BIM Berbagi

BIM Berbagi

Senin, 19 Oktober 2020

PECAH TELUR


Istilah Pecah telur itu sudah familier di telinga kita, ada yang bilang ini ungkapan orang Betawi yang artinya Penjualan pertama atau hal yang pertama kali di lakukan dalam hidup.

Misalnya orang yang baru pertama buka usaha dengan segala daya upaya menyiapkan dagangannya, setelah warung di buka ada orang yang pertama kali belanja, nah .....itu namanya pecah telur.

Meski ini istilah orang Betawi, tapi saat ini sudah mulai di pake dalam percakapan sehari-hari di manapun di seluruh Indonesia. Dan bukan hanya jualan saja, semua hal yang di lakukan pertama kali maka orang sering menyebutnya Pecah Telur.

Saya punya beberapa pengalaman dan kenangan yg lucu dan sedikit mendebarkan mengenai istilah pecah telur ini. Pada tulisan kali ini sedikit saya akan bagikan kenangan yang boleh di bilang lucu, mendebarkan dan Ndeso banget.

Pengalaman pertama kali naik pesawat .....silahkan kalau mau tersenyum yang adil, ke kanan 1/2 cm ke Kiri 1/2 cm. Kalau hanya ke kanan atau ke kiri itu tidak imbang, dan tidak tidak adil dan berpeluang menjadi senyuman yang meledek kalau istilah sekarang nyinyir .....hehehe .....jadi berbuat adillah dalam tersenyum, karena Adil itu lebih dekat dengan Taqwa.

Okey, di lanjut ceritanya ya 
Akhir tahun 2013 saya berkesempatan ikut Seminar 3 hari di Bali, waktu itu saya aktif menjadi agen Asuransi, dan Manager saya mengajak untuk ikut Seminar disana....Wow Bali ?

Rasanya seperti mimpi, yang selama ini hanya lihat lewat layar kaca, tiba-tiba bisa lihat langsung seperti apa tuh Bali .....Ndeso kan ? Ya saya memang wong Ndeso ....jujur aja kenapa.....hehehe....dan saya yakin pembaca juga suka orang yang jujur seperti saya ....silahkan tersenyum.

Nah, hari H yang di tunggu-tunggu pun datang, rasanya nano-nano ....seneng, malu, takut mau naik pesawat tapi pengen .....saya dan rombongan langsung menuju ke Bandara Soekarno Hatta, berangkat sekitar jam 05.00 pagi.

Saat mulai Lepas landas (Take off) pesawat dalam kecepatan tinggi dan akhirnya ....Wish .....terbang ke Udara....... Saya perhatikan yang lain santai saja, ada yang ngobrol, ada yang sambil ngopi, ada yang sambil ngemil dan nggak ada tanda-tanda ketakutan di raut wajah mereka (penumpang yang lain).

Sambil melihat ke bawah dari jendela kaca, saya berdzikir, istighfar dan menyebut nama Alloh mohon keselamatan dalam perjalanan. Jantung berdetak makin kencang, apalagi pas posisi miring ke atas, pesawat bunyi .....krem krek krek ..... Seperti keberatan beban.......ya Alloh selamatkan lah kami, lancarkan perjalanan kami.....tak henti saya berdo'a dalam hati.

Setelah pesawat stabil, hati mulai tenang, tapi bibir dan hati saya nggak berhenti berdzikir sepanjang perjalanan. 

Sesekali Manager saya ngeledek saya :"piye mas, rasane nompak montor mabur?" (gimana mas rasanya naik Pesawat terbang) ....sambil tersenyum sedikit ngeledek kecemasan saya yang baru pertama kali naik pesawat.

"Rodo ndredek Mas" (agak takut mas) .....jawab saya sambil tersenyum malu.

"Mengko nek wis biasa ilang ndredekke" (nanti kalau sudah biasa hilang rasa takutnya) ...Mas Manager memberikan semangat buat saya.

Begitulah pengalaman pertama kali saya naik pesawat ke Bali waktu itu, Ndeso kan ?

Nggak apa-apa Ndeso, tapi sudah pecah telur naik pesawat, ke Bali lagi terbangnya .....hehehe ... Kata orang kalau sudah pecah telur, biasanya akan terulang lagi naik pesawat yang ke 2, ke 3, ke 4 dan seterusnya.

Namun sampai tulisan ini terbit, saya belum naik pesawat lagi .....ada yang mau ngajak ?

Dulu pernah hampir berangkat juga jalan-jalan ke luar negri, bisa di bilang 95% berangkat, ke Jepang dan ke Malaysia, tapi kalau Alloh belum berkehendak, 99,9% pun bisa batal. Santai saja, kalau memang ada takdir jalan-jalan ke Luar Negri seperti Bu Kanjeng atau Pak Ridwan atau yang lain, Pasti ada aja jalan menuju ke sana. Yang jelas yang Sangat di rindukan ya Ibadah ke tanah suci, Umroh atau haji. Insya Alloh.

Yang penting sudah pecah telur, selanjutnya usaha dan do'a dan biarkan takdir yang berbicara. Berlaku untuk apapun. Termasuk para penulis, Kapan Tulisan kita pecah telur jadi sebuah karya Buku yang bermanfaat untuk orang banyak.

Semoga.

Salam literasi

#Day14AISEIWritingChallenge

"





WISATA RELIGI


"Alternatif santai religius bersama keluarga"

Mungkin sebagian orang dan kebanyakan keluarga yang mapan secara ekonomi, akan menjadwalkan wisata keluarganya ke tempat-tempat wisata yang indah di negri ini, dan tentunya butuh biaya yg cukup lumayan buat biaya Transportasi, makan, Oleh-oleh dan lain lain.

Bagi  keluarga kecil kami itu sangat memberatkan dan melelahkan meskipun tak di pungkiri moment seperti itu sangat di perlukan sekali-sekali untuk refreshing keluarga.

Nah, demi moment suasana santai bersama keluarga tetap kita adakan, maka kami mengadakan Program  Wisata Religi minimal 1 bulan 1 kali, dan wisata religi ini meski tetap ada anggarannya, tapi tidak terlalu besar.

Kemana gerangan kami berwisata religi ?
"Ke Pesantren tempat anak kami menimba ilmu"

Suasana Religius itu sangat terasa saat kami memasuki area Pesantren, di setiap sudut para santri dan santriwati sedang asyik melakukan aktifitas yg membuat hati ini tenang, ada yang sedang duduk di ayunan sambil Muroja'ah Al-Qur'an, mengulang hafalan, ada yang di depan kolam pemancingan tetap dengan mushaf Al-Qur'an dan mengulang-ulang hafalan mereka dan suasana makin membuat kami merinding saat memasuki Masjid, kami saksikan seorang santri yang sepertinya agak kesulitan berbicara sedang setoran hafalan beserta arti perkata dari setiap ayat Al-Qur'an yang ia baca, santri tersebut begitu antusias dan gigih menyetorkan hafalannya. Sesekali sang Ustadz yang ada di depannya membenahi bacaan dan arti yang kurang tepat. 

Sempat kami berbincang dengan beberapa santri yang sedang Muroja'ah di tempat ayunan :
"Sudah lama di sini Dik ?"  Kata saya
"Baru pak, paling sekitar sebulan" jawabnya
"Asalnya darimana ?" Timpal saya
"Saya dari Bandung pak, kalau temen saya ini dari Maluku, ada juga dari Aceh, Lampung sama Papua" jawabnya penuh semangat
"Masya Alloh, luar biasa ya, kalian masih muda-muda penuh semangat menghafal Qur'an" saya mengakhiri pembicaraan, sambil dalam hati merasa bangga dengan mereka.

Jauh-jauh dari orangtua mereka, mengorbankan masa remaja mereka dengan mengkarantina diri di Pesantren untuk menghafal Al-Qur'an, salah satu impian mereka ingin memberikan mahkota untuk kedua orantua mereka nanti di Surga.

Kebetulan 2 putri kami saat ini berada di Pesantren yg berbeda, jadi jadwal wisata religi kami jadi bertambah, bisa-bisa sebulan 2 kali (karena jarak ke pesantren Deket, jarak tempuh hanya 1-2 jam perjalanan), dengan suasana yang berbeda juga, tapi sama-sama Pesantren Tahfidz Qur'an. Hanya saja yang satu masih dalam perjuangan menghafal dan mengkhatamkan 30 juz Al-Qur'an, yg satu lagi Alhamdulillah sudah mulai menyimak Setoran hafalan para santriwati.

Alternatif wisata murah meriah, menjadi moment yang di nanti-nanti oleh keluarga kami.

#Day13AISEIWritingChallenge

Sudah Siap Nak ?

   Dokumentasi Latansa DPW PKS Banten Beberapa waktu lalu di Group WA kader dishare pengumuman tentang akan dilaksanakannya Latansa (pelatih...