Menulislah, karena menulis itu mengasah otak kita untuk berpikir dan berimajinasi.
BIM Berbagi

Kamis, 21 Januari 2021
MAMPIR NGOMBE ?
Kamis, 24 Desember 2020
DUITNYA DI DEPAN MATA
Tahukah Anda jika pedagang keliling yang kita jumpai setiap hari bahkan setiap sekian jam lewat di depan rumah atau kontrakan kita itu berpenghasilan minimal Rp. 100.000,-s/d Rp. 300.000,- bersih perhari dan bahkan bisa lebih lho !
Dan Jika Anda berminat menjadi pedagang keliling saya sarankan, jangan
mau seumur hidup jadi pedagang keliling, TAPI jadilah bosnya para pedagang
keliling. Caranya ?
Sekedar share saja dan mudah-mudahan ada yang terinspirasi dengan beberapa kisah berikut ini :
KISAH PERTAMA :
Saya setiap hari berdagang bakso keliling pake sepeda motor yang saya namakan TORGASO motor niaGA bakSO di Perumahan Gardenia 1 Citra Raya ( Silahkan Cek kesana jam 15.00 s/d 21.00 ) saya ada di dalam komplek perumahan itu.
Di situ saya ketemu dengan lebih dari 15 pedagang keliling ( Pedagang Gorengan, Siomay, Kue Puthu, Roti Sari roti, Roti Ayu, Roti inti Bakery, Bakso malang Cak Nur, Bakso Malang Mitra, Bakso Malang 3 jaya, Bakso Malang Amanah, Bakso Cuanki Bandung, Tokoyaki, Es krim Monas, Martabak Mini, Seblak Bandung, Tahu Bulat, Jasa penjahit vermak, dll ), termasuk Bakso SOPO NYONO Kang Mul Jozz punya saya dan pedagangnya juga saya sendiri ….hehehe.
Hampir semua pedagang-pedagang tersebut sudah saya kenal baik dan biasa ngobrol-ngobrol santai sambil menunggu pembeli datang. Ternyata hampir semua beromset Rp. 400.000,- s/d Rp. 600.00,- perhari, dengan modal belanja berkisar antara Rp. 200.000,- s/d Rp. 300.000,- setiap harinya. Dan silahkan hitung sendiri berapa untungnya !
KISAH KEDUA :
Ada 3 pedagang yang menarik perhatian saya :
1.
Pedagang
Somay Baraya,
2.
Pedagang
Bakso Malang Mitra, dan
3. Pedagang Bakso Malang Cak Nur.
1 pedagang somay Baraya cukup dekat dengan saya karena hampir tiap hari barter Somay – Bakso, 2 pedagang bakso Malang Mitra dan Cak Nur sering bertegur sapa dengan saya, meski kedua pedagang Bakso Malang tersebut masuk dalam kategori competitor mengingat sama-sama menjual Bakso, tapi hubungan kami cukup baik karena punya pelanggan masing-masing.
Yang menarik buat saya, ketiga pedagang tersebut bukan menjual dagangan
mereka sendiri, artinya mereka adalah karyawan atau anak buah bos-bos mereka
dengan perhitungan profit sharing yang berbeda-beda :
1.
Somay,
70% buat penjual, 30% buat bos,
2.
Bakso
Malang Mitra, 20% dri omset buat Penjual,
3. Bakso Malang Cak Nur, di hitung perbiji. Misal : dari Bos 800/bakso di jual 1000/bakso, dst
Dan yang menarik buat saya untuk di tiru adalah bos mereka, bukan penjualnya. Bos Somay punya 5 grobak dan 5 penjual, Bos Bakso Malang Mitra belum tahu punya berapa anak buah, sementara Bos Bakso Malang cak Nur punya 2 kios Bakso malang di Bitung dan Cikupa serta 8 grobak dorong dan 8 penjual tentunya.
Secara hitung-hitungan matematika bisa kita catat sendiri berapa penghasilan si Bos-bos ini, dengan mengacu pada perhitungan omset dan profit sharing mereka masing-masing.
Usaha ini kelihatannya sepele, tetapi jika mau di tekuni bukan tidak mungkin penghasilan pedagang-pedagang keliling yang notabene hanya penjual alias anak buah bisa berpenghasilan mengalahkan UMR saat ini, dan Bos-Bos mereka juga berpenghasilan yang setara dengan para manager dan bahkan direktur di Perusahaan-perusahaan, yang membedakan mungkin cara kerja dan gaya hidupnya.
