BIM Berbagi

BIM Berbagi

Rabu, 31 Maret 2021

Konsekuensi




Tiba-tiba ada Chat Whatshap (WA) masuk dari nomor yang belum tersimpan di Handphone (HP) saya atau Google Drive, "Assalamu'alaikum, benar ini dengan Pak Mulyono?"

Saya coba cek dibeberapa group  WA yang ada di HP saya, barangkali ada nomornya di situ, tapi belum tersimpan, dari Group ngaji, group belajar Tahsin, Group Keluarga Panongan Setia, dan group-group lain yang jumlahnya lebih dari 30 group .....(istri saya sampe pusing pas buka group WA saya).........hehehe ......mikirin utang belum ke bayar aja sudah pusing, di tambah baca chat di group WA, ....dobel dech pusingnya.

Tapi nomor itupun tak saya temukan, Karena biasanya di group-group WA itu banyak yang masuk dengan niat berjualan atau nawarin barang dagangannya atau menawarkan peluang usaha dan biasanya bisnis yang sifatnya jaringan.
Saya hanya berpikir, "ah paling mau nawarin bisnis MLM" pikir saya.

Karena memang sering mendapat Wapri dari nomor-nomor yang belum di kenal, dan mayoritas menawarkan produk atau bisnis, jadi pas dapat Waprian ya nggak begitu antusias untuk menanggapinya. Bukan nggak tertarik dengan bisnis, tapi belum tertarik dengan tawaran baru.

Tapi yang ini lain, saya di tawarin untuk bergabung dengan suatu komunitas menulis yang sebelumnya tidak saya kenal. ini sedikit aneh, saya senang menulis dan saya juga bagian dari keluarga besar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menaungi komunitas ini, di bawah koordinasi bidang Humas PKS, tapi koq selama ini saya tidak mengenal komunitas ini ya ?

"Mungkin saya kurang gaul" pikir saya simple.



Relawan Literasi atau di singkat Reli, inilah komunitas yang di maksud, dan dalam kepengurusan baru Dewan Pengurus Daerah PKS Kabupaten Tangerang periode 2021 - 2024, Pak Yogi Irawan selaku Ketua Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) menghubungi saya untuk bergabung di komunitas Reli Kabupaten Tangerang.

Tak tanggung-tanggung, saya langsung di tawarin menjadi Ketua Relawan Literasi Kabupaten Tangerang. "Waduh, saya mah baru belajar menulis pak, belum pantas jadi ketua" jawab saya tak begitu percaya diri saat di tawarin pak Yogi menempati posisi itu.

"Ah sama aja pak, kita sama-sama belajar koq" timpal pak Yogi meyakinkan saya.

Singkat cerita, tawaran itu atau saya lebih suka dengan istilah tantangan itu saya sepakati dan tertulislah saya sebagai Ketua Relawan Literasi Kabupaten Tangerang. Amanah baru yang semoga bisa mengasah kepekaan saya dalam dunia jurnalisme, meski masih berjalan dengan tertatih. 

Selain itu, mengamati di media sosial akan kurangnya minat literasi para kader PKS, menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk Membangkitkan gairah BERLITERASI di kalangan kader, karena PKS tidak punya media nasional seperti Televisi atau koran, sehingga harus membuat media sendiri dalam menyampaikan berita kiprah PKS di Indonesia.

Kecanggihan teknologi saat ini harus di manfaatkan oleh para kader PKS untuk menyampaikan segala hal tentang kiprah PKS di tengah masyarakat, begitupun dengan sikap PKS di parlemen harus di ketahui oleh rakyat Indonesia.

Caranya ?
Semua kader proaktif di media sosial dan media online untuk menyebarkan hal tentang PKS, karena masyarakat saat ini bisa melihat atau membacanya cukup dengan satu atau dua klik saja di HP mereka masing-masing.

Dan Relawan Literasi menjadi bagian dari ujung tombak menyebarkan berita tentang PKS yang bekerja sama dengan Relawan-relawan yang lain seperti Relawan Digital, Relawan yang lain yang tergabung dalam komunitas di bawah koordinasi dari Bidang Humas.


Salam Literasi
Kang Mul Jozz

#Day23ChallengeTangkab






Tulisanku mulai Berhonor

                            Motivasi diri

Ketika hobby bertemu motivasi sungguh hal tak terduga akan muncul tiba-tiba.

Untuk mengerjakan sesuatu dibutuhkan alasan yang melatar belakangi di kerjakannya sesuatu itu, ada yang karena pekerjaan, karena bisnis, karena belajar atau karena hobby.

Seseorang ketika mengerjakan sesuatu karena hobby, biasanya lebih bersemangat dan senang mengerjakannya, tanpa ada paksaan, atas kesadaran sendiri dan antusias menjalaninya, apalagi jika hobby itu menghasilkan uang, wow ..... Makin happy. Wong nggak di bayar aja memang dasarnya sudah hobby, lah ini dapat bayaran .....makin bersemangat dong.

Nah, saya pun mulai merasakan honor dari tulisan yang awalnya hanya sebatas hobby ini. Saya tidak menulis di tabloid atau media online, tetapi hanya menulis berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi, dan tulisan saya ini mengandung iklan.

Seperti yang di sampaikan oleh Bung Yogie Irawan, salah satu pemerhati dan praktisi jurnalisme warga Banten, bahwa tulisan yang mengandung iklan adalah tulisan advertorial atau bentuk periklanan yang di sajikan dengan gaya jurnalistik.

"Kalau sampai di muat di media online bisa berbayar tuh pak" kata Bung Yogie dengan penuh keyakinan.

Awalnya saya hanya berniat mengupas sedikit tentang dunia pendidikan, kemudian tertarik dengan metode pendidikan yang mulai di kembangkan beberapa pakar dan praktisi pendidikan seperti Sekolah Islam Terpadu atau Sekolah Alam.

Kemudian tulisan saya terbaca oleh pengurus dan managemen Yayasan yang menjadi nauangan legalitas sekolah tersebut. Dan ternyata tulisan saya tersebut di viralkan oleh pengurus yayasan, dewan guru dan orangtua wali murid melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, group-group Whatshap dan juga Wapri. Alhasil, tulisan saya jadi viral di kalangan guru dan orangtua.

Beberapa hari kemudian setelah tulisan itu mulai viral, saya bertemu dengan salah satu pendiri sekolah tersebut, dan beliau langsung bilang, "Pak Mul tulisannya keren, nulis lagi ya pak, Bu Ening bilang nanti dikasih honor" kata Bu Irma Pramiati sebagai bendahara yayasan, sedangkan Bu Ening yang di maksud adalah ketua Yayasan Sekolah yang saya iklankan dengan metode advertorial tanpa mereka minta. Semua atas inisiatif saya sendiri menuliskan hal tersebut.

"Wah, tulisanku mulai ketemu takdirnya nich dapat honor" bisikku dalam hati dan  hatipun mulai berbunga-bunga.

Soal berapa honornya, bagi saya nggak begitu penting, wong  tulisan saya di baca saja sudah senengnya bukan main, apalagi jika di komentari, ....berarti ada yang merhatiin, lebih Jozz lagi dapet honor ......wow excaited banget lah.

So, Menulis karena hobby itu menyenangkan, apalagi dapet honor, itu lebih membahagiakan.

Salam Literasi
Kang Mul Jozz
Relawan Literasi Kabupaten Tangerang.

#Day22ChallengeReliTangkab





Senin, 29 Maret 2021

Akhir Tahun Yang di rindukan

                   Super Camp BIM Berbagi

Jika orang-orang kaya dan berduit menghabiskan akhir tahunnya bersama keluarga, jalan-jalan ke tempat-tempat wisata atau pulang mudik menengok kampung halaman bagi para perantau dan sekalian berkunjung ke tempat wisata daerah, hal itu tak berlaku untuk  keluarga besar Bina Insan Mulia, karena BIM justru di sibukkan dengan Rapat kerja tahunan dan acara rutin tahunan untuk anak-anak binaan.

