sekali saat saya STM di Padang, kurang lebih 20 tahunan yang lalu lah" jawab Uda Eka menjelaskan.

"Astaghfirullah" Istighfar spontan keluar dari mulut saya.
"Pantesan Uda banyak yang salah bacaannya" saya mencoba hati-hati menjelaskan ke Uda khawatir beliau tersinggung.

"Kenapa Pak, banyak yang salah ya ?" Tanya Uda juga penasaran dengan bacaan Qur'annya.

"Iya Uda, ma’af ya Makhorijul huruf, harokat dan hukum nun matinya masih banyak yang salah, perlu di perbaiki lagi" ungkap saya menjawab penasaran Uda Eka.

"Bisa nggak setiap ba'da Maghrib  belajar sama pak Mul ?" Uda Eka meminta ke saya.

"Insya Allah Uda, sekalian ajak temen-temen yang lain aja da biar ramean ngajinya"  pinta saya balik untuk sekalian membuka pengajian Iqro, atau simak bacaan Al-Qur'an sesuai kemampuan masing-masing.

Gayung bersambut, sejak saat itulah mulai ada Bapak-bapak yang mulai mengaji di Masjid dengan di bimbing oleh Pak Tri Wahono, saya, pak Taufiq dan Pak Amat.

Pengajian di bagi beberapa kelompok sesuai kemampuan jama'ah masing-masing, ada yang sudah Al-Qur'an di bimbing pak Tri, Iqro 3 ke atas di bimbing Pak Taufiq dan Pak Amat. Sedangkan saya specialis Iqro 1 dan Makhorijul huruf.

Setelah pengajian berjalan beberapa bulan, Alhamdulillah mulai ada kemajuan, beberapa peserta seperti Uda Eka, Pak Eka, Pak Tampana, Pak Sugiyo, Pakde Hadirin dan Pak Buyung mulai ada kemajuan dan sudah bergabung di kelompok Al-Qur'an dan perbaikan Tahsin yang di bimbing pak Tri Wahono.

Bersambung di Part 2 ..........

#Day18novAISEIWritingChallenge


Jumat, 20 November 2020

LALAI KARENA BISNIS

Foto hanya ilustrasi

Mulyadi Sastrawan atau saat kecilnya sering di sebut Simul oleh orang-orang sekampungnya, berubah nama panggilannya saat berada di Tangerang. 

Simul dewasa yang sudah bekerja di salah satu perusahaan spare part otomotif di kawasan manis juga aktif menyalurkan hobinya di sepak bola tingkat perusahaan. Dan biasanya, di permainan bola, ada nama-nama panggilan beken layaknya pemain dunia ......(mimpi di siang hari karena tidurnya nggak berdo'a .....hehehe).

Begitupun dengan Simul, ia sering dipanggil keponakannya dengan panggilan Mamung (mau nyebut Masmul masih cedal, jadinya Mamung), akhirnya nama itu yang ia pakai untuk nama bekennya di dunia sepak bola ala perusahaan.

Mamoeng, nomor punggung 18 karena Simul ....eh Mamoeng ngefans berat sama pemain Jerman Jorgen Klinsmann nomor punggung 18 kala itu.

Sejak saat itu nama Mamoeng mulai di kenal di kalangan pecinta sepak bola tingkat perusahaan.....(lumayan lah buat obat kebisingan dan apeknya bau karet pabrik), tak jarang Mamoeng sering di bon (istilah dalam bola tarkam atau antar kampung, di bon berarti di bayar untuk ikut gabung di team lain), lumayan bisa buat beli sabun buat nyuci kaos sama sepatu .....hehehe.

Selain di kenal sebagai pesepak bola antar perusahaan, Mamoeng julukan baru Simul juga di kenal sebagai seorang yang aktif memperjuangkan hak-hak karyawan dengan memperjuangkannya tanpa pamrih. Ia aktif di organisasi serikat pekerja selama hampir 5 tahun dan jabatan terakhirnya sebagai Ketua PUK (Pimpinan Unit Kerja) Perusahaan.

Lama berkecimpung di dunia pembelaan pekerja/karyawan, Mamoeng merasa ada yang kurang pas dengan perjuangannya tersebut, karena selain menyita cukup banyak waktu, tenaga dan pikiran, terkadang berpikir sehebat apapun perjuangan di serikat pekerja, Upah sudah di tetapkan maksimalnya, artinya ada batasan yang tak bisa di tembus oleh perjuangan negosiasi.

Akhirnya atas saran dan masukan dari seorang teman, Mamoeng mulai terjun ke dunia bisnis dengan tetap bekerja dan aktif di serikat pekerja. Sejak itulah sikap Mamoeng mulai berubah, yang tadinya meledak-ledak emaosinya saat  perundingan dengan pihak perusahaan, kali ini mulai turun tensinya.

Hal ini pengaruh dari beberapa hasil training dan membaca buku yang di sarankan oleh leadernya di bisnis barunya, bisnis Multi Level Marketing atau Network Marketing, bisnis barunya dan juga bisnis perdananya.

Bagaimana tidak berubah sikap kalau buku yang di baca seperti :
1. Berpikir dan berjiwa besar.
2. Mencari Kawan dan mempengaruhi orang lain.
3. Personality Plus.
4. Mengembangkan Kepemimpinan dalam diri Anda.
5. Jangan Mau seumur hidup jadi orang gajian.
6. Berani Gagal.