Anda dan saya yang sudah menggeluti usaha konvensional atau yang mau
terjun ke usaha konvensional tinggal pilih, hanya mau jadi penjualnya saja,
atau berproses dan menetapkan Visi untuk menjadi Bos bagi para pedagang, Tapi
tentunya prosesnya tidak semudah hitung-hitungan di atas. Rasa malu harus di
buang jauh-jauh dari perasaan kita saat menjajakan dagangan kita, kodrat
sebagai seorang pedagang harus di terima saat proses hariannya seperti :
1.
Omset
pasti naik turun, tak mungkin sama perharinya, dan itu harus di sadari sebagai
seorang pedagang.
2.
Harus
sabar menghadapi para konsumen dan pelanggan yang berbeda-beda karakter dan
keinginan.
3.
Siap
bekerja dengan waktu yang lebih panjang dibanding dengan karyawan yang
rata-rata 8 jam perhari.
4. Buang jauh-jauh rasa malu saat berjualan dan bertemu dengan rekan-rekan lama, bahkan mungkin merekapun nggak berani jualan karena malu. Anda sudah punya nilai plus dalam hal ini.
Jangan pernah berpikir dan jangan pernah mau hanya jadi pedagang keliling sendirian, tapi lahirkan pedagang-pedagang baru yang menjadi karyawan kita.
“SESEORANG YANG BERPENGALAMAN BERTAHUN-TAHUN
DALAM BIDANG TERTENTU, AKAN BISA DI KALAHKAN OLEH
ORANG YANG PUNYA SEDIKIT PENGALAMAN DI BIDANG TERTENTU TERSEBUT
TAPI PUNYA KREATIFITAS
YANG TINGGI”
BEBAS
Freedom atau teriakan Merdeka ! dulu jadi penyemangat bagi para pejuang Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Teriakan itu begitu bergelora dalam jiwa sehingga saat berteriak “merdeka” dengan kepalan tangan benar-benar terasa ruhnya, terasa auranya, sehingga membuat bergetar dan ketakutan para tentara penjajah meskipun mereka bersenjata lengkap. Apalagi saat bung Tomo berorasi, selain teriakan merdeka, juga di iringi dengan pekikan “ALLOHU AKBAR” berkali-kali hingga musuhpun mampu di kalahkan dan akhirnya menyerah.
“MERDEKA”
Dan
apakah Negri kita saat ini benar-benar telah merdeka ? entahlah ? secara
kedaulatan “ya”, tapi secara ekonomi rasanya belum, dimana hampir semua sektor
di kuasai oleh Asing dan Aseng beserta kroni-kroninya. Sudahlah, Lupakan soal
itu , karena sudah ada yang memikirkan. Mari kita berpikir dari yang terkecil
saja dulu yaitu “Ekonomi Keluarga Kita” ! benarkah Ekonomi keluarga kita sudah
merdeka ? test aja dengan pertanyaan sederhana !
1.
Jika
tempat kerja Anda bangkrut atau tutup secara mendadak kira-kira apa yang akan
Anda lakukan ?
2.
Jika ada
yang mau kasih pinjaman uang Rp. 30.000.000,- untuk modal usaha dan
pengembaliannya tanpa bunga, kira-kira
Anda mau usaha apa ?
3.
Apa
rencana Anda 2-3 tahun kedepan ?
a.
jika
bekerja, progres apa di tempat kerja ? naik jabatan ? jadi apa ? gaji berapa ?
b.
Jika
bisnis, berapa target omset Anda dalam satu hari ? Satu Bulan ? dan total dalam
setahun ? apakah akan membuka cabang bisnis baru ?
4.
Apakah
Anda dominan atau Anda yang selalu mengambil keputusan di tempat kerja Anda
saat ini atau tergantung atasan Anda ?
5.
Siapa yang
menentukan arah bisnis Anda ? pemodal/investor atau Anda dan pasangan hidup
Anda yang selalu ambil keputusan ?
Pertanyaan-pertanyaan di atas tak perlu di
jawab, cukup direnungkan saja, Siapa yang menentukan arahnya, orang lain atau
Anda ? Jika arahnya masih di tentukan orang lain, berarti Anda belum merdeka,
belum Freedom. Tapi jika arahnya Anda sendiri yang menentukan, kemerdekaan
sudah ada di depan mata.
