BIM Berbagi

BIM Berbagi

Kamis, 22 Juli 2021

Eneng

                    Foto hanya ilustrasi

"Neng, cepetan berangkat keburu siang nanti", teriak nenek Jujuk

"Iya nek, ini juga dah siap-siap", Jawab Eneng agak sedikit cemberut.

"Kamu kenapa cemberut begitu, marah sama nenek ?", nenek Jujuk terlihat nggak suka cucunya menyiapkan dagangan sambil menggerutu.

"Kalau kamu males jualan bilang aja, biar nenek aja yang jualan, nenek masih kuat koq, biar sudah uzur juga", Nada suara si nenek makin meninggi.

"Bukan begitu nek, Eneng nggak marah koq sama nenek, justru malah kasian, udah semaleman nenek bikin kripik sama bakpaw, masa masih harus jualan lagi", jawab Eneng mendinginkan suasana pagi yang memang masih dingin.

"Terus kenapa kamu cemberut begitu ?", tanya nenek Jujuk penasaran.

"Sudah hampir 2 Minggu ini jualan nggak pernah habis nek, Eneng kasian sama nenek, sudah bikin capek-capek tapi lakunya cuma sedikit", jelas Eneng ke neneknya. 

Sejak adanya  PPKM (Pemberlakuan Pembantasan Kegiatan Masyarakat), para pedagang kaki lima yang mangkal di alun-alun kota selalu kucing-kucingan dengan aparat. Termasuk si Eneng yang jualan kripik dan bakpaw bikinan neneknya.

Eneng anak Yatim piatu yang sejak SD kelas 4 sudah di tinggal oleh kedua orangtuanya, Bapaknya meninggal dunia kecelakaan saat bekerja sebagai kuli bangunan, selang beberapa bulan ibunya menyusul karena ada gangguan pernafasan dan tidak tertolong.

Sejak saat itu, Eneng ikut bersama neneknya di pinggiran kota Tangerang. Neneknya, emak Jujuk atau sering di panggil nenek Jujuk adalah seorang pedagang kripik dan bakpaw yang mangkal di alun-alun kota Tangerang. 

Setiap malam nenek Jujuk bangun dini hari, jam 3 untuk membuat sendiri kripik singkong dan bakpaw, paginya ia jajakan di alun-alun kota sampai siang, kemudian siangnya ia berkeliling untuk menghabiskan sisa dagangannya.

Sejak Eneng ikut nenek Jujuk, Semua biaya sekolah Eneng di tanggung oleh neneknya dari hasil jualannya tersebut. Dari SD kelas 4 sampai sekarang Eneng sudah kelas 9 SMP, nenek rutin membayar biaya-biaya sekolah Eneng dan uang jajannya tiap hari.

Meski di sekolah negri yang memang gratis SPP, tapi ada saja biaya yang harus dibayar, misal beli buku atau seragam sekolah, atau tugas online dari sekolah. Nenek harus beliin hp Eneng dan sekaligus paketnya buat belajar daring, sejak wabah corona melanda negri ini.

Nenek Jujuk mengajari Eneng jualan sejak kelas 6 SD, jadi pas masuk kelas 2 SMP, Eneng sudah berani jualan sendiri menggantikan neneknya yang semakin renta dan sering ngos-ngosan jika harus berjalan jauh menggendong dagangannya. Sejak itu Enenglah yang meneruskan jualannya.

"Emang kenapa koq nggak habis dagangan ?", Tanya nenek Jujuk penasaran.

"Sekarang kan ada peraturan PPKM nek", jawab Eneng singkat.

"Apaan itu PPKM ? nyusahin  orang jualan aja", tanya nenek agak ketus.

"Gini nek, untuk memutus penyebaran virus covid, pemerintah bikin peraturan, namanya PPKM, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, jadinya yang jualan di alun-alun juga di batasi, nggak boleh lagi jualan disana",  jelas Eneng kepada neneknya.

"Terus selama ini kamu jualan dimana ?", Tanya nenek Jujuk penasaran.

"Eneng jualan di pinggiran alun-alun nek, mepet sama perkantoran, nanti kalau ada aparat, Eneng buru-buru lari sambil bawa dagangan ngumpet ke gang-gang di sekitar alun-alun", jawab Eneng bersemangat.