Dan buku-buku lainnya yang di rekomendasikan oleh Suport system' bisnis tersebut. Mainset berubah, cara berpikir berubah, cara bersikap dan bertindak berubah. Yang ada di benaknya hanya Sukses dan kaya.

Sejak itulah, Mamoeng sibuk dengan bisnis barunya, ia lupa dengan pengajiannya, ia lupa bersosialisasi dengan tetangga, yang ia lakukan setiap hari keluar rumah untuk Presentasi, meeting, training dan seminar demi kesuksesan dirinya,

Meski Sholat 5 waktu tak pernah ia tinggalkan, namun aktifitas dengan tetangga nyaris tak pernah ada, ngaji, kerja bakti dan lain-lain hampir tak pernah ia ikuti, ia larut dalam euforia momentum bisnis barunya itu.

Ia benar-benar lalai karena bisnis itu !

Bersambung .........

#Day17novAISEIWritingChallenge


Kamis, 19 November 2020

JEMBATAN


Saat melihat foto ini, saya teringat masa kecil dulu. Memang untuk berangkat sekolah tidak se extrim di foto itu, harus sebrangi sungai yang deras dan tentu saja ini bertaruh nyawa. Apakah masih ada kondisi seperti ini di Indonesia ? Tentu saja masih ada. 

Kalau saja pemangku jabatan lebih  berpihak dan memprioritaskan kepada pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan rakyatnya, aksesnya akan di permudah, kondisi seperti ini tidak akan ada lagi di negri yang katanya gemah Ripah loh jinawi ini.

Dulu saat SD kelas 1 sampai kelas 3 akses rumah saya ke sekolahan sangat dekat, tapi ada anak sungai kecil yang harus saya lewati, dan di situ belum ada jembatan penghubung. Saat musim kemarau aman, namun saat musim hujan saya dan teman-teman cukup khawatir jika terjadi banjir, meskipun sangat jarang.

Biasanya jika terjadi banjir, kami harus memutar jalan, yang jika di ukur bisa 4 kali lipat jarak tempuhnya dengan jalur biasanya. Jadi harus pagi-pagi berangkatnya.

Berjalannya waktu, ada inisiatif dari warga dusun untuk membangun jembatan penghubung menggunakan bambu. Warga dusun termasuk orangtua saya, bahu membahu menyukseskan program ini. 

Karena akses ini bukan hanya untuk dusun kami saja, di belakang dusun kami, ada dusun-dusun yang lain yang juga melewati jalur ini, ada sekitar 4 dusun lagi yang biasa melalui jalur ini.

Seingat saya, yang kerja bakti waktu itu kerjasama 2 dusun, Ngadipiro kidul dan Ngadipiro Lor. Antusiame warga dusun sungguh luar biasa, akhirnya jembatan bambu itupun terpasang kokoh dan bisa di lewati pejalan kaki, pengendara sepeda dan sepeda motor. Sedangkan mobil belum bisa melewati jembatan bambu ini.

Namun saat terjadi banjir besar, jembatan ini terbawa arus air dan tersangkut diantara bambu-bambu di kanan kiri sungai. Keesokan harinya, wargaa dusun harus kerja bakti lagi untuk memperbaiki jembatan ini.

Begitulah kondisi jembatan kami waktu itu terjadi berkali-kali saat banjir besar.

Akhirnya atas musyawarah bersama dipimpin oleh kepala dusun, jembatan permanen menjadi solusi permasalahan ini.

Dengan swadaya masyarakat kampung di bantu oleh pihak kelurahan desa Rejosari, akhirnya program pembuatan jembatan permanen inipun terlaksana.

Pembuatannya tentu tak secepat tulisan saya ini, butuh waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan proyek besar ini (bagi warga dusun kami, ini proyek besar, karena butuh biaya dan tenaga yang tidak sedikit).

Berkat kerjasama semua pihak akhirnya jembatan ini selesai dan bisa menjadi akses utama 4 dusun ke jalan propinsi yang sudah teraspal. Pembuatan jembatan ini sekitar tahun 1990 an dan masih kokoh sampai saat ini.


*) Tulisan selingan sebelum melanjutkan cerbung.

#Day16novAISEIWritingChallenge


Rabu, 18 November 2020

AULA YATIM


Tulisan ini sengaja saya publikasi sebagai salah satu upaya penggalangan dana untuk pembangunan Aula Yatim/Dhuafa sebagai pusat belajar diantaranya :
1. Training.
2. Mentoring.
3. Belajar Public Speaking.
4. Santunan.

Untuk 40 siswa dan siswi binaan Bina Insan Mulia yang berdomisili di Perumahan Grand Puri Asih Blok. A no. 1 Desa Kadu Jaya Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang Propinsi Banten.

Renovasi ini meliputi pembuatan Kamar mandi/WC baru sekaligus Septiktanknya dan pembongkaran kamar mandi lama untuk memperluas ruang Aula, serta pembuatan ruang kantor Mini ukuran 2,8 m X 4,2 m.

Adapun denah rencana renovasinya sebagai berikut :


Dana yang di butuhkan sebesar Rp. 58.000.000,- sedangkan dana kas lembaga yang tersedia ada sekitar Rp. 20.000.000,-, sehingg kekurangan dana sekitar Rp. 38.000.000,-

Bagi Pembaca yang Budiman yang mempunyai kelapangan rejeki bisa ikut berpartisipasi untuk beramal melalui program ini, karena setiap ruangan ini di pakai untuk kegiatan lembaga mencerdaskan anak-anak Yatim/Dhuafa  melalui training, mentoring dan belajar Public Speaking serta kegiatan santunan lainnya, insya Allah pahala akan mengalir ke para Pembaca yang Budiman.

Adapun partisipasinya bisa di transfer ke Bank BRI Syariah (422)
No. Rekening : 1057463027
Atas nama BIM Berbagi

Setelah transfer bisa konfirmasi melalui WA 
Ke nomor : 0877 7036 0507
ke Mas Fathur

Amal yang tak akan pernah putus, bahkan sampai kita di alam kubur :
1. Ilmu yang bermanfaat
2. Do'a anak yang Sholeh
3. AMAL JARIYAH

#Day15novAISEIWritingChallenge

Senin, 16 November 2020

BERBAURNYA ANTARA PERANTAU & PENDUDUK ASLI

Foto hanya ilustrasi

"Wa'alaikum salam, silahkan masuk mas !" Terdengar suara jawaban salam dari dalam, sang Ustadz mempersilahkan masuk Simul dan teman barunya itu.

"Silahkan duduk, dengan mas siapa ya ?"  sang Ustadz menanyakan nama sambil menyodorkan tangannya mengajak salaman.

"Mulyadi Sastrawan  pak, panggil aja Mas Mul" Simul menjabat tangan sang Ustadz sebagai tanda perkenalan.

”Okey mas Mul, kita ngobrol-ngobrol dulu aja ya, aktifitas mas Mul apa saja sekarang" tanya sang Ustadz.

"Saya kerja shift pak, kalau shift 1 kerja mulai jam 6 pagi pulang jam 2 siang, shift 2 jam 2 siang sampe 10 malam, shift 3 kerja jam 10 malam pulang jam 6 pagi" Simul memberikan penjelasan waktu kerjanya.

" Terus aktifitas selain itu apa mas ? Sepulang kerja ngapain aja" sang Ustadz mengajukan pertanyaan berikutnya.

"Ya paling buat menyalurkan hobby saya main bola pak, seminggu 2 kali” jawab Simul singkat.

"Hidup kalau cuma buat kerja, makan, terus nyalurin hobby kayaknya datar banget ya mas, monoton" sang Ustadz mengajak berpikir ke hal yang lebih luas lagi.

"Iya sich Pak, habis mau gimana lagi, pulang kerja sudah capek, malamnya paling melepas kepenatan gitaran sama temen-temen" Simul mencoba menjelaskan.

" Mau ngaji, bingung saya mau ngaji dimana, ikut ngaji di masjid, ustadznya pake bahasa Sunda, te nyahok urang" .....lanjutnya sambil menyisipkan Bahasa Sunda medok Jawa .....hehehe. hanya itu yang ia bisa.

Suasana ruangan kontrakan petak yang berisi beberapa orang itu seolah hanya di isi 2 orang saja, sang Ustad dan Simul yang di tanya terus sama Pak Ustadznya, sementara yang lain hanya terdiam seribu basa mendengarkan obrolan itu.

"Baiklah kita mulai saja ya kajian kita malam ini, kita pindah ke ruang dalam yang ada whiteboardnya" ajak Ustadz ke semuanya. Merekapun pindah semua ke ruang dalam.

Kajian di mulai

"Dari obrolan kita awal tadi, ternyata sebagian besar kita hanya selalu berpikir dan bertindak untuk urusan dunia, sementara Akherat tempat kembali kita hanya di lakukan sepintas saja, sisa-sisa tenaga kita, betul nggak kira-kira ?" Tanya ustadz mencoba ngetest  konsentrasi kita.

"Betuuuulll" jawab semua yang hadir malam itu.

Singkat cerita, sang Ustadz menyampaikan panjang lebar tentang Islam dimulai dari bab Keimanan, cinta Allah, cinta Rasul dan seterusnya. Pengajian rutin di adakan seminggu sekali.

Sampai akhirnya karena banyaknya peminat pengajian itu, dan atas ijin pengurus DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) setempat, kajian pindah tempat ke Masjid. Pengurus masjid begitu antusias menyambut baik kajian tentang Aqidah dan akhlak tersebut.

Sejak saat itu penduduk pribumi dan pendatang mulai berbaur tanpa membedakan antar penduduk pribumi dan perantau, semua salin bahu membahu dan tolong menolong satu sama lain.



#Day14novAISEIWritingChallenge










Minggu, 15 November 2020

KETEMU YANG DICARI


Berbekal ilmu Iqro dari kampung dan nasehat dari Bapak yang selalu mewanti wanti (Berpesan) untuk selalu menjaga diri, menjaga kehormatan diri juga keluarga dan selalu berhati-hati setiap ada ajakan atau tawaran sesuatu dari orang lain yang belum di kenal, Si Mul melangkah sendiri menapaki kehidupan ini.

Saat pencarian jati diri itulah Si Mul menemukan beberapa hal yang cukup menguras energi pemikiran dan keyakinan, salah satu kejadiannya seperti yang akan di ceritakan berikut ini :

"Aku pengen ngaji di sini dimana ya mas Slamet ?" Tanya Simul kepada teman kontrakannya yang sudah duluan menetap di Tangerang.

"Ooo ada Mul, temen kerjaku kemarin ngajakin aku ngaji di deket kontrakannya sana" jawab Mas Slamet bersemangat, 
"Cuma saya belum siap ikut ngaji" tambahnya

"Ngajinya gimana ya mas ?" Simul penasaran menanyakan seperti apa pengajiannya.

"Ya ngaji Al-Qur'an, terjemahan gitu"  mas Slamet menjawab sambil menyalakan korek api di tangannya, mas Slamet ini perokok aktif dan agak jauh dari agama, shalat masih jarang-jarang, dan kadang juga iseng minum bir beralkohol.

"Ustadnya darimana mas"  Simul makin penasaran tanda kalau dia ingin sekali menghadiri pengajian itu.

"Darimana ya, kayaknya jauh juga, ada yang dari Jakarta juga katanya"  mas Slamet sudah mulai malas menanggapi pertanyaan Simul.
"Gini aja Mul nanti aku bilang ke temenku yang ngajakin kemarin, kalau kamu pengen ngaji, biar besok pas jadwal ngaji dia nyamper kamu"  saran mas Slamet ke Simul.

"Okey mas kalau gitu, siap"  Simul menutup obrolan itu bersemangat, bayangannya sudah mulai menerawang larut dalam suasana pengajian yang ia cari selama ini.

Tibalah saatnya jadwal pengajian itu, teman mas Slamet akhirnya nyamper  Simul sesuai janjinya. Mereka berdua berangkat menuju kontrakan yang di maksud.

Sampai di lokasi terlihat ada beberapa orang sedang di ajak ngobrol sama seseorang yang sepertinya di sebut Ustadz itu. 

"Assalamu'alaikum ....." Salam Simul dan teman barunya dari luar kontrakan.

Bersambung ...........

#Day12novAISEIWritingChallenge

Sabtu, 14 November 2020

MENCARI JATI DIRI


Suatu ketika teman SD yang sudah merantau duluan ke Jakarta menawari Simul kerja menjadi tukang kebun dengan bayaran Rp. 200.000,- /bulan (Saat itu UMP Jakarta masih sekitar 120.000,-/bulan di tahun 1995). Tanpa pikir panjang Simul ambil peluang itu ....,ya daripada nganggur pikirnya.

Koq bisa gaji tukang kebun ngalahin UMP (Upah Minimum Propinsi) ?
Ya ....karena ini tukang kebun di perumahan yang punya rumah Bule Australia ......ya wajar kalau gajinya lumayan waktu itu .... Lumayan untuk ukuran Pekerja serabutan.

Menjadi tukang kebun tak bertahan lama, hanya sekitar 1,5 bulan, tapi kosakata bahasa Inggris Simul bertambah 1 hari 5 kosakata, kali 40 hari sudah 200 kosakata yang ia hafal .....Wow ....

Kenapa mesti ngafalin kosakata bahasa Inggris ?
Ya ....karena bosnya, suami istri orang Australi, ngomongnya mesti pake bahasa Inggris.

Selama menjadi tukang kebun itu, Simul tetap kirim-kirim lamaran via post dan titip lewat teman yang sudah bekerja di Perusahaan. Akhirnya nyangkut  juga satu panggilan di Tangerang, Simulpun hijrah ke Tangerang.

Tahun 1995 Tangerang masih gersang, jalanan masih banyak yang berdebu, teman-teman yang pernah di Tangerang tahun itu dan membandingkan dengan saat ini, tentu akan sangat jauh perbedaannya.

Saat itulah Simul mulai memasuki kawasan industri dan kerja di pabrik spare part otomotif di PT. Arai Rubber Seal Indonesia (ARSI). 

Bayangan kerja di kantoran, duduk di belakang meja dan di depannya seperangkat komputer sebagai alat bantu kerja, berubah total dengan kenyataan yang ada, karena hanya bermodal ijazah SMEA/SLTA alat bantunya mesin-mesin produksi dengan suasana kerja yang panas dan berbau karet.

Kerja Shift 1, 2 dan 3 bergilir secara bergantian, membuat Simul benar-benar harus jaga stamina, karena setiap Minggu harus berubah pola waktu kerjanya.

Main bola seminggu sekali adalah hiburan yang sangat ditunggu-tunggu sebagai pelepas penatnya suasana kerja. Hobby lamanya waktu di kampung dulu benar-benar tersalurkan di lapangan hijau (meski aslinya lapangannya tanah merah, karena rumputnya sedikit ....hehehe).

Hal yang paling menyedihkan Simul saat datangnya bulan Ramadhan, saat di kampung dulu setiap sore menjelang berbuka pasti ke masjid untuk mengajar ngaji anak-anak full selama bulan Ramdhan dan berbuka puasa bersama ta'jil dari masyarakat yang di giilir setiap harinya. Malamnya selepas Shalat Taraweh, tadzarus bersama teman-temannya..

Di Tangerang, suasana berubah 180° bertolak belakang dengan suasana di kampung dulu. Saat shift 1 sorenya berbuka sendirian di kontrakan atau warteg terdekat, shift 2 berbuka di Pabrik, dan shift 3 yang paling menyedihkan, jam 21.30 saat dulu di kampung masih asyik bertadzarus Al-Qur'an di masjid, di Tangerang jam itu juga harus berangkat bekerja shift malam.

Sepanjang perjalanan ke pabrik, terdengar suara tadzarus dari Masjid bersahut-sahutan, menambah suasana hati yang makin rindu akan kampung halaman.

Namun setelah berjalan bertahun-tahun, akhirnya Simul mulai bersahabat dengan keadaan dan kenyataan. Apalagi saat itu pengurus masjid perusahaan juga aktif melakukan kegiatan-kegiatan dakwah yang membuat suasana Perusahaan mirip seperti Pesantren.