Dalam artikel ini kita bahas soal “merdeka”,
ma’af jika harus sedikit menyinggung soal pekerjaan, karena saya sendiri juga
pernah bekerja di 3 tempat yang berbeda, jadi tau betul bagaimana rasanya bekerja,
di Pabrik pernah 11 tahun di bagian produksi, jadii Sales pernah meski hanya 4
bulan pernah merasakan tiap hari di jalanan Ibu Kota dan jadi Guru pernah 2
tahun 8 bulan. Tidak ada yang salah dengan pekerjaan yang salah itu orang yang
tidak mau bekerja alias pengangguran, itu salah besar. Namun ada satu tips
untuk Anda yang masih bekerja, jika Anda ingin menjadi Pekerja yang merdeka,
jadilah TENAGA AHLI bukan tenaga biasa, karena tenaga ahli selalu di cari
perusahaan dan bayarannya pun besar, sementara pekerja biasa terlalu banyak dan
di bayar standar-standar saja UMK atau UMP + dikit + leburan kalau ada.
Ma’af sekali lagi ini bukan untuk merendahkan
profesi apapun, karena jika ada pertanyaan siapa yang paling mulia antara
pekerja atau wirausaha di antara keduanya ? maka jawabannya adalah yang paling
bertaqwa ...... hehehe .... dan hanya Alloh yang bisa mengukurnya, bukan
manusia.
Kembali ke bahasan utama Bisnis untuk Freedom !
Freedom dalam hal apa ? yaaa ..... freedom
banyak hal :
a.
Waktu.
b.
Uang.
c.
Tenaga.
d.
Pemikiran.
e.
Kreatifitas
f.
Dll.
Bisnis itu semua yang ngatur si pelaku bisnis
itu sendiri tentu ada hubungannya juga dengan customer dan suplier, nggak bisa
juga di katakan freedom se freedom fredomnya, tetap saja ada
batasan-batasannya. Namun pengaturan waktunya lebih fleksibel, saat ada
keperluan yang mendesak tidak perlu cuti, cukup atur saja gimana caranya bisnis
tetap jalan meskipun kita tidak ada di tempat. Soal keuangan ini yang lebih
riskan, karena seorang pebisnis harus mampu mengatur arus kas nya agar tetap
stabil dan bahkan cenderung meningkat, di sinilah di butuhkan kreatifitas dan
konsistensi dan disiplin yang tinggi dalam penggunaan dana.
Banyak
yang mengatakan :”enak ya sudah punya usaha sendiri”
Hehehe ....... enak kalau sudah jalan dan
menguntungkan, tapi prosesnya ........”setengah mati bro...”
Makanya banyak juga yang menyerah dan kembali
bekerja, kenapa ? karena nggak kuat dengan prosesnya .....
Teman-teman, tulisan ini bukan untuk
mendiskreditkan profesi apapun, karena sekali lagi yang paling mulia dari
setiap profesi adalah yang paling bertaqwa dan yang paling bermanfaat untuk banyak
orang. Jadi jangan memaksakan diri untuk menjadi orang lain, jadilah diri
sendiri yang bisa mengatur kehidupan kita tanpa intervensi orang lain, jadilah
ahli di bidang masing-masing. Tapi ada satu jalan jika Anda ingin merdeka dari
tekanan orang lain yaitu jalan Wirausaha karena saya sendiri telah merasakan
itu. Kalau nggak percaya coba sekali-sekali tanya ke teman yang tadinya bekerja
kemudian resign dan buka usaha sendiri dengan yang penghasilan sama aja dengan
waktu dia kerja, kira-kira mau lagi nggak dia tutup usahanya dan kembali
bekerja, yang penghasilan sama dengan waktu dia kerja aja belumtentu mau dia
tutup usaha dan bekerja kembali, apalagi yang penghasilannya sudah jauh
meninggalkan gajinya dulu saat bekerja.
Ada cerita menarik yang saya ambil di internet,
kisah ini bukan tulisan saya dan saya bukan plagiat seperti Afi, tapi kisah ini
saya Copas dari internet mudah-mudahan jadi inspirasi untuk kita !
Dwifung Wirajaya
Saputra,
Mantan Satpam yg Kini
Menjadi Pengusaha Beromset Rp 5M/ bulan
Semua orang berhak
untuk sukses dalam hidupannya. Tidak perduli apa profesi Anda saat ini, impian
untuk memiliki sebuah usaha yang menguntungkan dan menjadi orang sukses
layak Anda dapatkan. Itulah yang terjadi pada diri seorang Ipung (Dwifung
Wirajaya Saputra), seorang Satpam (Satuan Pengaman) yang beralih profesi
menjadi pengusaha dan sukses dengan omset mencapai miliaran rupiah per bulan. Mungkin
sebagian dari kita tidak percaya kisah tentang Ipung, tapi ini adalah kisah
nyata. Berawal dari seorang security di sebuah gudang, kisah hidupnya berubah
180 derajat menjadi seorang pengusaha kaya. Kisah ini diceritakan oleh Jaya
Setiabudi, seorang pengusaha pemilik bisnis online YukBisnis.com.