"Ya Allah Neng, kasian amat kamu nak", tak terasa air mata nenek Jujuk mengalir di pipinya yang mulai keriput. Ia mengusapnya dan tak bisa lagi berkata apa-apa.

Melihat hal itu, Eneng segera mendekati neneknya yang terlihat pasrah dengan nasib yang menimpa mereka. Sambil memeluk nenek kesayangannya itu Eneng mencoba menenangkan neneknya, 
"nggak apa-apa nek, tenang aja, Eneng masih bisa koq, Eneng masih kuat njualin dagangan nenek, nanti kalau nggak jualan, kita mau makan apa ? bayar keperluan sekolah pake apa ?, Pokoknya nenek tetap bikin dagangan, Eneng yang jualin, ya !", Pinta Eneng kepada neneknya.

"Iya, tapi kasian kamu neng, jualannya harus kejar-kejaran sama petugas", jawab Nenek.

"Nggak apa-apa, petugas juga hanya menjalankan tugas nek, yang nyusahin kita itu yang bikin peraturan nek, PPKM itu artinya Para Pedagang Kembali Mumet", sambil tersenyum memeluk erat neneknya yang juga malah tertawa mendengar kata-kata Eneng memplesetkan singkatan PPKM untuk menghibur diri.

Akhirnya kedua nenek dan cucu itu kembali melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing, nenek Jujuk mengupas singkong, sementara Eneng bersiap berangkat untuk jualan di pinggiran alun-alun kota sambil membawa buku untuk belajar daring di sana. Jualan sambil belajar daring.

TAMAT

Rabu, 21 Juli 2021

Wanita Halalmu


Wanita Halalmu 

Tahukah bahwa dari Miliaran wanita yang hidup di dunia saat ini, istri adalah wanita satu-satunya yang ketika dengan yang lain berdosa, maka dengan istri berpahala, ketika dengan wanita lain haram, maka dengan istri jadi halal. Dan juga berlaku bagi yang poligami beristri dua, tiga atau empat (Matsna wa tsulatsa wa ruba'a).

Pernahkah terbayangkan bahwa saat bersama istri, banyak amal shodaqoh, amal ibadah dan hal bermanfaat lainnya yang tak bisa dilakukan di luar sana. 

Berapa sering para suami memarahi istri hanya karena hal sepele, hingga membuat meleleh air matanya, hancur hatinya, saat mata tajam sang suami menatapnya penuh emosi, dia hanya tertunduk ketakutan menahan kegundahan hati, hancur luluh tak terperikan.

Padahal dialah wanita halal satu-satunya atau dua-duanya dan seterusnya bagi yang poligami, yang bersamanya, banyak pahala ibadah sepanjang mengarungi bahtera rumah tangga. Hal yang terkadang luput dari renungan kita para suami.

Ketika syariat poligami dilegalkan,
Banyak pria yang berkhayal, alangkah indah seandainya ........ Khayalan itu terucap saat para suami berbincang tentang poligami, tersenyum, tertawa, saling bully tapi tak pernah berani.

Tetapi kemudian khayalan itu buyar karena istrimu memprotesmu, "aku nggak mau di madu", katanya ........nah !

Taukah engkau hai para suami, bahwa kata poligami itu sungguh sangat mengiris hati para istri, terkecuali wanita yang sudah menduduki Maqom tertentu yang sudah siap untuk berbagi suami.

Dari sekian Miliar wanita di dunia ini, istri adalah wanita yang mendatangkan banyak pahala, sedangkan dengan wanita lain mendatangkan banyak dosa. 

Pepatah Jawa bilang "Garwo = sigaraning nyowo" artinya istri adalah sebagian nyawa dari suami, yang dengannya suami bisa menjadi termotivasi untuk bekerja, beramal dan bersosialisasi.

Dibalik kesuksesan suami, ada do'a dan kesabaran istri yang selalu menanti.

Renungan KMJ

Sabtu, 10 Juli 2021

Pedagang kaki 5 pengen punya Pesantren ? mimpi !!!! #irsyadul'ibad #pin...