Acara yang di maksud adalah Super Camp, Outbond dan Training Motivasi, biasanya acara di selang seling, tahun ini Super camp, tahun depan Training motivasi atau Public Speaking. Dan acara ini sangat di rindukan oleh para binaan seperti yang di tuturkan oleh  para binaan berikut ini :

 

Muhammad Syaiful - Kadu - Curug :

Saya sangat senang dann berterima kasih banyak kepada seluruh pengurus yayasan Bina Insan Mulia yang sudah menyempatkan waktu untuk membina anak binaan dengan penuhh semangat.

Selama saya ikut kegiatan terutama pas acara public speaking , saya sangat banyak menerima ilmu yang baru terutama tentang berbcara di depan umum, dan di acara –acara yang di adakan BIM itu saya menyadari bahwa kesederhanaan dan kebersamaan itu sangat indahh...

Semogaa acara tersebutt bisa untuk teruss dilaksanakan dan Semoga  yayasan bina insan mulia makin sejahtera dan maju... Dan semua pengurus di beri kesehatan, rezeki yang berlimpah atas jasa yang  telah dilakukan untuk mengurus yayasan.

 

Aziz Amarullah - Kadu :

Kesan saya selama di BIM, mendapat pengalaman yang luar biasa. Teman-teman yang kekompakannya luar biasa, saya kagum sekali, dan saya bangga ada di bagian keluarga Bina Insan Mulia, Semoga saja para pengurus Bina Insan Mulia diberi kemudahan dalam segala tujuan, dan diberi kesehatan, keselamatan, dan keberkahan umur, dan keberkahan rezeki, aamiin.

Untuk Bapak ibu pengurus BIM, Semangat terus yah pak bu dalam membimbing anak-anak, dan juga terus semangat yah bapak ibu pengurus. 

Untuk teman-teman ssaya binaan BIM, jangan sampai melupakan dimana kita pernah di bantu, yg di ajarkan tentang agama dan hal-hal positif lainnya.

 

Dwi Yulianti - Kadu - Curug :

 Menurut saya sangat menarik , khususnya acara Public Speakig. Di acara ini, saya dapat mempelajari banyak sekali hal yang sebelum nya tidak saya perhatikanSeperti penyusunan kalimat, bagaimana mengatasi grogi, terbuka, dan bagaimana menjadi seorang berkharisma.

Sungguh pelajaran yang baik, sangat mantap lah pokoknya.Terima kasih banyak untuk bapak/ibu yang juga berperan sebagai teacher kami. semoga Public Speaking, super camp yang selama menjadi program di BIM  ini dapat benar-benar berjalan lancar dan semua yang kita pelajari dapat bermanfaat untuk masa depan kita.

 

Siti Soviah - Cikupa

Selama saya mengikuti kegiatan bersama BIM banyak pengalaman yang saya dapatkan, bisa mengenal banyak teman.

Tterimakasih untuk relawan atau pengurus dan juga kepada donatur yg selama ini telah membantu dan membimbing saya,, saya bersyukur bisa bergabung dengan Bina Insan Mulia,  dan juga banyak sekali pelajaran yg saya dapat.

Dalam kegiatan super camp, sangat banyak pengalaman menyenangkan dalam kegiatan tersebut,  seperti pengalaman belajar mandiri, menciptakan hubungan yang lebih akrab satu sama lain dan juga akan menghasilkan pribadi yang kuat secara fisik. Banyak belajar dan bermain dalam kegiatan itu berlangsung

Sedanagkan saat kegiatan public speaking,  banyak pengalaman pembelajaran untuk berani berbicara di depan orang banyak dan orang yg pemalu dan kurang berani bisa sedikit demi sedikit belajar berbicara di depan orang banyak, dan itu pengalaman saya yang luar biasa.

 

Fajar Sururi - Cikupa

Banyak ilmu yang saya dapat kan selama di BIM(Bina Insan Mulia, banyak teman dan alhamdulillah perubahan pada diri saya menjadi semakin baik, di tambah lagi  biaya sekolah saya dapat di ringan kan oleh lembaga BIM.

Siti Juriah - Cikupa :

Jika kebanyakan orang berlibur dengan keluarga, beda dengan kami .... Kami berlibur dengan orang-orang yang sangat dermawan... Yang membantu biaya sekolah kami.. yang memberikan kebahagiaan kepada kami meski kami bukanlah anak kandungnya tapi mereka membahagiakan kami seperti anak kandungnya....

Banyak cerita suka yang kami habiskan di akhir tahun  itu .. seluruh siswa/i bina saat berkumpul selalu tertawa gembira dan belajar banyak hal ....

Meski hanya 2 hari saat acara itu, tapi hari itulah yang kami kenang dan kami rindukan...hari yang dimana membuat saya berfikir saya harus bisa membanggakan kedua orang tua saya dan orang-orang dermawan seperti kakak-kakak Pembina.

Jika hari ini saya menerima bantuan, saya berharap 7 tahun yang akan datang saya yang akan menjadi donatur.

Dalam sebuah prinsip

"Kalau  hari ini saya dibawah, saya harus bersyukur..Kalau hari ini saya berada di atas saya harus bersyukur...Tapi ingat saat kita dibawah, ada orang-orang yang dermawan membantu kita maka jangan pernah lupakan mereka... Karena mereka adalah malaikat yang Allah kirimkan untuk kita"

Testimoni public speaking itu banyak banget ga bisa saya ceritakan satu persatu...tapi semenjak itu saya jadi tidak malu lagi kalo ngomong di tempat umum seperti disekolah, karena saya mengikuti organisasi yang menuntut saya untuk bisa public speaking... Saya pelajari lagi yang sudah Kakak-kakak ajarkan kepada saya dan saya praktekkan..

Intinya pengalaman itulah yang membuat saya belajar banyak hal... Terutama public speaking... Saya perlahan menyukai public speaking dan sempat berfikir ingin berkuliah dan ambil jurusan fakultas hukum🤲🏻 dan semoga Allah mudahkan niat saya aamiin.

 

Febrian prido pradana-Panongan

Kesan yang saya dapat dari kegiatan super camp yaitu kerja sama, kompak, solidaritas, dan banyak hal yang sangat bermanfaat bagi saya untuk dikehidupansehari-hari. pesannya ya semoga tahun depan di adakan lagi agar kami bisa lebih mantap lagi ilmu dan pengalaman berkat mengikuti acara-acara yang di adakah BIM.

 

Dzalika Yaumul Bilqist - Panongan

Saya ingin memberikan testimoni tentang supercamp dan public speaking tahun kemarin. Super camp : Supercamp tahun kemarin itu sangat menyenangkan, seru, banyak game, tantangan, pelajarannya juga ada, destinasi juga.

Hal Yang paling menyenangkan saat supercamp tahun lalu itu saat bermain gamenya itu seru banget bisa ketawa lebar, tidak canggung dengan yg lainnya seakan itu malah membuat kita agar lebih mengenal anggota lainnya.

Hal yg menyenangkan saat itu.... karna itu digunung susah sinyalllll;( udah gtu paling mengerikan saat kabut, ga kebayang kalo kabutnya lebat dan nutupin semuanya;( Intinya semua bersenang-senang.

Public speaking : Saya paling malu saat maju disuruh public speaking karna hanya mengucapkan Assalamualaikum selama 5 mnit dan tidak berkata lagi. itu sangat memalukan. Tetapi public speaking ini membuat saya lebih berani berbicara didepan orang umum walaupun sedikit. paling susah ketika berfikir dadakan apa yg ingin dibicarakan.

Pesan saya, saya ingin supercamp maupun public speaking itu diadakan lagi. Dan  saya sangat berharap bahwa seluruh binaan bisa mengikuti nya. Tidak hanya saat supercamp atau public speaking saja, saat mentoring mingguan pun saya harap smua hadir agar bisa mengenal satu sama lain.