Awal Kisah Dwifung si Mantan Satpam !
Kisah inspiratif ini
berawal dari pertemuan Ipung dengan Jaya Setiabudi pada tahun 2000 silam. Jaya
Setiabudi yang akrab dipanggil dengan mas Jay menawarkan sebuah pekerjaan pada
Ipung, yaitu sebagai tenaga sales. Mas Jay merekrut Ipung bukan sembarangan,
tapi ada alasan yang kuat. Menurut mas Jay, Ipung memiliki kemampuan lebih dari
sekedar seorang Satpam. Selain memiliki otak yang pintar, Ipung juga punya
kemampuan komunikasi yang sangat baik dan juga suka membantu orang lain.
Pada saat itu, Ipung
ditawari gaji Rp 1,5 juta untuk menjadi seorang salesman dan dia langsung
menerima ajakan mas Jay untuk bekerja di perusahaannya. Menjadi seorang
salesman adalah hal yang baru bagi Ipung. Kurangnya pengalaman dan pengetahuan
di dunia marketing telah sukses membuat kerugian sekitar $800 atau sekitar Rp
10 juta di hari pertama dia bekerja. Kemauan keras untuk belajar serta
keyakinannya yang kuat dengan profesi barunya membuat Ipung terus bersemangat.
Dia banyak belajar tentang cara berkomunikasi yang efektif dengan klien, cara
bernegosiasi, dan berbagai hal lainnya yang berhubungan dengan dunia bisnis.
Karir Ipung Melompat dengan Cepat !
Kerja kerasnya
berbuah manis. Empat bulan setelah bergabung dengan usaha mas Jay, Ipung sudah
cukup mahir dan bisa meng-handle orderan bernilai ratusan juta. Jaya Setiabudi
mengatakan bahwa Ipung sangat berbakat dalam dunia niaga dan bisa berkembang
lebih baik lagi. Lompatan karir Ipung sangat cepat. Tidak begitu lama menjadi
salesman, Ipung diangkat menjadi sales manager dan membangun tim yang
lebih besar. Tentu saja hal ini bukan hanya karena kesempatan yang dia
dapatkan, tapi juga karena kerja keras, keuletan, dan kecerdasan Ipung. Selama
bekerja menjadi sales manager di perusahaan Mas Jay, Ipung banyak mendapatkan
pelajaran dan pengalaman di dunia bisnis. Hal inilah yang kemudian membuat
Ipung punya rencana untuk membangun usahanya sendiri.
Ipung Membangun Usaha di Bidang Outsourcing Security !
Berbekal pengetahuan
dan pengalaman selama 4 tahun bekerja di perusahaan mas Jay, akhirnya Ipung
memutuskan untuk membangun usahanya sendiri. Ipung resmi mengundurkan diri dari
perusahaan mas Jay dan mendirikan usaha sendiri di bidang jasa pengamanan
(security). Ipung mendirikan bisnis jasa outsourcing security tersebut dari
nol. Sedangkan untuk modal usahanya, Ipung menggunakan dana dari orang lain
yang menjadi investornya.
Saat ini, bisnis
jasa pengamanan yang didirikannya sudah terbilang sukses. Perusahaan Ipung yang
diberinama PT Putra Tidar Perkasa, sudah mempekerjakan lebih dari 600 orang
tenaga security. Bisnisnya tersebut menghasilkan omset sekitar Rp 5 Miliar per
bulan. Luar biasa! Untuk menjadi pengusaha, kita bisa belajar dari sikap dan
sifat Ipung, diantaranya:
§ Berani memulai usaha sendiri
§ Gigih dan konsisten dalam memperjuangkan sesuatu
§ Bisa diandalkan dan dipercaya orang lain
§ Punya fisik yang sehat
§ Keluwesan berkomunikasi dan bernegosiasi
§ Setia kawan
Selain itu, dari kisah Ipung ini kita belajar bahwa
untuk menjadi orang yang berhasil tidak melulu harus punya modal uang. Nyatanya
Ipung mendapatkan modal dari orang lain karena dia dipercaya dan dapat
diandalkan. Ipung membayar semua kepercayaan orang-orang di sekitarnya dengan
etos kerja dan sikap yang baik. Dan semua kerja kerasnya akhirnya berbuah
manis. Semoga kisah Ipung ini bisa menginspirasi kita semua. Salam sukses!