Sebulan sekali di adakan kajian dengan Ustadz-ustadz yang di hadirkan dari ibukota dan juga kota Tangerang. Saat Ramadhan tiba sepulang shift 2 di adakan Shalat Taraweh berjama'ah di masjid.

Hal itulah yang membuat Simul seperti menemukan jati dirinya dulu, ia kembali mengaji, ia menemukan teman-teman yang se visi dan sejalan dengan apa yang ia cari selama ini.

Hidup tidak hanya untuk kerja dan makan, tetapi harus ada keseimbangan antara jasmani dan rohani, mesti ada bekal yang harus di siapkan untuk bekal jangka panjang di Akherat nanti.

Dan saat itu Simul yang mulai beranjak dewasa mulai menemukan jalan yang ia cari.

Bersambung ...       

#Day10novAISEIWriting Challenge






 

Jumat, 13 November 2020

MERANTAU DAN GALAU


Simul Remaja yang mulai beranjak dewasa ternyata tak mampu bertahan untuk mengabdikan hidupnya memajukan kampung halamannya.

Lulus SMEA dia langsung  meninggalkan kampung halaman tercinta dengan meninggalkan kedua orang tuanya untuk mengadu nasib ke kota Jakarta.

Kenangan-kenangan indah saat dia aktif di IRMA (Ikatan Remaja Masjid Al-Amin) dan PSPN (Persatuan Sepak bola Putra Ngadipiro) pun tak mampu menahannya untuk tetap bertahan dan mengembangkan organisasi ini sebagai wadah bersosialisasi dan pengembangan diri.

Keberangkatan menuju ibukota sudah di nanti-nanti, tiket bis sudah di pesan, surat pindah kependudukan sudah di urus, ijazah dan semua surat-surat sudah lengkap untuk bekal persiapan melamar pekerjaan. 

Impiannya hanya sederhana, bisa bekerja di kantor sebagai administrasi di  belakang meja dan bekerja menggunakan komputer. Sangat sederhana.

Setibanya di Jakarta, dia bingung, apa yang dia bayangkan selama ini ternyata jauh panggang dari api, ia menumpang tinggal bersama kakaknya yang bekerja sebagai sopir pribadi, pagi berangkat sore menjelang Maghrib baru pulang, terkadang malam baru pulang.

Praktis Simul mesti melamar pekerjaan sendiri tanpa bantuan siapa-siapa. Bahkan untuk mengurus KTP DKI pun ia harus beranikan diri jalan sendiri ke Kelurahan dan kantor kependudukan. Dengan berbekal surat pindah dari kampungnya.

Koran Pos Kota adalah langganannya waktu itu, bukan berita kriminal atau kisah kartun Si Otoy yang ia baca, tapi informasi Lowongan pekerjaan yang ia pantengin setiap hari. Setiap ada lowongan ya g membutuhkan tenaga administrasi ia tandai, kemudian besoknya ia datangi dengan naik metromini atau kopaja.

Siang atau sore selepas melamar pekerjaan di perkantoran dan gedung-gedung bertingkat, ia kembali dengan membawa koran Pos Kota terbaru untuk berselancar mencari lowongan kerja lagi.

Sudah puluhan lowongan pekerjaan yang ia sambangi, namun pekerjaan itu tak kunjung ia dapatkan. Galau dan gundah gulana ia rasakan, harapan dan impian yang selama ini ia bayangkan ternyata benar-benar tidak sesuai dengan kenyataan.

Sementara dia sudah mendengar kabar, teman-teman sekelasnya dulu sudah banyak yang bekerja, ada yang di kantor, ada yang di Supermarket dan ada juga yang menjadi Sales.

Kegalauan hatinya cukup lama ia rasakan, "Ya Allah, mesti gimana lagi aku ini" ....,gumamnya saat duduk di depan Supermarket Aldiron Plaza Blok M pagi itu selepas membeli koran Pos Kota.

Ia melihat orang-orang hilir mudik di depan matanya, mereka setengah berlari mengejar bis kota untuk berangkat kerja. Sementara Simul duduk termenung sebagai seorang pengangguran. 

"Sampai kapan aku seperti ini ?" .....lirihnya dalam hati.


Bersambung .......... 

#Day10novAISEIWritingChallenge


MOMENTUM SAAT BACA BUKU

Aku termenung melihat buku kiriman bu Aam yang berjudul Mengukir Mimpi jadi Penulis Hebat, Sudah beberapa hari buku ini sampai di tanganku, kubaca judulnya, ku buka profil penulisnya, kata pengantar dari para pakar, ku buka bab demi bab.

ku baca penuh semangat sebagaimana semangat para pemateri di buku itu, semangat untuk menulis, semangat untuk berkarya dan semangat untuk menorehkan tinta sejarah untuk anak cucu nanti.

Buku itu dan komunitas belajar menulis telah merubah keraguanku karena kekuranganku, menjadi semangatku untuk melakukan sesuatu sebagai wujud perjuanganku menghasilkan karya nyata di dunia.

Karena itu semua, akhirnya kuputuskan untuk melanjutkan cerita tentang anak dusun yang tidak terkenal itu untuk menunjukkan perjuangannya menggapai mimpinya, mimpi yang bukan sekedar mendunia tetapi juga mengakherat.

Merindukan Mahkota Surga adalah impian yang tidak mustahil, itu impian yang bisa di rencanakan, tentu dengan perjuangan yang tidak ringan, dengan komitmen yang tinggi untuk melakukannya dan butuh evaluasi sampai akhir hayat kita.

Impian yang aneh ?
Bukan, ini bukan impian yang aneh, karena ini terkait dengan keimanan, terkait dengan keyakinan.

Baiklah, kita lanjutkan cerita tentang anak dusun itu yang sudah sampai di episode Merantau dan galau, selamat membaca !



<marquee>Bersambung</marquee>

#Day9novAISEIWritingChallenge





Rabu, 11 November 2020

CINTA PERTAMA PUTRIKU


Sebelum melanjutkan Menulis tentang tema besar Merindukan Mahkota Surga, saya menyelipkan moment istimewa ini untuk sekadar berbagi cerita dengan pembaca setia Blog Kang Mul Jozz.

Foto yang saya tampilkan ini kiriman putri sulung saya yang saat ini sudah mengajar di Ponpes Wadil Qur'an Serpong (Pengajar Program Tahfidzul Qur'an). Salma Nafisah namanya yang mempunyai arti Keselamatan yang tak ternilai, kira-kira begitu maknanya.

Harapan saya dan istri saya saat memberikan nama itu tentu ingin agar Putri sulung kami tersebut selalu selamat di dunia dan akherat dan juga bisa menjadi penolong kedua orangtuanya dengan do'a-doa terbaiknya.

Saat saya dan istri telah di panggil menghadap-Nya suatu saat nanti, dia (Salma) dan adik-adiknya selalu mendo'akan kami saat amal kami yang lain tak mampu berbuat apa-apa. Hanya Amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do'a anak yang shaleh dan shalehah yang bisa menembus langit menolong kami di alam kubur nanti.

Ayah adalah cinta pertama bagi Putrinya, kalimat itu sering terngiang di telinga saya dan menusuk tajam ke relung kalbu yang terdalam. 

Ada kekhawatiran, "apakah aku sebagai ayahnya mampu menjadi ayah yang di idamkannya ?" Pertanyaan itu mengusik saya, rasanya malu jika harus bertanya kepada ketiga Putri sholehah saya, khususnya si sulung yang mulai beranjak dewasa.

Kiriman foto ini sedikit menjawab pertanyaan saya selama ini, semoga kami sekeluarga selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah Subhanahu wata'ala.

#Day13novAISEIWritingChallenge

PENGALAMAN PERTAMA MENGAJAR


Masih berkisah tentang seorang anak Dusun di pojokan Propinsi DIY yang bercita-cita pergi ke kota untuk merubah nasib demi keluarga. 

Perjalanan panjang yang mengikuti arus takdir dari sang Maha Penentu keputusan hidup seseorang. begitupun dengan takdir yang di jalani anak dusun ini.

Sebelum hijrah menuju ke kota yang biasa jadi impian dan idaman anak-anak kampung, remaja tanggung ini sempat mengenyam pendidikan praktis berorganisasi melalui wadah IRMA (Ikatan Remaja Masjid Al-Amin) Ngadipiro Kidul.

Sekretaris dan Ketua adalah langganan jabatannya di organisasi mini lokal ini. Pernah satu ketika sebelum terpilih menjadi Ketua IRMA, Simul merasa ada yang aneh dengan pelaksanaan Voting yang dilakukan malam itu.

Kandidat kuat menjadi Ketua adalah calon incumbent yang cukup lama menjabat sebagai Ketua. Karena ingin suasana baru, remaja yang lain ingin melakukan pergantian Ketua dan Simul menjadi salah satu yang di jagokan.

Tibalah saatnya penghitungan suara. Panitia mulai membuka dan menghitung surat suara yang berbentuk gulungan kertas mirip kocokan arisan dan bertuliskan nama calon ketua (namanya juga voting ala dusun ...hehehe)

"Yanto" ..... Sah
"Yanto" ..... Sah
"Simul cerdas dan bijaksana" ......Sah
"Simul cerdas dan bijaksana" ...... Sah

Begitu seterusnya berselang seling antara Yanto (incumbent) dan Simul sang penantang, lucunya, setiap ada suara Simul selalu di sertai tulisan cerdas dan bijaksana, ini voting rada aneh, seperti ada yang menggerakkan dan memberikan komanda untuk menambahkan tulisan itu.

Di akhir voting akhirnya Simul memperoleh suara terbanyak dan secara otomatis menjadi ketua IRMA periode itu.

Sejak menjabat sebagai ketua, Simul makin aktif di kegiatan masjid. Beberapa hal yang ditekankan oleh ketua baru adalah penertiban administrasi, laporan keuangan dan lain-lain yang di ketik memakai mesin ketik manual jaman dulu (1993).

Hal lain yang menjadi prioritas pengurus baru adalah memakmurkan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) yang mulai berkoordinasi dengan BAMUSTAMAS (Badan Musyawarah Takmir Masjid) sekecamatan Semin.

Sudah mulai di adakan wisuda TPA bagi yang lulus Iqro 6 dan menuju Juz 'Amma. Simul yang mulai sekolah di SMEA Muhammadiyah Semin ikut aktif mengajar TPA, mengajar Iqro adik-adik SD dan SMP yang ada di dusunnya.

Pengalaman pertama mengajar Iqro saat itu sungguh menjadi pengalaman berharga dalam hidupnya, bagaimana harus bersabar membimbing anak orang, harus sabar mengarahkan anak-anak yang mempunyai katakter yang berbeda-beda ......

Bersambung .......

#Day8novAISEIWritingChallenge



Selasa, 10 November 2020

PIDATO PERDANA

                 Foto hanya Ilustrasi

Tak terasa Simul Kecil sudah mulai beranjak remaja, dia melanjutkan sekolahnya di SMP Negri 1 Semin, berjarak 5 Km dari rumah orang tuanya.

Simul berangkat ke sekolah bersama teman-temannya naik angkot, ongkos kala itu Rp. 50,- sekali jalan, jadi Pergi pulang Rp. 100,- itu tarif naik angkot anak sekolah sekitar tahun 1990 an di Kecamatan Semin Kabupaten Gunungkidul.

Tambah usia, tambah keberanian dan tambah teman, itulah perkembangan yang terjadi pada Simul remaja. Meski dia anak Dusun yang kampungnya belum berlistrik, tapi harapan dan cita-citanya terang benderang.

Secara akademis Simul remaja termasuk yang cukup bagus karena selalu peringkat 3 besar di kelasnya, bahkan ketika masuk SMP Negri 1 Semin, NEM nya (Nilai Ebtanas Murni), kalau sekarang nilai UN, peringkat ke-6 dari 300 an siswa yang mendaftar .

Pengalaman berharga pertama kali datang ke kota kecamatan adalah saat Simul bersama Tri wandono dan Saltini mewakili SD se-Rejosari (tingkat desa) ikut lomba Cerdas Cermat Agama (CCA) tingkat kecamatan.

Meski tak berhasil menjadi juara 1, tapi moment itu telah membuat Simul Dkk menjadi lebih PD ( Percaya Diri) dan menambah pengalaman tampil di tingkat kecamatan.

Sementara pidato perdananya Simul, dia tampilkan saat lomba pidato di Masjid Al-Amin saat bulan Ramadhan dan berhasil menjadi juara 1. Metode yang di pakai adalah menghafal naskah yang sudah di buat sebelumnya.

Sejak itu, Simul selalu tampil mengikuti lomba-lomba apa saja yang berkaitan dengan agama, baik lomba di Masjid dusunnya juga lomba yang di adakan oleh sekolah. Dia menganggap penting mengikuti lomba-lomba itu sebagai ajang pembelajaran tampil di depan umum.


Bersambung ......  

#Day7novAISEIWritingChallenge







Minggu, 08 November 2020

IKUT LOMBA-LOMBA

                      Foto hanya ilustrasi 

Yang paling mengasyikkan setelah sekian bulan ngaji  apalagi kalau bukan pelaksanaan lomba-lomba .......uji kemampuan, kecerdasan dan keberanian.

Meski hanya tingkat Dusun, tapi cukup meningkatkan adrenalin para pesertanya, tak terkecuali Simul kecil. 

Simul butuh pembuktian dari hasil belajarnya selama ini, apakah sesuai target atau tidak, sesuai ekspektasi atau tidak ( eh ...,anak dusun jaman dulu mana tau ekspektasi ?) ......mungkin itu bahasa Simul milenial seperti sekarang ini.....hehehe

Jenis-jenis lomba yang biasa di pertandingkan di Masjid Al-Amin antara lain :
1. Lomba Cerdas Cermat beregu.
2. Lomba Bacaan Shalat beregu.
3. Lomba Wudhu perorangan.
4. Lomba Adzan perorangan.
5. Lomba Pidato perorangan.
6. Lomba Membaca Iqro/Al-Qur'an.

Dari keenam jenis lomba yang di pertandingkan tersebut, biasanya Simul kecil ikut semua dan biasa menjadi langganan juara 1 lomba Cerdas Cermat beregu, Lomba Bacaan Shalat beregu, Lomba Adzan perorangan dan lomba Pidato perimorangan.

Saat pembagian hadiah adalah saat-saat yang mendebarkan, di depan jama'ah yang terdiri dari orangtua dan para santri terdapat meja panjang.
Panitia sengaja memajang hadiah-hadiah itu di atas meja untuk membuat suasana menjadi lebih seru dan mendebarkan.

Artis papan atas yang menerima panasonic award karena penampilannya di sebuah film, masih kalah berdebarnya dibanding Simul yang sedang menunggu di panggil menerima hadiah saat itu.

Saatnya tiba, MC ( Master of Cermony) memanggil satu persatu sang juara untuk maju kedepan menerima hadiah istimewa itu. 

Dan tibalah pembacaan Juara lomba pidato :
".......selanjutnya adalah pembacaan juara lomba pidato perorangan, bagi yang di panggil namanya harap maju ke depan, Juara satu, dengan nilai 1789 di raih oleh ..........Simullllll"

Suara  riuh di masjid itu tambah seru (namun tetap menjaga adab di masjid) saat sang juara di panggil, karena itu panggilan untuk ketiga kalinya setelah meraih juara 1 lomba Adzan perorangan dan juara 1 lomba Cerdas cermat beregu.

Dengan langkah penuh percaya diri, Simul menuju ke depan untuk meraih hadiah kotak besar yang di bungkus kertas warna coklat dan bertuliskan JUARA 1 LOMBA PIDATO.

Dalam hati Simul berkata :"Alhamdulillah ya Allah, gemetaran saya sudah hilang sekarang"

Bersambung .........

#Day6novAISEIWritingChallenge

 


SEMANGAT BELAJAR

Selalu bersemangat saat belajar itu menjadi hal yang sangat penting bagi seorang pembelajar. Hal ini juga yang harus di perhatikan oleh seorang pengajar, bagaimana menghidupkan suasana belajar menjadi hidup dan menyenangkan. 