Mission Posible

Seorang pedagang kaki lima yang berjualan nasi uduk di depan gerbang Perumahan Gardenia 1 Citra Raya Tangerang mempunyai impian yang luar biasa, apa impiannya ?
Mempunyai Pesantren Tahfidz Al-Qur'an.

Apa dan bagaimana yang akan di lakukannya ?
Simak baik-baik di channel youtube Kang Mul Jozz.

Kamis, 24 Juni 2021

Cara Melepas Ketergantungan Game online untuk anakku

                        Foto hanya ilustrasi

"Afnan, sudah mas main gamenya" setengah berteriak istriku memanggil anak ketiga kami, laki-laki satu-satunya anak kami. Karena ketiga saudaranya perempuan semua.

"Ya sebentar lagi mi" jawab Afnan sambil terus memainkan free Fire di tangannya. Permainan game online yang di gandrungi anak-anak seusianya sampai anak-anak remaja bahkan orang dewasa.

"Sudah lewat waktu main HP nya ya, berhenti nggak" suara istriku makin keras berusaha menghentikan keasyikan anak laki-lakinya memainkan permainan yang memacu adrenalin itu.

"Iya-iya sebentar, dikit lagi" pinta Afnan mencoba bernegosiasi meminta tambahan waktu.

"Stop nggak ?" Sambil mendekat istriku mengeluarkan jurus pamungkasnya untuk menghentikan permainan syetan itu. ....ih sadis amat, sampai di bilang permainan syetan ?

Kami sekeluarga sepakat bahwa game online semacam Mobile Legend, Free Fire, PUPG dan sejenisnya adalah permainan syetan yang harus di jauhi, karena benar-benar melalaikan. Lalai dengan belajar, lalai sholat, lalai pekerjaan dan lalai segala hal. 

Makanya saat ada seorang pejabat yang menggalakkan turnamen Mobile Legend, kami heran, "koq ada ya pejabat yang berpikir seperti itu, apa tidak memikirkan dampak negatifnya ke anak-anak dan generasi muda kita ?".

Dengan kejadian ribut-ribut antara anak dan orangtua karena masalah game online, menuntut kami berpikir, bagaimana caranya menghentikan atau setidaknya mengurangi anak-anak main game online yang melalaikan itu ?

Akhirnya tercetuslah peraturan penggunaan HP. Diantara peraturan yang kami sepakati adalah :
1. Anak-anak belum dibelikan HP atau tidak boleh memiliki HP sebelum mempunyai penghasilan sendiri.
2. Jika ingin memainkan HP, boleh meminjam HP Abi atau HP Ummi dengan beberapa ketentuan :
a. Afnan sebagai anak laki-laki, bisa pinjam HP Abi Jika sholat 5 waktu (Isya, Subuh, Dhuhur, Ashar dan Maghrib) sholat di masjid. Jika absen salah satu (tidak di masjid), maka hari itu tidak boleh meminjam HP Abi.
b. Jika mau meminjam HP Ummi, maka harus membaca 2 halaman terakhir bacaan Iqro nya atau buku Irsyadul 'ibad karya pak Nana Sumarna, SPd.I atau setoran hafalan surat juz 30.
c. Kakak Nadya yang sedang liburan dari Pondok Pesantren, boleh meminjam HP Abi setelah membantu Ummi menyelesaikan pekerjaan rumah seperti : memasak, mencuci piring, mencuci baju, menyetrika, nyapu atau ngepel.
d. Kakak Nadya boleh meminjam HP Ummi setelah selesai setoran hafalan minimal 1/2 juz atau tilawah minimal 1 juz.
e. Jika ketentuan itu tidak di lakukan atau persyaratan itu tidak di laksanakan, maka hari itu tidak ada yang boleh meminjam HP.

Deal !
Alhamdulillah, dengan kesepakatan itu kami sedikit bernafas lega setelah sebelumnya kami harus berpikir keras, bagaimana cara untuk mengurangi ketergantungan anak bermain HP saat liburan sekolah dan pesantren.

Ya .... Yang usia SD kecanduan game online, yang SMP  dan SMA kecanduan IG dan aplikasi sejenis tiktok dan lain-lain yang mereka merasa terhibur dengan memainkan media-media itu.