#Day22desAISEIWritingChallenge
PELUANG
PELUANG
Ada
kios baru yang bertuliskan : “DIKONTRAKAN HUB : 088883339990”......jika Anda
yang mau membuka usaha, kira-kira apa yang ada dalam pikiran Anda ?
ada lagi sebuah
iklan di sosmed, pelatihan kewirausahaan untuk meningkatkan omset anda menjadi
puluhan kali lipat hanya dengan HTM 200K. Apa yang ada di benak Anda ?, pengen
ikut Pelatihan, pengen buka usaha ? tapi bingung mau buka usaha apa ? modalnya
dari mana ? kalau rugi nanti bagaimana ? dan lain lain bla bla bla .......
Ini hanyalah salah satu contoh kasus yang ada kaitannya dengan dunia usaha, khususnya untuk para pelaku usaha pemula atau yang baru mau berniat membuka usaha.
Di obrolan-obrolan santai Bapak-bapak di warung kopi atau di teras masjid kadang-kadang sering terlontar, sebentar lagi pensiun, mau usaha apa ya ? terkadang ada juga yang mulai mengeluh, kebutuhan makin banyak penghasilan begitu-begitu aja, paling naik gajinya hanya 10%-15%pertahun bagi yang masih kerja atau yang sudah mulai usaha juga mengeluh usaha sekarang makin susah, apa-apa mahal, belanja bahan baku mahal sementara harga jual naiknya nggak seberapa di tambah pedagang makin banyak sekarang, karena mulai banyak yang membuka usaha sampingan di luar pekerjaan mereka , entah istrinya yang buka usaha atau buka usaha setelah pulang kerja.
Ini lah realita saat ini, dan tentu ini harus kita sikapi.
Bagaimana menyikapinya ?
Ingat saat kita berpikir mau buka usaha A, misalnya sebut saja mau buka Warung sembako, maka ada puluhan bahkan ratusan orang yang berpikiran sama dengan kita, pengen buka warung sembako, begitu juga usaha yang lain sama saja.
Saat kita melihat
orang lain berhasil membuka usaha tertentu kadang terucap dalam hati “enak ya
dia sudah sukses sekarang, usahanya sudah jalan, tinggal menikmati hasil”,
padahal kita tidak pernah tau berapa kali ia mengalami kegagalan, kerugian
bahkan kebangkrutan dan bahkan menumpuk utang yang tidak sedikit, namun orang
ini mampu bangkit dari keterpurukan dan kembali memulai usaha lagi, Itulah
proses, usaha apapun pasti akan mengalami hal yang sama karena Untung dan rugi
itu satu paket dalam dunia usaha, mana mungkin kita untung terus dan nggak
mungkin juga kita rugi terus. Pasti bergantian saat prosesnya.
Cerita berikut ini semoga bisa menginspirasi kita untuk berani memulai usaha : (dari berbagai sumber)
Cara Sang Kakek Bangkit dari Kebangkrutan
By : Eko Yulianto
Kisah ini saya dapat saat sedang bertukar fikiran dengan seorang kakek yang punya penghasilan 80 juta perbulan dari bisnisnya.
Dalam obrolan pagi itu, saya hanya terbengong-bengong melihat semangat pantang menyerah dari sang kakek.Yang membuat saya kagum dengan sang kakek adalah proses bangkitnya dari keterpurukan yang pernah menimpanya. Beberapa tahun sebelumnya sang kakek tersandung permasalahan yang mengakibatkan semua hartanya habis untuk membayar hutang. Kebetulan saya tahu betul peristiwa itu, makanya saya benar-benar ingin tahu bagaimana cara dia bisa bangkit dengan cepat.Sang kakek membuka cerita saat awal kebangkrutannya.
Semua harta habis tanpa sisa. Hanya menyisakan hutang yang sangat besar jumlahnya.
Tahukah apa yang dilakukan sang kakek saat itu? Dia mengikuti semua yang dialami seperti air.Dia menikmati semua rasa sedih bahkan sakitnya karena semua itu adalah kehendak dari Tuhan.
Dia ikhlas menjalani prosesnya. Menurutnya Tuhan adalah maha penyayang dan maha mengasihani, pasti dia akan menemukan jalan terbaik dengan cara tersebut. Karena Tuhan tidak akan tinggal diam melihat umatNya yang ikhlas menerima kehendakNya.
Berikutnya sang kakek menguatkan niat untuk membayar semua hutang-hutangnya. