BIM Berbagi

BIM Berbagi

Minggu, 09 Mei 2021

Surau di Penghujung Ramadhan

        Surau di sebuah Kampoeng di Tigaraksa

Waktu di HP menunjukkan pukul 17.40 WIB, artinya sebentar lagi adzan Maghrib berkumandang, pertanda bahwa puasa hari ini akan segera usai, hari ke-27 Ramadhan 1442 H.

Rasanya baru kemarin kami berdo'a, ”Allahumm Bariklana fi rojab wa Sya'bana wa balighna Ramadhan", tapi hari ini sudah berada di penghujung bulan penuh berkah ini. Ada rasa sedih yang menggelayuti jiwa ini. Belum maksimal dalam meraih keutamaan ibadah Ramadhan, ia sebentar lagi meninggalkan kita.

Segera kucari warung makan terdekat untuk persiapan berbuka puasa, hampir semua rumah makan khususnya yang menyajikan ayam bakar, ayam goreng, sambel pedas, pecel ayam di penuhi para pengunjung, beda dengan warung Padang dan warteg yang relatif biasa saja dan cenderung sepi. Aku memilih melipir ke warung bakso, cari yang berkuah dan hangat-hangat.

Sambil menunggu Adzan berkumandang, aku pesan seporsi mie ayam dan Setengah porsi bakso. Kurang dari 5 menit pesananku sudah terhidang di meja, namun aku belum menyentuhnya, "sabar dulu nunggu adzan" bisikku dalam hati.

Beberapa kali kutanyakan ke Mas tukang bakso, "Sudah Adzan belum mas ?"

"Ooo sudah barusan pak, silahkan berbuka" jawab Mas tukang bakso dengan sopan.

Segera kulahap semangkok mie ayam plus bakso dan kuahnya yang tak lupa kubaca do'a berbuka sebelum makan. Hilang sudah lapar dan dahaga yang terasa seharian. 

"Sepertinya Surau/mushola nggak jauh dari warung ini" bisikku dalam hati, terdengar suara bapak tua yang mengumandangkan adzan dengan penuh perjuangan dan tersengal-sengal.

Kubatalkan puasaku dengan air mineral yang tersedia di meja, tanpa kurma atau takjil yang lain, kusantap mie ayam dan bakso dengan lahapnya dan habis tak tersisa, segera kubayar dan bergegas ke Surau terdekat untuk sholat Maghrib.

Benar dugaanku, Surau itu pasti sepi jama'ah. Terlihat bapak tua memandang keluar jendela, sepertinya beliau selesai mengumandangkan adzan tadi. Di tempat wudhu ada satu orang yang sedang berwudhu yang kira-kira usianya tak terpaut jauh dengan bapak tua yang adzan tadi.

Selesai berwudhu kumasuki Surau yang terlihat kurang terawat itu, terlihat hijab pembatas antara jama'ah pria dan wanita, warna hijau kombinasi putih yang mulai kusam. Bapak tua yang mengumandang adzan masih termenung, seolah ada sesuatu yang menjadi beban hidupnya.

"Allahu Akbar Allahu Akbar Asyhadu ala ila ha illallah, Asyhadu ana Muhammadarrasulullah, hayya 'alasholah hayya 'alal falah, qodqo matisholatu qodqoomatisholah, Allahu Akbar Allahu Akbar laaa ila ha illallah" tiba-tiba Bapak tua itu langsung mengumandangkan iqomah.

Baru ada 3 orang, aku dan dua bapak tua itu, benar-benar sepi Surau ini, padahal sekitar Surau rumah penduduk cukup padat dan banyak.

Kedua Bapak tua itu mempersilahkanku untuk memimpin sholat, "Silahkan pak" sambil menunjukkan tangannya ke tempat Imam.

"Oh silahkan pak yang tuan rumah" jawabku.
Kedua Bapak itu tetap memaksaku untuk jadi Imam, tapi aku juga tetap bersikukuh untuk tidak jadi Imam karena selain sebagi tamu, aku juga harus menghormati tuan rumah, apalagi usianya lebih tua dariku 

Akhirnya salah satu Bapak itu maju untuk memimpin Sholat Maghrib dengan dua orang makmum saja.

Di rakaat kedua, sebelah kananku ada jama'ah baru menyusul dan tambah satu di sebelahnya lagi.

Setelah salam, kugeser tempat dudukku kebelakang sedikit dan kulirik kedua makmum masbuk yang melanjutkan sholat untuk menggenapi ketinggalannya.

Alhamdulillah, seorang remaja usia belasan tahun dan seorang pemuda yang sepertinya masih usia tigapuluhan tahun. Artinya masih ada penerus risalah Islam di kampung ini, masih ada yang meneruskan Adzan nanti saat Bapak tua tadi tiada.

Sebuah Fakta di depan mata yang menggambarkan kondisi betapa Islam masih sangat minim dijalankan di sini, terbukti jama'ah Sholat Maghrib petang ini hanya berjumlah 5 orang berikut Imamnya. Astaghfirullahal'adzim.

Kondisi seperti ini mungkin tidak hanya terjadi di Surau tempat sholat Maghrib ku petang ini, mungkin ribuan Surau yang di kampung-kampung mengalami kondisi yang sama dengan Surau ini.

Semoga ini menjadi bahan renungan kita bersama untuk lebih serius dan aktif membina generasi penerus estafet risalah Islam di bumi Indonesia tercinta. Aamiin.


28 Ramadhan 1442 

KMJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudah Siap Nak ?

   Dokumentasi Latansa DPW PKS Banten Beberapa waktu lalu di Group WA kader dishare pengumuman tentang akan dilaksanakannya Latansa (pelatih...