Salam Literasi

#Day21ChallengeReliTangkab


Program Tahsin Tahfidz paling di minati orangtua wali murid

Saat ini sekolah-sekolah Islam mulai banyak di minati orangtua wali murid, bukan tanpa alasan. Tetapi ketertarikan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah swasta Islam karena banyak faktor, diantaranya :
1. Orangtua sibuk, kerja atau bisnis, sehingga intensitas pertemuan dengan anak sangat sedikit, biasanya hanya pas weekend saja. Hari-hari kerja masing-masing sibuk, orangtua berangkat kerja pagi buta, pulang sudah larut malam karena jalanan macet atau lembur kerja. Yang bisnispun sama, waktu lebih banyak terpakai untuk bisnis, bersama anak di hari kerja itu hanya sisa-sisa waktu dan sambil lalu saja. Menikmati weekend bersama belum tentu Sepekan sekali.

2. Orangtua merasa "pengetahuan dan ilmu agamanya sedikit", sementara ia menginginkan anak-anaknya mengerti dan faham banyak hal tentang ilmu agama, agar kelak menjadi anak-anak yang Sholeh dan Sholehah agar do'anya sampai ke alam kubur. Kondisi seperti ini mendorong orangtua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang muatan agamanya bagus itu menjadi suatu keharusan. Yang lebih serius lagi memasukkan anaknya ke Pesantren, karena disana gudangnya ilmu agama.

3. Pergaulan anak-anak jaman sekarang yang sangat memprihatinkan karena pengaruh perkembangan teknologi khususnya internet,  yang bebas di akses tanpa batas, dan hanya dengan satu dua klik, anak sudah bisa mengakses hal-hal yang tidak semestinya mereka saksikan sengaja atau tidak sengaja. Sehingga untuk meminimalisir dampak negatif dari internet tersebut (selain juga sangat banyak dampak positifnya jika benar penggunaannya), maka orangtua berusaha memberikan pemahaman tentang bagaimana menyaring atau memfilter penggunaan internet melalui arahan dari para guru-gurunya.

Setidaknya itulah yang melatar belakangi para orangtua, kenapa memilih sekolah swasta Islam.

Ada banyak pilihan sekolah-sekolah swasta Islam yang bisa di pilih oleh Orangtua/wali murid untuk putra putrinya, sebelumnya bisa cek dulu dan klik di sini : 
http://www.kangmuljozz.my.id/2021/03/sekolah-alam-pendidikan-aplikatif-bukan.html

Berkaitan dengan sekolah alam, ada yang menarik di sini. Selain kurikulum pendidikan yang aplikatif, yang lebih banyak prakteknya, ternyata di sekolah alam juga di ajarkan pendidikan agama Islam yang  dikolaborasikan antara pendidikan Islam dan ilmu psikologi sesuai perkembangan anak. Misalnya, untuk memberikan pemahaman kepada anak atas kesalahannya, tidak dengan cara di bentak-bentak atau di marahin, tetapi dengan pendekatan persuasif dan kesepakatan, bukan hukuman. Artinya sebelum melakukan aktifitas, ada kesepakatan di awal, yang melanggar diberikan sanksi, yang sanksinya di sepakati bersama dan tidak memberatkan.  Itu hanya contoh kecil sistem pengajarannya.

Nah, yang lebih luar biasanya lagi, ternyata di sekolah alam seperti di sekolah Alam Tangerang Mekarbakti juga memberikan pelajaran Tahsin dan Tahfidz Al-Qur'an.

Inilah nilai plus-plus dari sekolah alam. Seperti kata pepatah sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, begitulah kira-kira gambaran tentang aplikatif ya kurikulum di sekolah alam.

Berikut beberapa dokumentasi yang berhasil penulis kumpulkan dari kegiatan Haflah Al-Qur'an di  Sekolah Alam Mekarbakti.


Pelaksanaan wisuda Qur'an
Test Hafalan
Ustadz Aan Hafilius selaku Pembimbing 
metode Ustmani

Pak Hakim memberikan Penghargaan
kepada Wisudawan

Target awal Hafal juz 30

Sepertinya Sekolah Alam Tangerang Mekarbakti bermaksud melengkapi kurikulum pendidikannya yang memang sudah sangat aplikatif menjadi lebih lengkap dengan keseimbangan pendidikan dunia Akherat.

Talent maping, minat dan bakat, leadership, entrepreneur lebih menjurus ke urusan dunia dan karir, sedangkan Pendidikan Islam, Tahsin-Tahfidz dan mentoring seperti terlihat di dokumentasi berikut ini lebih memberikan pendidikan kepada siswa untuk mempersiapkan bekal Akherat dengan kegiatan amal ibadah yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits.

Pak Andri sedang memimpin Mentoring
Mentoring di alam terbuka, Menyegarkan


Salam Literasi

Kang Mul Jozz
#Day20ChallengeReliTangkab



Minggu, 28 Maret 2021

Surat Cinta untuk Pak Ridwan NH


                Seorang Guru yang visioner

Namanya Ridwan Nurhadi yang sering di singkat Ridwan NH, adalah sosok bersahaja yang humoris, intelektual dan visioner. Usianya terpaut 2 tahun di bawah saya, tetapi karyanya terpaut jauh di atas saya. Beliau tidak banyak kata, tetapi lebih banyak melakukan kerja dengan deadline waktu yang sangat disiplin tanpa kompromi.

Seorang suami yang sangat mencintai istrinya, ini terlihat dari romantisme beliau saat setiap milad pernikahan mereka berdua hampir selalu di habiskan untuk hooneymoon setiap tahun, jalan ke tempat-tempat yang indah di Negri tercinta Indonesia.

Sosok ayah yang mencintai anak semata wayangnya, seorang Putri cantik Sholehah yang sudah menginjak usia dewasa yang sebentar lagi akan memasuki bangku kuliah.

Saat ini beliau mendapat amanah sebagai Ketua Yayasan Berbagi Mulia Sejahtera dan juga sebagai Trainer di beberapa Training tentang pembuatan website, penerbitan buku dan sistem pengajaran jarak jauh atau daring.

Selain itu beliau juga menjadi motivator bagi pengurus yayasan yang lain untuk mengembangkan bakat menulis, ini terbukti dengan telah terbitnya buku antalogi yang di tulis oleh pengurus BIM Berbagi ( BIM : Bina Insan Mulia, lembaga di bawah naungan yayasan Berbagi Mulia Sejahtera).
           Menulis Buku bersama Pak Ridwan


             Nomor 2 dari kiri Pak Ridwan NH

                   Saat Raker awal tahun 2021

       Buku kedua menulis bersama Pak Ridwan

Bagi kami pengurus BIM, sosok pak Ridwan bukan hanya sebagai seorang Guru, tetapi juga sahabat, motivator dan inspirator bagi para pengurus dan para binaan. Beliau selalu totalitas dalam mengerjakan sesuatu, tak terkecuali dengan program-program yang sudah di tetapkan dalam raker-raker BIM.

Terbaru, kami merenovasi Aula Yatim dan kantor BIM menjadi lebi representatif, kemudian membuat lembaga baru yang akan menyelenggarakan beberapa training dan pelatihan seperti Tahsin Tahfidz, Komputer, Public Speaking, Bekam, menulis dan menerbitkan buku serta Event organizer. Program ini menjadi garapan baru dengan lembaga Pelatihan Ketrampilan Bina Insan Mulia Sukses (LPK BIM Sukses).
Logo BIM Sukses hasil karya Pak Ridwan.

Semoga Allah Subhanahu wata'ala senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya untuk pak Ridwan sekeluarga, memberikan kesehatan dan segera mengangkat sakit beliau,  bisa kembali bersama kami, nulis bareng, rapat bareng dan mendampingi 40 siswa binaan BIM Berbagi saat ini menggapai cita-cita mereka sebagaimana ratusan binaan BIM sebelumnya yang telah kami bina dari tahun 2002.