Tak terkecuali mengajar TPA di dusun yang belum masuk listrik seperti di tempat tinggal Simul, tentu butuh kreatifitas para pengajarnya. Karena biasanya anak-anak dusun cenderung pasif, jadi sang guru harus ekstra kreatif untuk menghidupkan suasana.

Seminggu 2 kali jadwal ngaji di sore hari, jam 15.30 sampai dengan jam 17.30…. Simul selalu hadir tepat waktu, karena dia memang tipikal anak yang bersungguh-sungguh jika mengerjakan sesuatu.

Untuk mengurangi kejenuhan saat mengaji di dalam ruangan, pengurus TPA memutuskan untuk ngaji di ruang terbuka, dan yang di pakai  halaman pojok rumah salah satu pengajar yaitu mas Eko. Ngaji di bawah pohon sawo. Pengajian di luar ruangan ini hanya dilakukan sesekali sebagai selingan.

Berkat semangat dan konsistensinya, Simul mampu menyelesaikan Iqro jilid 6 dengan cepat dan tak ketinggalan dengan teman-temannya.

Simul juga sudah hafal semua gerakan dan bacaan dalam Shalat beserta dzikir lanjutan setelah Shalat. Simul seperti berjalan sendiri, mengalir mengikuti arus hidayah dan kasih sayang Allah kepadanya karena ketulusan dan semangatnya itu.

Sejak saat itu ia berusaha tidak meninggalkan shalatnya meskipun tak ada yang mengingatkan. Simul kecil seperti mencari dan terus mencari dimanapun hidayah itu ada, dia mencari hidayah untuk menjemputnya menjadi teman setia.

Ceramah di kaset khas KH. Zainudin MZ menjadi salah satu sumber rujukan fatwa kala itu. Beliau dai kondang sejuta umat yang mampu memukau para pendengar dan jama'ah yang mendengarkan suaranya.

Logat khas Betawi diselingi guyon-guyon renyah membuat pendengar dan jama'ah makin betah, tak mau beranjak pergi sebelum beliau mengucapkan salam penutupan.

Ceramah beliau inilah yang makin membuat Simul bersemangat mendalami Islam, dan hari-hari bahagia yang dinantikan Simul kecil adalah saat datangnya bulan suci Ramadhan.

Bersambung ............,

#Day5novAISEIWritingChallenge




Sabtu, 07 November 2020

JADI SANTRI DI TPA

 

                             Foto hanya ilustrasi
 
Saat Simul kelas 3 SD sekitar tahun 1985, dusun Ngadipiro kidul sudah memiliki Masjid sendiri, meskipun masih sederhana, namanya Masjid Al-Amin yang didirikan atas swadaya masyarakat dan lokasinya tidak jauh dari rumah pak Wardi sang guru ngaji.
            
Antusiasme anak-anak muda kala itu untuk memakmurkan masjid sungguh sangat luar biasa, mereka rata-rata masih sekolah di tingkat SLTA ( Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). 

Ada yang di SMEA Muhammadiyah Semin seperti Mas Eko Sukanto, yang di SMA Watu payung seperti Mas Sutomo dan Mas Wagiyanto, SMA Muhammadiyah Manyaran di wakili Mas Sakino.
         
Serta remaja-remaja lainnya yang tergabung dalam Ikatan Remaja MAsjud Al-Amin yang di singkat IRMA. 
     
Simul kecil sangat terkesan mengikuti pengajian hafalan yang di adakan di rumah pak Wardi, hingga saat IRMA mendirikan TPA ( Taman Pendidikan Al-Qur'an) kala itu, Simul ikut bergabung juga menjadi santri di TPA tersebut. 

Buku panduan yang di gunakan untuk belajar mengajar dan mengenal huruf hijaiyah  waktu masih Qiroati 10 jilid yang baru, kemudian diperbaharui ke Iqro dengan 6 jilid karangan KH. As'ad Humam dari Jogjakarta yang terkenal sampai saat ini.
     
Dengan beberapa pertimbangan, pelaksanaan TPA di adakan di sore hari selepas Sholat Ashar, agar anak-anak usia SD bisa ikut semua.Namun selalu terjadi seleksi alam di hal apapun, tak terkecuali santri TPA Al-Amin ini. Awal di buka TPA peserta begitu membludak saking antusiasmenya orangtua ingin anaknya bisa ngaji.

Berjalannya waktu akhirnya santri TPA terseleksi dengan sendirinya, santri mulai berkurang dan dari situlah nanti lahir santri-santri yang konsisten meneruskan organisasi Ikatan Remaja Masjid Al-Amin.
       
Semangat menjadi santri TPA membuat Simul jarang absen saat jadwal pengajian sore, dia selalu hadir jalan kaki yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya

Simul tak mau lagi malu di depan teman-temannya karena nggak hafal surat Al-Fatihah, atau suatu saat nanti  nggak bisa baca Al-qur'an karena jarang hadir di pengajian. 

Gemetaran yang pernah dulu pernah ia rasakan saat pertama kali di suruh baca Al-Fatihah dan nggak bisa masih sangat terasa di benaknya dan itulah yang yang membuat Simul memacu dirinya untuk bisa berprestasi seperti teman-temannya.

Bersambung .......


#Day4NovAISEIWritingChalenge
                    
            





Sudah Siap Nak ?

   Dokumentasi Latansa DPW PKS Banten Beberapa waktu lalu di Group WA kader dishare pengumuman tentang akan dilaksanakannya Latansa (pelatih...