Zaman memang sudah berubah dan sekarang serba canggih, tak mungkin juga kita memproteksi anak-anak kita untuk tidak menggunakan benda modern itu, tugas kita sebagai orangtua adalah memandu mereka agar tidak terjebak dalam euforia kecanggihan teknologi dan melupakan kewajiban dasar sebagai manusia yang beriman untuk ibadah, bersosialisasi dan melaksanakan tugas yang semestinya dilakukan.

Selamat bereksperimen untuk mengatur penggunaan Handphone pada anak-anak Anda. Tentu akan lebih berat ketika anak-anak Anda sudah Anda berikan HP satu-satu dan disediakan WiFi unlimited.

"Sesungguhnya semua bayi dalam keadaan fitrah/suci (beriman kepada Allah), orangtuanya lah yang membuat dia Yahudi, Nasrani atau majusi” (Al-Hadits)

Kang Mul Jozz
Relawan Literasi Tangkab

Minggu, 13 Juni 2021

Takut Salah Tulis

                    Silahkan terjemahkan sendiri

Suatu ketika seorang teman bertanya, "kamu kader PKS kan ?"

"Iya" jawabku singkat

"Kenapa koq nggak pernah nulis tentang PKS, atau setidaknya memberitakan hal tentang PKS ?"

"Justru itu yang kutakutkan, aku takut salah tulis tentang PKS atau aku takut jika orang sudah tau kalau aku kader PKS, nanti kalau aku salah tulis atau salah sikap soal postingan-postinganku si medsos nanti khawatir orang menilai kesalahanku dihubungkan dengan PKS, padahal itu kesalahanku pribadi" jelaskan agak panjang.

"Makanya nulisnya yang bagus-bagus, bersikapnya yang baik-baik jangan sampai ada kesalahan" tegas temanku itu.

"Iya bang, tau kalau soal itu mah, tapi namanya manusia kan suatau ketika bisa aja salah, kita bukan Malaikat, bisa aja terpeleset kesalahan" jawabku diplomatis.

"Ya harus hati-hati, jangan sampai salah lah !" Cecarnya.

"Ya Allah Bang, namanya juga manusia biasa nggak mungkin lah bener terus, lurus terus, terkadang belok juga. Nah pas salah itulah saya khawatir kesalahan itu mencemarkan nama baik PKS, aku nggak mau itu terjadi Bang. itu dalam rangka menjaga nama baik PKS" kembali ku jelaskan apa yang ku maksud soal siakpku selama ini.

"Okey dech masuk akal. Tapi kalau bukan kader PKS yang memberitakan soal PKS, bukan kader PKS yang mempublikasikan sepak terjang PKS ke media sosial biar masyarakat juga tau tentang PKS, siapa lagi ?" Akhir pertanyaan temanku ini seolah menusuk ke jantung dan "makjleb".

Akhirnya harus ku akui logika temanku ini benar, kalau bukan Kader PKS yang memberitakan soal PKS, siapa lagi ?


Kang Mul Jozz
Relawan Literasi Kabupaten Tangerang

Jumat, 28 Mei 2021

Resensi Buku Karangan Sendiri

BUKU ANTOLOGI


Resensi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti Pertimbangan atau Pembicaraan tentang buku, mengulas buku.

Jenis-jenis resensi sendiri ada 3 antara lain :
1. Resensi yang bersifat Informatif, yaitu resensi yang hanya menyampaikan informasi tentang hal yang penting dari isi bukunya saja.
2. Resensi yang bersifat Evaluatif, yaitu resensi yang mengulas lebih dalam kedalam isi buku bab demi bab diulas dan diberikan evaluasi, dan diberikan penilaian kekurangan dan kelebihannya.
3. Resensi yang bersifat Informatif dan Evaluatif, yaitu perpaduan keduanya, mengulas hal yang penting di buku tersebut sekaligus memberikan penilaian kekurangan dan kelebihan isi buku tersebut.

Pada kesempatan ini saya akan meresensi buku karya saya dan teman-teman saya yang masih berbentuk buku antologi, yaitu buku yang di tulis oleh beberapa penulis dengan satu tema yang sama, namun isi tulisan antara penulis satu dengan penulis lainnya terpisah meskipun ada hubungannya atau bisa juga tulisan antara penulis satu dan lainnya tidak saling berhubungan.

Secara umum saya akan mengulas isi bukunya, namun secara spesifik saya akan meresensi tulisan saya sendiri sebagai bahan evaluasi untuk menulis buku berikutnya.

Ada 3 buku antologi tulisan saya yang akan saya resensi, diantaranya adalah :
                    
Buku Pertama
Pahlawan Dalam Hidupku


Judul buku.      : Pahlawan Dalam Hidupku
Penulis.            : 37 penulis yang terdiri dari Guru di seluruh Indonesia, kurator Raimundus Brian  P dan Sri Sugiastuti.
Penerbit.           : Oase Pustaka
Tebal halaman : 356 halaman
Kota terbit.       : Surakarta
Tahun terbit.     : Desember 2020

Sinopsis :
Buku ini berkisah tentang Pahlawan-pahlawan yang berjasa dalam kehidupan para penulisnya. Gambar sampul hanyalah ilustrasi, jika dulu saat penjajahan Belanda dan Jepang yang di sebut pahlawan adalah orang-orang yang berjuang untuk kemerdekaan Republik Indonesia, tetapi saat ini pahlawan itu bisa di artikan dalam arti yang sangat luas. Para penulis menceritakan dengan pengalaman masing-masing siapa pahlawan dalam kehidupan mereka, ada yang orangtuanya, ibu atau Bapaknya, ada yang Pakdenya atau Pamannya, Sahabatnya, bahkan ada yang orang lain seperti dokter dan lain-lain. 37 kisah pahlawan dengan cerita yang berbeda-beda tentu membuat Anda penasaran untuk membacanya, dengan tebal 356 halaman dan cwrita yang berbeda-beda dan merupakan kisah nyata semua, membuat Anda pasti penasaran untuk membelinya.

Kelebihan :
Buku ini mempunyai kelebihan kaya akan khazanah cerita dari masing-masing penulis yang berasal dari berbagai Propinsi di Indonesia, memang tidak mewakili semua Propinsi, tetapi cukup untuk dijadikan pelajaran hidup bagi pembacanya, betapa kita berhutang Budi kepada para pahlawan dalam hidup kita masing-masing. Disajikan dalam bahasa yang sederhana, namun imajinasi pembacanya seolah menempatkan yang ada di tulisan itu adalah saya.

Kekurangan :
Karena buku ini ditulis oleh para penulis pemula, jadi wajar jika masih banyak kekurangan dalam penulisan, misalnya salah penulisan, atau terkadang ada cerita yang kurang nyambung mungkin karena setiap penulis di batasi maksimal halaman sehingga cerita yang awalnya panjang di edit oleh editornya justru malah ada bagian yang tidak semestinya nyambung antara paragraf satu dan lainnya.


Buku Kedua
21 Kisah Penggugah Jiwa

Judul buku.      : 21 Kisah Penggugah Jiwa
Penulis.            : Ridwan Nurhadi Dkk
Penerbit.           : CV Oase Pustaka
Tebal halaman : 201 halaman 14cmx21cm
Kota terbit.       : Palur Wetan Mojolaban Sukoharjo
Tahun terbit.     : 2020
ISBN.                 : 978-602-457-669-1

Sinopsis :
Buku yang berisi 21 kisah penggugah jiwa dengan cerita yang berbeda-beda dan tema yang berbeda-beda. Ada yang menyampaikan kisah nyata apa adanya, ada yang bercerita kisah nyata yang di fiksikan dan ada juga yang berimajinasi dengan bukan dari kisah nyata. Para penulis di buku ini mampu membuat para pembaca meneteskan air mata karena terbawa emosi dan terharu dengan kisah-kisahnya. Para penulis benar-benar menulis dengan penuh penghayatan.

Kelebihan :
Membaca buku ini, pembaca diajak untuk masuk ke dalam alam bawah sadar, bagaimana kisah ini benar-benar nyata terjadi dan seolah pembaca melihat sebuah tayangan video berjalan karena runtutnya tulisan yang apik di sajikan oleh para penulisnya. Membaca buku ini berulang-ulangpun seolah tak mengalami kebosanan karena ceritanya yang menarik.

Kekurangan :
Dengan sampul yang menarik, harapannya di sela-sela tulisan ada gambar, foto atau ilustrasi untuk menggambarkan kisah yang terjadi sesungguhnya, sayangnya gambar-gambar tersebut tak ditemukan di buku ini.


Buku Ketiga
Surat Cinta untuk Sahabat

Judul buku.      : Surat Cinta Untuk Sahabat
Penulis.            : Ridwan Nurhadi, Mulyono, Fathurrahman, Jajat Suharto dan Ilham Pambudi.
Penerbit.           : Gemala dan BIM Berbagi
Tebal halaman : 134 Halaman
Tahun terbit.     : Januari 2021
ISBN.                 : 978-623-7754-96-1

Sinopsis :
Buku yang berkisah tentang perjalan beberapa orang yang mempunyai niat yang sama untuk bisa bermanfaat bagi orang lain di sekitarnya. Para penulis menyampaikan kisah dan perjalanan nyata dalam mewujudkan impian mereka, mulai dari nol sampai akhirnya impian itupun terwujud. Berkumpul dan menyampaikan ide, gagasan dan pendapat yang berbeda-beda dalam kurun waktu yang cukup lama 18 tahun tentu membutuhkan kesabaran dan Sling memahami satu sama lain. Dan di buku ini terungkap semua, bagaimana para penulis mampu melewati itu semua, sehingga mereka semua seperti Keluarga yang sebenarnya, tertawa, menangis, bersitegang satu sama lain dan bahkan ada yang hampir mengundurkan diri, namun itu urung dilakukan karena mempunyai tekad yang sama Agar hidup mereka bermanfaat untuk orang lain.

Kelebihan :
Buku ini bercerita tentang kisah nyata dari para penulisnya untuk bersama dalam satu wadah yayasan yang bergerak dalam bidang pembinaan dan pemberian beasiswa untuk anak-anak SMP dan SMA. Cerita di buku ini tentu saling melengkapi satu sama lain, karena memang mereka menceritakan perjalanan di bentuknya lembaga ini. Dengan gaya yang berbeda-beda justru menunjukkan keberagaman wawasan dan pengetahuan dari penulisnya. Anda bisa membacanya dan sekaligus ikut berpartisipasi dengan donasi di buku ini.

Kekurangan :
Buku ini bagi sebagian orang mungkin tak begitu merasa tertarik untuk membacanya karena di kemas untuk menceritakan lembaga yang terkadang ceritanya di ulang-ulang. Penulis yang satu sudah menulisnya, penulis yang lain menulisnya juga dengan gaya yang berbeda. Tetapi sebenarnya dengan cara seperti itu menguatkan kisah nyata di balik pendirian dan kiprah lembaga ini di tengah masyarakat.

BUKU ANTOLOGI

Minggu, 09 Mei 2021

Surau di Penghujung Ramadhan

        Surau di sebuah Kampoeng di Tigaraksa

Waktu di HP menunjukkan pukul 17.40 WIB, artinya sebentar lagi adzan Maghrib berkumandang, pertanda bahwa puasa hari ini akan segera usai, hari ke-27 Ramadhan 1442 H.

Rasanya baru kemarin kami berdo'a, ”Allahumm Bariklana fi rojab wa Sya'bana wa balighna Ramadhan", tapi hari ini sudah berada di penghujung bulan penuh berkah ini. Ada rasa sedih yang menggelayuti jiwa ini. Belum maksimal dalam meraih keutamaan ibadah Ramadhan, ia sebentar lagi meninggalkan kita.

Segera kucari warung makan terdekat untuk persiapan berbuka puasa, hampir semua rumah makan khususnya yang menyajikan ayam bakar, ayam goreng, sambel pedas, pecel ayam di penuhi para pengunjung, beda dengan warung Padang dan warteg yang relatif biasa saja dan cenderung sepi. Aku memilih melipir ke warung bakso, cari yang berkuah dan hangat-hangat.

Sambil menunggu Adzan berkumandang, aku pesan seporsi mie ayam dan Setengah porsi bakso. Kurang dari 5 menit pesananku sudah terhidang di meja, namun aku belum menyentuhnya, "sabar dulu nunggu adzan" bisikku dalam hati.

Beberapa kali kutanyakan ke Mas tukang bakso, "Sudah Adzan belum mas ?"

"Ooo sudah barusan pak, silahkan berbuka" jawab Mas tukang bakso dengan sopan.

Segera kulahap semangkok mie ayam plus bakso dan kuahnya yang tak lupa kubaca do'a berbuka sebelum makan. Hilang sudah lapar dan dahaga yang terasa seharian. 

"Sepertinya Surau/mushola nggak jauh dari warung ini" bisikku dalam hati, terdengar suara bapak tua yang mengumandangkan adzan dengan penuh perjuangan dan tersengal-sengal.

Kubatalkan puasaku dengan air mineral yang tersedia di meja, tanpa kurma atau takjil yang lain, kusantap mie ayam dan bakso dengan lahapnya dan habis tak tersisa, segera kubayar dan bergegas ke Surau terdekat untuk sholat Maghrib.

Benar dugaanku, Surau itu pasti sepi jama'ah. Terlihat bapak tua memandang keluar jendela, sepertinya beliau selesai mengumandangkan adzan tadi. Di tempat wudhu ada satu orang yang sedang berwudhu yang kira-kira usianya tak terpaut jauh dengan bapak tua yang adzan tadi.

Selesai berwudhu kumasuki Surau yang terlihat kurang terawat itu, terlihat hijab pembatas antara jama'ah pria dan wanita, warna hijau kombinasi putih yang mulai kusam. Bapak tua yang mengumandang adzan masih termenung, seolah ada sesuatu yang menjadi beban hidupnya.

"Allahu Akbar Allahu Akbar Asyhadu ala ila ha illallah, Asyhadu ana Muhammadarrasulullah, hayya 'alasholah hayya 'alal falah, qodqo matisholatu qodqoomatisholah, Allahu Akbar Allahu Akbar laaa ila ha illallah" tiba-tiba Bapak tua itu langsung mengumandangkan iqomah.

Baru ada 3 orang, aku dan dua bapak tua itu, benar-benar sepi Surau ini, padahal sekitar Surau rumah penduduk cukup padat dan banyak.

Kedua Bapak tua itu mempersilahkanku untuk memimpin sholat, "Silahkan pak" sambil menunjukkan tangannya ke tempat Imam.

"Oh silahkan pak yang tuan rumah" jawabku.
Kedua Bapak itu tetap memaksaku untuk jadi Imam, tapi aku juga tetap bersikukuh untuk tidak jadi Imam karena selain sebagi tamu, aku juga harus menghormati tuan rumah, apalagi usianya lebih tua dariku 

Akhirnya salah satu Bapak itu maju untuk memimpin Sholat Maghrib dengan dua orang makmum saja.

Di rakaat kedua, sebelah kananku ada jama'ah baru menyusul dan tambah satu di sebelahnya lagi.

Setelah salam, kugeser tempat dudukku kebelakang sedikit dan kulirik kedua makmum masbuk yang melanjutkan sholat untuk menggenapi ketinggalannya.

Alhamdulillah, seorang remaja usia belasan tahun dan seorang pemuda yang sepertinya masih usia tigapuluhan tahun. Artinya masih ada penerus risalah Islam di kampung ini, masih ada yang meneruskan Adzan nanti saat Bapak tua tadi tiada.

Sebuah Fakta di depan mata yang menggambarkan kondisi betapa Islam masih sangat minim dijalankan di sini, terbukti jama'ah Sholat Maghrib petang ini hanya berjumlah 5 orang berikut Imamnya. Astaghfirullahal'adzim.

Kondisi seperti ini mungkin tidak hanya terjadi di Surau tempat sholat Maghrib ku petang ini, mungkin ribuan Surau yang di kampung-kampung mengalami kondisi yang sama dengan Surau ini.

Semoga ini menjadi bahan renungan kita bersama untuk lebih serius dan aktif membina generasi penerus estafet risalah Islam di bumi Indonesia tercinta. Aamiin.


28 Ramadhan 1442 

KMJ

Hanya 100 Ribu Harga Suaramu di Pemilu

PEMILU Si Pembuat Pilu Tahun 2024 Indonesia menggelar Pemilu Pilpres dan Pileg. Ada yang menarik untuk dibahas dan dianalisis, yaitu fenomen...