Salam Literasi

Kang Mul Jozz
#Day19ChallengeRelikabTang
    

PENJEMPUTAN

           Foto Putri kami bersama para Santri

Jadwal penjemputan anak sulung kami di Pesantren telah tiba, kami sengaja menjemputnya lebih cepat dari jadwal yang di rencanakan. 

Ikut haru saat menyaksikan Putri kami berpamitan dengan para santriwati yang masih melanjutkan Daurah Tahfidz Qur'an di Pondok tersebut. Putri kami Salma Nafisah adalah salah satu pengajar di Pondok Tahfidz tersebut, sistem pembelajaran di pondok ini Daurah, atau kata lainnya Training sekaligus praktek dengan jangka waktu sesuai keinginan masing-masing santri. 
Ada yang 1 tahun, 6 bulan, bahkan ada yg 3 bulan, sesuai target masing-masing. Idealnya untuk menyelesaikan hafalan 30 juz butuh waktu 2 tahun.

Putri kami hanya mengajar 6 bulan di sana dengan intensitas belajar cukup padat, membimbing 17 santriwati yang mempunyai setoran hafalan yang berbeda-beda.

Untuk kategori Pengajar, Salma masih cukup muda baru berusia 17 tahun karena memang masih kelas 12 SMA. Tetapi kami sangat bersyukur di usia remajanya ia lebih banyak di pesantren untuk belajar dan juga mengajar, setidaknya meminimalisir pengaruh-pengaruh negatif yang saat ini sudah masuk ke dalam rumah melalui Smartphone.

Perjuangan di lanjutkan dengan belajar Bahasa Inggris di Kampung Inggris di kecamatan Pare Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Tengah. Tekadnya yang kuat untuk belajar dan menguasai bahasa Inggris dengan fasih, mengantarkan Salma meluncur ke Kediri Jawa timur.

Berdua dengan rekannya sesama alumni santriwati Pesantren Multazam, Salma berkereta menuju ke kampung Inggris, kampungnya para pembelajar bahasa asing.

To be continue ......


Salam Literasi
Kang Mul Jozz

#Day18ChallengeRelikabTang





Rabu, 24 Maret 2021

Sekolah Alam, Pendidikan aplikatif bukan alternatif


Saat kita akan memilih sekolah untuk anak-anak kita, biasanya ada beberapa kriteria yang menjadi standar khusus yang menjadi acuan untuk menentukan pilihan dimana anak kita mau di daftarkan.

Setiap orangtua mempunyai kriteria yang berbeda-beda dalam menentukan pilihan sekolah untuk anaknya. Ada yang lebih mengutamakan kwalitas akademisnya, ada yang mengutamakan kemampuan bahasa asingnya, ada yang memilih IT dan teknologi modern yang menjadi andalannya, ada yang mengutamakan kemampuan fisiknya atau oleh raganya atau juga ada yang lebih mengutamakan banyak muatan agamanya, lebih khusus program Tahsin Tahfidz misalnya.

Tentu dari sekian pilihan itu, sekolah yang mempunyai kurikulum paket komplit menjadi serbuan orang tua untuk mendaftarkan anaknya. Paket komplit artinya, yang pengajaran akademisnya bagus, IT bagus, agama bagus, olahraga bagus dan bahasa asingnya bagus. Namun biasanya yang paket komplitnya bagus semua, juga berbanding lurus dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendudukkan anaknya di kursi sekolah tersebut.



Melihat perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan pemikiran dan penemuan serta pola pikir yang semakin terbuka, sistem pendidikan pun makin meluas dan tak terbatas, praktisi pendidikan dan pakar ilmu psikologi mulai membuka diri untuk mengembangkan pendidikan alternatif yang berbasis aplikatif. 

Selain itu, belum di temukannya kurikulum pendidikan yang teruji dan terbukti menelurkan output yang sukses secara nasional, justru muncul benih-benih ketidak percayaan dari sebagian masyarakat terhadap sistem pendidikan dan kurikulum yang di kembangkan pemerintah yang selalu berganti-ganti setiap ganti Mentri. 

Akhirnya lahir model-model pendidikan Home schooling, bahkan pakar pendidikan dan perkembangan anak seperti Kak Seto pun meng home schooling kan anak-anaknya. Tapi karena beliau memang pakar di bidangnya, sehingga hasilnya pun luar biasa. Anak-anaknya berhasil bersaing dengan yang sekolah di pendidikan formal, bahkan mampu bersaing di kancah internasional.


Bagaimana dengan masyarakat umum atau masyarakat awam tentang sistem pendidikan ?

Tentu tak mungkin menciptakan alternatif sendiri dalam mendidik anak-anaknya. Pasti akan memilih sekolah yang tepat untuk perkembangan pendidikan, akhlak dan pemahaman agama untuk anak-anaknya.

Munculnya Sekolah Islam Terpadu yang di gagas oleh sejumlah praktisi pendidikan beberapa tahun terakhir ini cukup menjadi salah satu solusi terhadap persoalan sistem pendidikan nasional yang menjadi PR bersama selama ini, namun ada persoalan baru saat model paket komplit itu di terapkan dengan sistem terpadu. Apa persoalan baru itu ?


Ditambahnya Muatan Lokal (selanjutnya di sebut Mulok) seperti pelajaran Bahasa Arab, Tahsin atau muatan lokal lainnya, cukup menambah jam belajar dan buku pelajaran serta tugas-tugas bagi para siswa, alhasil siswa ke sekolahan seperti mau berangkat tour atau bepergian ke suatu tempat yang jauh, di tasnya siswa membawa buku paket dan buku tulis yang cukup banyak, di tambah lagi dengan bekal makanan yang cukup agar tidak kelaparan saat belajar nanti, karena siswa di sekolah dari jam 07.00 sampai dengan 14.00, total selama 7 jam full di sekolah, belum lagi jika di tambah extra kurikuler di sore harinya.

Harapan orangtua tentu dengan di tambahnya pelajaran dengan Mulok yang memang sangat bermanfaat, bisa menambah wawasan dan kemampuan anak menjadi lebih baik di bandingkan dengan sekolah negri misalnya, yang memang minim pelajaran Mulok dan pelajaran agamanya. 

Tetapi dampak lainnya, anak di tuntut harus mampu mempunyai stamina yang prima dan siap dengan persaingan yang super ketat dalam memperoleh nilai akademis, nilai pelajajaran Mulok yang tak kalah pentingnya karena mulok biasanya menjadi nilai jual tersendiri bagi sekolah tersebut dan harapan khusus dari orangtua siswa.

Nah, kita coba mengupas tentang kurikulum pendidikan yang juga mulai diminati oleh orangtua dan juga anak-anak yaitu Sekolah Alam. Sekolah yang membuat suasana yang berbeda dengan sekolah secara umum, yang biasa di ruang kelas tertutup bahkan ada yang berAC, Sekolah Alam sesuai namanya alam, tentu banyak berinteraksi dengan alam dan sistem pendidikannya berbasis Akhlaq, Logika, Leadeship dan Bisnis. 

Menurut Irma Pramiati, salah satu pendiri Sekolah Alam Tangerang Mekarbakti, 
"Jika sekolah yg kita cari adalah mengejar nilai rapot tinggi ada banyak sekolah yg bisa dipilih ,namun jika sekolah yg mampu memberikan pengalaman kehidupan nyata, menumbuh kembang karakter, penguatan minat dan bakat, tantangan utk tumbuh dan sukses dunia akhirat maka sekolah alam adalah pilihannya"

Selain itu kurikulum dan sistem pendidikan di sekolah alam, mengharuskan orangtua siswa untuk proaktif dan mengikuti program parenting yang di selenggarakan oleh pihak sekolah alam.

Untuk hal satu ini, Sekolah alam Tangerang Mekarbakti sangat serius dan intens untuk memberikan pemahaman kepada orangtua perihal pentingnya peran orangtua dalam pendidikan anak yang disingkronkan dengan program di sekolah, sehingga pendidikan anak menjadi tanggung jawab bersama antar guru dan orangtua.

Pelaksanaan Program Parenting di sekolah alam Tangerang Mekarbakti selalu di lakukan, baik sebelum Pandemi maupun saat pandemi.

Sebelum Pandemi, parenting selalu dilakukan dengan cara offline dan bertatap muka langsung, sementara saat pandemi dilakukan dengan online  via Zoom (Webinar), beberapa Nara sumber Antara lain :
 1. Ust. Salim Afillah (penulis buku best seller dan pengasuh kajian jejak nabi) 
2. dr. Aisyah Dahlan, Praktisi Neuroparenting Skill.
3. Ayah Edhy Pakar keayahan
4. Ayah Irwan Rinaldi Pakar keayahan
5. Bunda Lailasari, Coach Pendidikan Keluarga, Penulis Bloger.
6. Bang Lendo Novo, Penggagas Sekolah Alam

Dan lain-lain yang selalu menghadirkan para pakar di bidang Parenting.


Sekolah Alam Tangerang Mekarbakti adalah salah satu icon sekolah alam yang memprogram pengajaran dan pembelajaran yang lebih mengutamakan praktek langsung dengan tidak meninggalkan teorinya, aplikatif dan langsung bisa dirasakan dampak positifnya, karena sekali siswa di ajarkan di sekolah maka juga akan menjadi habit saat dia berada di rumah, dengan kata lain di sekolah Guru juga bersikap seperti orangtua, sedangkan di rumah, orangtua juga harus bersikap seperti Guru dan memastikan tugas praktek dari Bapak/Ibu  Guru telah dikerjakan.



Porsi yang diberikan lebih banyak ke praktek dengan pembagian 30% teori dan 70% praktek melalui observasi, analisa dan evaluasi. Siswa benar-benar diterjunkan langsung ke lapangan dan merasakan bagaimana menjalani proses secara langsung.


Salam Literasi

Kang Mul Jozz

#Day15ChallengeRelikabTang

Selasa, 23 Maret 2021

MAS BEJO

Mas Bejo, 
Benarkah Nasibnya tak sebejo namanya ?

(Cerpen kehidupan, kisah fiksi yang di angkat dari kehidupan seorang Petani sekaligus pedagang di pinggiran kota Jogjakarta, jika ada Nama dan tempat yang sama ini hanya kebetulan semata untuk menambah cerita agar benar-benar terasa nyata, by Kang Mul Jozz)

Namanya Bejo, tapi orang-orang lebih suka memanggilnya mas Bejo, karena wajahnya yang teduh dan bersahabat, jadi siapapun yang mengenalnya langsung akrab dan bisa ngobrol berjam-jam bertema apa saja yang penting happy dan obrolannya nyambung, apalagi jika ditemani kopi plus pisang goreng, wow obrolan makin seru.

Mas Bejo memang tergolong orang yang Bejo sesuai namanya. Bejo itu nama asli Jawa yang artinya Beruntung. Tapi suatu ketika mas Bejo justru merasa hidupnya tidak beruntung, padahal dia termasuk orang yang cerdas dan berprestasi waktu sekolahnya.

Waktu sekolah dari sejak SD sampai SMA, mas Bejo selalu rangking 5 besar dan terkadang sampai ke puncak peringkat 1 di kelasnya, kejar-kejaran sama 5 besar lainnya. Teman-temannya juga mengakui kalau mas Bejo atau si Bejo itu orang yang cerdas, selain itu Bejo remaja (waktu SMA) termasuk remaja yang supel dan pandai bergaul.

Di kampungnya, di pinggiran kota Jogja lebih dekat dengan Solo, Bejo termasuk anak yang rajin dan aktif di kegiatan remaja Masjid, selain itu Bejo juga rajin olah raga khususnya Beladiri Pencak silat dan Sepak Bola. Bahkan untuk olahraga pencak silat ini, Bejo pernah menjadi atlet sampai ke tingkat Propinsi mewakili ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kabupaten Gunungkidul. Sayangnya dia kandas di atas matras kalah melawan atlet pencak silat dari Kabupaten Sleman saat sabung memperebutkan juara 1 di final tingkat Propinsi.

Namun hal itu tak menyurutkan Bejo untuk berlatih dan berlatih setiap ada kesempatan. Meskipun dia gagal jadi atlet ke tingkat Nasional, namun Bejo di percaya di Perguruan Pencak Silatnya menjadi asisten pelatih yang kelak di akhir kisahnya Bejo menjadi Pelatih bela diri pencak silat yang di segani baik oleh kawan maupun lawan.

Keaktifan Bejo di bidang olahraga ini cukup membuat Bejo di kenal di kalangan anak-anak muda, baik seusianya maupun senior atau yuniornya di kampung tempat Bejo tinggal, sehingga banyak adik-adik yuniornya mengidolakan Bejo karena mampu bersaing sampai tingkat Propinsi. Suatu prestasi yang membanggakan mengingat kampung Bejo adalah desa yang cukup terpencil jauh dari aspal hitam.

Jalanan ke kampung Bejo masih berupa tanah dan bebatuan, kalau musim penghujan jalanan jadi becek,  karena saat di guyur hujan, tanah jalanan yang berwarna kemerahan itu menjadi licin dan becek,  agak sulit untuk di lalui kendaraan roda 2.

Bejo sendiri berangkat sekolah bersepeda bersama beberapa temannya, jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh sekitar 5 kilometer melewati tanjakan dan turunan yang cukup terjal, namanya juga tinggal di Gunung, ya jalur yang di lalui pasti naik turun.

6 tahun menjalani rutinitas berangkat dan pulang sekolah dengan bersepeda membuat Bejo dan teman-temannya terlatih fisiknya secara alami, bersepeda setiap hari (kecuali saat libur sekolah) dengan jarak tempuh total 10 Km rutin setiap hari selama 6 tahun (SMP sampai SMA) membuat Bejo mempunyai fisik yang prima, mungkin jika di test secara fair, kondisi fisik Bejo lebih baik dari atlet nasional sekalipun, sayangnya tak ada pemandu bakat yang menemukan si Bejo remaja ini untuk di proyeksikan menjadi atlet profesional.

Seusai lulus SMA Negri Watupayung, Bejo mulai bingung harus bagaimana. Mau minta kuliah nggak mungkin mengingat kondisi orangtua Bejo yang kekurangan, bahkan suatu ketika bapaknya pernah berucap usai Bejo menerima ijazah SMA nya :
"Le, bapak wis ra sanggup mbiayai sekolahmu, nek kowe arep kuliah Yo piye Carane Kowe golek beasiswa opo Nyambi kerjo, Ning karepe bapak, kowe neruske nggarap sawah bapak kae, Yo gur senadyan mung patang kedok yooo ....lumayan nggo nyambung Urip neng ndeso"  ujar bapaknya Bejo dengan penuh kepasrahan. 
(Arti dan maksud beberapa istilah : Le itu sebutan untuk anak laki-laki* 
"Le, bapak sudah nggak sanggup membiayai sekolahmu, kalau kamu mau kuliah ya gimana caramu cari beasiswa atau sambil kerja, tapi bapak maunya kamu nerusin ngurus sawah bapak itu, ya meskipun hanya empat petak tapi ya lumayan buat nyambung hidup di kampung"))

Pupus sudah harapan Bejo untuk menyandang gelar sarjana yang di idamkannya. Rasanya malu saat ketemu temannya yang dulu sekolahnya hanya ala kadarnya, asal masuk, bahkan sering membolos, di tambah lagi kalau pas ujian pada nyontek. "Sekolah model apa itu" gumam Bejo dalam hati.

4 tahun sesudahnya, mereka yang tukang nyontek itu bergelar Sarjana, pulang bawa toga dan jadi kebanggan keluarga.

Sedangkan Bejo, setiap hari pegangannya cangkul, arit (sabit) sama gathul (Alat pembersih tradisional untuk rumput). Pagi-pagi, saat teman-temannya yang sarjana berangkat kerja ke kantor, baik di Bank, jadi Guru, PNS atau kerja di kantor swasta lainnya, Bejo dengan langkah gontai menuju sawah peninggalan Bapaknya.

Bejo menahan beban perasaan sebagai peringkat 5 besar di kelasnya dulu yang cerdas dan tak pernah nyontek, harus kalah bersaing di kehidupan nyata di banding teman-temannya yang sarjana, yang tukang nyontek karena mereka bekerja kantoran yang bergengsi. Beban itu ia pendam bertahun-tahun tak ada yang tau, kecuali Bejo sendiri.

Sore itu, selepas Sholat Ashar di masjid dekat rumah, Bejo melepas lelah setelah seharian mengairi sawah dan membersihkan rumput-rumput yang numpang hidup diantara padi yang mulai tumbuh.

"Mas, itu kopi sudah di bikin ya,  sama pisang goreng, saya taruh di meja balkon atas ya, saya mandiin dede dulu"  istri Bejo mempersilahkan Bejo menikmati Kopi dan pisang goreng kesukaannya, sementara Maya istri Bejo segera memandikan anak semata wayangnya yang baru berumur 2,5 tahun.

Kebiasaan ini sudah Bejo nikmati bertahun-tahun. Sore selepas sholat Ashar, Bejo selalu duduk di Balkon lantai 2 rumahnya sambil menikmati kopi hitam dan cemilan apa saja yang di hidangkan istrinya, menikmati kopi sembari memandang ke arah jalanan di depan rumahnya yang mulai ramai orang-orang hilir mudik pulang kerja.

Sejak Bapaknya meninggal dunia beberapa tahun lalu, Bejo memutuskan untuk pindah rumah mendekati kantor kecamatan, dengan pertimbangan bisa membuka usaha untuk penghasilan hariannya. Ia menjual kebun miliknya untuk dibelikan rumah 2 lantai yg masih berupa bata merah yang belum finishing,  yang kebetulan di jual dengan harga yang cocok sesuai harga kebun milik Bejo peninggalan orangtuanya. Sementara rumah peninggalan ayahnya di tempati adik perempuannya yg sudah berkeluarga juga.

Dan ternyata rencana Bejo ini cukup berhasil, dia bisa membuka usaha warung nasi uduk, gorengan dan kue-kue titipan tetangganya yang di urus oleh istrinya, sementara dia sendiri hampir setiap hari ke Sawah peninggalan Bapaknya untuk memenuhi janjinya mengurus harta warisan Bapaknya tersebut, Bejo juga memelihara hewan ternak, sapi dan kambing serta beberapa ekor ayam di belakang rumahnya. 

Ibunya Bejo sudah meninggal dunia saat Bejo masih Balita, wajah ibunya sendiri, Bejo sudah lupa. Bapaknya Bejo adalah orangtua single parent yang memilih mengurus ketiga anaknya sendirian sampai lulus SMA.

Kakak Bejo sejak menikah,  langsung ikut suaminya di Jakarta. Sawah warisan orangtua yang menjadi bagian kakaknya di serahkan ke Bejo yang mengurusnya, dan setiap panen selalu di hitung sistem bagi hasilnya sesuai kesepakatan Bejo dan kakaknya. 

Untuk soal warisan orangtua mereka, Bejo dan kedua saudaranya sepakat untuk dibagi secara aturan hukum Islam berdasarkan surat An-Nissa ayat 11 yang artinya :
""Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan....."

Harta peninggalan orangtuanya berupa tanah berikut bangunan rumah yang berdiri di atas tanah tersebut, sawah 4 petak dan kebun yang kurang produktif yg hanya cocok di tanami pohon jati, akasia dan pohon sejenisnya yang akhirnya di jual dan di belikan rumah untuk tempat tinggal Bejo dan keluarganya saat ini.

Bejo mendapat bagian 1 kebun dan 2 petak sawah, sementara Kakak perempuannya mendapat 1,5 petak sawah dan adik perempuan Bejo mendapat tanah berikut bangunan rumah yang berdiri di atasnya dan 0,5 petak sawah. Semua itu sudah di perhitungkan berdasarkan nilai jual dari harta warisan tersebut dan sudah sesuai dengan prinsip "Nggendong dan mikul, Perempuan nggendong, laki-laki mikul"  

(Nggendong buat perempuan artinya dpt 1 bagian dan Mikul buat laki-laki artinya dapat 2 bagian atau 2 kali lipat dari bagian perempuan). Pembagian warisan itu di laksanakan sesuai syari'at Islam dan penuh kasih sayang antar saudara tanpa ada permasalahan yang berarti seperti beberapa kasus yang terjadi  akibat kurangnya pemahaman terhadap syariat yang satu ini, bab warisan.

Meski hampir setiap hari Bejo ngopi, tapi dia tidak merokok. Karena menurut pemahamannya, merokok itu tidak ada manfaatnya, atau dengan kata lain mudharatnya lebih banyak dari manfaatnya, karena itulah Bejo tak pernah merokok.

Redupnya sinar matahari sore itu turut menemani lamunan Bejo, ia memendam rasa bertahun-tahun tak pernah ia ungkapkan kepada siapapun, termasuk istrinya. Ia merasa gagal dalam mencapai impiannya, sekolah berprestasi okey, kuliah gagal dan bisa bekerja menjadi PNS seperti beberapa teman sekolahnya atau setidaknya bekerja di perusahaan besar dengan gaji yang wah dan bisa berganti-ganti mobil setiap tahunpun gagal total.

Impian itu pupus seiring kelulusannya dari SMA beberapa tahun lalu dan setelah itu hari-harinya di sibukkan dengan mengurus sawah peninggalan orangtuanya dan malamnya mengurus pengajian di masjid dekat rumahnya.

Memang Untuk mengobati kegundahan hatinya, Bejo sengaja menyibukkan diri mengurus pengajian dari mulai anak-anak, remaja sampai Bapak-bapak yang terdiri dari pengajian TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) yang ia delegasikan kepada ibu-ibu dan remaja putri, taklim remaja dan Halaqoh Bapak-bapak yang ia adakan setiap pekan dengan menghadirkan beberapa Ustadz yang Mashur dari kecamatan Ngawen dan sekitarnya.

Meski sudah berusaha mengalihkan kegalauan hatinya atas kegagalan yang ia rasakan dengan menyibukkan diri mengurus pengajian, namun bayang-bayang kesuksesan teman-temannya, baik yang ada di kampung maupun yang merantau ke Jakarta, selalu mengganggu pikirannya, apalagi saat lebaran tiba dan sebagian besar teman-temannya pulang dengan mengendarai mobil barunya, Bejo makin minder.

Lamunan Bejo kemana-mana, masih seputar meratapi kegagalan hidupnya. Tanpa sadar ia menghela nafas seolah melepas beban berat dalam hidupnya, "Haah" ..... Terlihat kosong menatap tak jelas ke arah mana.

Cukup lama Bejo melamun, tak sadar jika sedari tadi istrinya memperhatikan gerak-gerik suaminya itu penuh tanda tanya, yang akhirnya penasaran di buatnya, "ada apa sich mas, kog kelihatannya ada beban berat banget ?" 

"Nggap ada apa-apa dik " jawab Bejo singkat.

"Nggak mungkin lah kalau nggak ada apa-apa, Mas sampai menghela nafas begitu, aku kan hafal sikapmu mas" cecar istri Bejo makin penasaran.

"Masak sich, emang kelihatan gitu ?" Bejo tak mampu lagi menyembunyikan kegalauan hatinya, sepertinya ia tak mampu lagi menyimpannya seorang diri. "Apa mesti aku ceritakan ke istri ya" pikirnya dalam hati.

"Ayolah mas cerita ke istrimu yang cantik dan tidak sombong ini, nggak perlu di sembunyikan lah, dibagi dua biar nggak berat-berat amat bawanya ....hehehe" ledek istri Bejo, meyakinkan kalau dirinya siap berbagi beban hidup dan beban perasaan.

"Iya dik, kayaknya mas udah kelamaan mikirin ini, makin di pikirin, makin jadi beban"  keluh Bejo ke istrinya.

"Sudahlah mas, ceritakan biar beban itu nggak bikin senyum manismu jadi pait akhir-akhir ini, aku kan jadi galau mas" protes istrinya yang selama ini dipendamnya tak berani menyampaikan ke suaminya, Mas Bejo tercinta yang belakangan sering uring-uringan karena ternyata bayang-bayang kegagalan itu makin mengusik kedamaian keluarganya selama ini.

"Terkadang mas berpikir, kalau kaya, miskin, sukses, gagal itu semua takdir, buat apa kita capek-capek belajar, ngejar prestasi jadi juara, pas ujungnya karena kita miskin akhirnya nggak bisa nglanjutin kuliah karena nggak ada biaya, terus terpaksa menjalani hidup jadi petani seperti sekarang ini" Bejo mulai curhat ke istrinya.

"Astaghfirullah mas Bejo, istighfar mas istighfar" Maya istri Bejo seketika menghentikan aktifitasnya ngejemur Baju saat mendengar curhatan suaminya.

"Jadi itu mas, yang membuat mas Bejo uring-uringan akhir-akhir ini ?" Maya mempertegas pertanyaannya, seakan tidak percaya dengan apa yang dipikirkan suaminya.

"Mas kan selama sekolah punya prestasi dari SD sampe SMA selalu 5 besar, kadang malah sering tembus juara 1, orangtua dan para guru sering bilang, belajar yang rajin biar berprestasi jadi juara biar nanti sukses, Ben dadi uwong katanya, biar dapat kerja yang bagus, tapi apa buktinya, tuh temen-temen mas dulu yang tukang mbolos, tukang nyontek, karena mereka anak orang kaya bisa kuliah, sekarang pada jadi PNS, kerja di Bank, kerja di Perusahaan asing gaji gede, tiap lebaran pada pake mobil baru, sementara mas Bejo suamimu ini sudah hampir 10 tahun motornya itu-itu aja, emang kamu nggak malu dek kalau ketemu temen-temen mas saat reunian ?" Uneg-uneg Bejo keluar semua, seakan apa yang menjadi bebannya selama ini pecah dan isinya berhamburan kemana-mana. Terlihat muka Bejo merah padam penuh emosi setelah menumpahkan isi hatinya.

Seketika istri Bejo terhenyak, dia berhenti melakukan pekerjaannya, dia menghampiri suaminya yang masih terlihat emosi karena meratapi keadaan, yang merasa kehidupan ekonominya jauh di bawah teman-temannya.

Maya duduk bersimpuh didepan Bejo yang masih menatap tajam ke ruang kosong seakan masih memprotes takdir yang ia jalani. Dengan memegang kedua tangan suaminya dan menatap penuh cinta dan kasih sayang yang tulus sebagai seorang istri, Maya memberanikan diri meredam amarah suaminya, "Mas, tatap mata Maya mas, lihatlah, apakah Maya selama ini sedih hidup bersamamu mas, apakah Maya selama ini menuntutmu harus punya mobil ? harus punya ini punya itu ?"  Tak tahan Air mata Maya bercucuran membasahi kedua pipinya.

"Maya bangga punya suami seperti mas Bejo, meski kata orang hanya seorang petani kampung yang tak punya masa depan, tapi Maya merasakan hidup damai tanpa beban, kita nggak punya hutang sepeserpun kan mas, bahkan ada beberapa saudara dan tetangga yang meminjam uang ke kita, dan saat kita butuh, kata mas nggak usah nagih ke mereka, saat orang-orang belum pulang kerja, mas Bejo sudah santai minum kopi di sini sambil ngeliatin mereka pulang kerja, mas masih bisa bermain sama anak-anak kapanpun mas mau, hampir setiap malam mas ngajarin Bapak-bapak dan para remaja ngaji di Masjid, ada yang belajar Iqro, ada yang belajar tajwid, selain itu selama ini kita nggak pernah hidup kekurangan mas, nikmat apalagi yang kau dustakan mas Bejo ? ....hiiiiii" tangis Maya semakin pecah tak terbendung sambil terus mencium kedua tangan suaminya.

Bejo tampak panik, khawatir ada orang yang melihat mereka berdua, khawatir dikira ada masalah apa sampai istrinya menangis histeris seperti itu.

Menyadari kondisi yang tak lazim itu, Bejo segera menggapai tangan istrinya yang masih terisak dan di papah menuju ke ruang keluarga, "sudah-sudah jangan nangis lagi, ma'afin Mas, makanya kenapa bertahun-tahun mas pendam rasa ini sendirian, karena mas tau dek Maya pasti ikut terbawa emosi saat mengetahui perasaan mas selama ini"  Bejo mendudukkan istrinya di sofa dan kembali terdiam masih belum bisa terima begitu saja atas pengakuan istrinya hidup bahagia bersamanya.

Keesokan harinya, Bejo mengantarkan istrinya ke pasar yang tak jauh dari rumahnya, 10 menit naik sepeda motor sudah sampai di pasar Semin, pasar tradisional penuh kenangan, terutama mie ayam Mak cik yang ayamnya khas,selain ayam semur kecil-kecil, selalu dikasih potongan ayam ukuran tanggung sebesar jempol tangan orang dewasa yang empuk dan lezat, yg tak akan pernah di jumpai di pedagang mie ayam lainnya.

Saat sedang menunggu istrinya belanja itulah moment tak terlupakan dan menjadi titik balik penyadaran Bejo atas kegalauan dia selama ini menemukan jawabannya, menemukan obatnya. Bejo benar-benar tersadar atas kekhilafan pemikirannya selama ini, kekurang syukurannya atas nikmat berlimpah yang telah Allah berikan kepadanya. 

Selain sudah punya rumah sendiri yang permanen dan berlantai 2 (2 tingkat) meski masih berbentuk bata merah tanpa plesteran, Bejo juga punya 3 ekor sapi, 2 betina dan 1 jantan, 4 ekor kambing dan sekitar 20 ekor ayam jantan dan betina yang ia pelihara di pekarangan belakang rumahnya. Tentu juga sawah yang selama ini ia garap dan banyak membantu kebutuhan keluarganya, terutama saat panen setahun 2 kali.

Dalam perjalanan pulang dari pasar, saat berboncengan di atas sepeda motor dengan istrinya, Bejo lebih banyak terdiam dan tak berkata apa-apa, padahal biasanya moment seperti ini sering dipakai Bejo untuk bercerita joke-joke lucu untuk menghibur istrinya.

Maya sedikit heran kenapa suaminya bersikap tak seperti biasanya, mas Bejo terdiam dan sesekali menyeka matanya, "apakah mas Bejo menangis ?" Tanyanya dalam hati, "Tapi kenapa ?" Maya makin penasaran atas sikap suaminya itu.

Sesampai di rumah, Bejo langsung mengangkat semua belanjaan ke dalam rumah dan masih terus terdiam, terlihat matanya sedikit memerah seperti habis menangis. Maya pun tak berani bertanya apa-apa, dia hanya menerka-nerka "apa mas Bejo marah sama saya ya, tapi salah saya apa, perasaan tadi berangkat baik-baik aja" Maya terus berbicara dengan dirinya sendiri.

Terlihat Bejo begitu semangatnya ambil air wudhu, tak biasanya, sepulang dari pasar Bejo biasa langsung nyuruh istrinya bikin sambel bawang, karena sudah jadi kebiasaan Bejo dan istrinya kalau ke pasar pasti beli tempe baung/besengek/alakathak (tempe yang terbuat dari buah benguk, ......tanaman yang sepertinya hanya di kenal di Jawa, entah di luar Jawa ada atau tidak), tempe yang agak lembek berwarna hitam, juga beli tahu, krupuk dan jarak gaplek.

Tempe besengek, tahu, krupuk, sambel bawang plus nasi dingin menjadi makanan favorit keluarga kecil ini, untuk sarapan pagi selepas dari pasar. Rasanya luar biasa.

Tapi pagi ini Bejo langsung ambil air Wudhu dan Sholat 2 rakaat dengan khusyuk sesekali terdengar Isyak tangis yang ia sembunyikan, selesai salam ia menengadahkan tangannya dan tangispun pecah, ia tak lagi mampu menyembunyikan perasaan hatinya, entah sedih atau menyesal, atau perasaan lain, hanya Bejo yang tau.

Sambil membuat sambel bawang, Maya hanya diam tak berkata apa-apa, ia benar-benar merasa heran dengan perubahan sikap suaminya pagi ini.

Selepas sholat 2 rakaat, Bejo langsung menuju meja makan dan bersiap menyantap sarapan Beswangkrutu (Besengek sambel Bawang Krupuk Tahu) plus nasi putih anget.

Sambil menyuguhkan sambel bawang hasil ulekan tangannya, Maya langsung bertanya ke suaminya atas kejadian pagi ini yang sedikit agak aneh tak seperti biasanya, "Kenapa mas, koq pulang-pulang langsung sholat, dzikir sambil nangis ?"  Kata Maya mencari jawaban atas rasa penasarannya.

"Tadi mas ketemu temen SMA pas nungguin Dik Maya belanja, sudah 10 tahun kami nggak ketemu, tiap reuni dia nggak pernah dateng. ya Allah .....kasian sekarang kondisinya, padahal dia dulu  juara umum dik" Bejo mulai bercerita perihal teman SMA nya itu.

"Emang gimana kondisinya sekarang mas ? Tinggal dimana dia ?" Tanya Maya penasaran.

"Tadi pas ketemu kelihatan banget kalau dia punya masalah yang berat banget,  pas mas tanya tinggal di mana sekarang,  dia bilang sekarang tinggal bersama orangtuanya di kampung, usahanya di Jakarta bangkrut, padahal dia sudah punya 8 karyawan, keuangan di pegang istrinya, ternyata di salah gunakan, istrinya sering beli-beli barang branded tanpa sepengetahuan dia, karena pake kartu kredit jadi asal beli-beli aja sampe 5 kartu kredit sekaligus, sampai tagihan membengkak lebih dari 500 juta"  Bejo sedikit menurunkan volume suaranya.

"Astaghfirullah ...." Maya geleng-geleng kepala, nggak percaya dengan apa yang ia dengar,

"Parahnya lagi istrinya selingkuh dik, kenal sama laki-laki duda di facebook” Bejo makin melirihkan suaranya.

"Naudzubillah mindzaliiiik" ....spontan Maya merespon dengan nada geram. "Sudah di kasih keluasan rejeki sama Allah, ternyata malah lupa diri ya mas". 

"Sekarang temen Mas itu pulang kampung, rumah, mobil dan harta yang ia punya habis dia jual untuk membayar hutang istrinya, dari pada dia di penjara. Masih untung dia belum punya anak, setelah lunas, dia putuskan untuk bercerai dengan istrinya yang selingkuh itu dan dia memilih pulang kampung menenangkan diri"  Bejo menutup cerita sedih temannya pagi ini.

"Bersyukurlah mas, atas keputusanmu hidup damai di desa, membangun desa, membangun akhlak remaja, mengajar Bapak-bapak mengenal Al-qur'an dan mengamalkannya" Maya merasa lega atas kesadaran diri suaminya.

Ternyata kondisi yang selama ini ia  sesali dan ratapi karena merasa tidak sukses, merasa gagal dalam kehidupan, masih jauh lebih baik di banding kondisi temannya yang juara umum itu. 

Bejo benar-benar merasa bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan selama ini, rumah yang besar, istri yang Sholehah, anak yang lucu, punya sawah, punya hewan ternak dan yang paling membahagiakan adalah dia sadar bahwa Allah sangat menyayanginya, Bejo tak pernah ketinggalan sholat berjamaah, mengaji bersama Bapak-bapak dan remaja, masih bisa ikut cari keringet dengan main bola dan melatih pencak silat.

Bejo tersadar atas kesalahan berpikirnya selama ini, Urip kui gue Wang sinawang (hidup itu hanya saling melihat satu sama lain), terkadang rumput tetangga terlihat lebih hijau dari rumput halaman rumah kita. Padahal hidup di dunia hanya sementara, hanya mampir Ngombe (Singgah minum). Dan kembali untuk melanjutkan perjalanan menuju Akherat yang abadi.

Di dunia adalah tempat mengumpulkan bekal amal sebanyak-banyaknya dan ridho Allah Subhanahu wata'ala, agar di akheray kelak mendapat surga-Nya.

Tamat














Senin, 22 Maret 2021

Buat Apa Nulis ?


Jika menulis sudah menjadi hobby apalagi menjadi suatu prestasi, tentu pertanyaan Terus kapan nulisnya ?  Akan di jawab dengan mudah Ya kapan saja ! Bahkan jika suatu hari belum menulis yang seharusnya di tulis, akan merasa ada sesuatu yang kurang hari ini.

Itu jika memang kita sudah punya hobby menulis atau yang sudah merasakan adanya dampak positif dari menulis, maka menulis setiap hari adalah hal yang wajib di lakukan, apapun temanya. Karena setiap peristiwa bisa menjadi tema, sekecil apapun peristiwa itu.

Nah, bagaimana dengan yang belum sampai ke tahap itu ? Bukan hobby, hanya karena sebuah tuntutan pekerjaan, atau pendukung dari pekerjaan utamanya, misalnya seorang Guru. Apakah menulis menjadi pendukung pekerjaan sebagai Guru ?

Jawabannya Ya, karena Guru aktifitasnya mengajar dan belajar, mentransfer ilmu dan meng-upgrade serta meng-ubdate ilmunya. Dan aktifitas menulis itu menjadi hal wajib dalam lingkaran ini.

Bagaimana dengan yang profesinya bukan Guru ? Kerja kantor, kerja pabrik atau pedagang ? Yang tidak ada kaitannya dengan dunia penulisan ?

Untuk yang bukan Guru, maka hobby adalah alasan utama kenapa dia menulis, tentu dengan harapan tulisannya bermanfaat untuk banyak orang, lebih bagus lagi jika memang tulisan tersebut bisa diterbitkan menjadi sebuah buku dan menjadi kenangan tersendiri bagi penulisnya.

Sibuk kerja, banyak agenda dan aktifitas harian yang melelahkankan terkadang membuat kita menunda untuk menulis, padahal sekali kita menunda maka akan mengurangi semangat menulis itu sendiri.

Yuk, jangan tunda lagi menulisnya, seberapa banyak aktifitas kita setiap hari, luangkan waktu 15 sampai 30 menit untuk menulis, toh kita bisa balas-balasan Chat di Whatsapp bisa berulang kali dan kalau di total bisa berjam-jam, belum lagi di Facebook, Instagram, Twiter dan lain-lain.

Kenapa kita tidak fokuskan untuk menulis challenge-challenge yang sudah kita se0akati ? Ada kalimat yang mena4ik kita cermati  "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi"   Kalimat yang sangat memotivas".

Dan satu lagi apa yang di katakan salah satu penulis yang juga menginspirasi saya untuk tetap menulis, kalimat itu adalah : Biarkan tulisan itu menemukan takdirnya sendiri.

Salam Literasi

Kang Mul Jozz
#Day14ChallengeReliKabTang

Sudah Siap Nak ?

   Dokumentasi Latansa DPW PKS Banten Beberapa waktu lalu di Group WA kader dishare pengumuman tentang akan dilaksanakannya Latansa (pelatih...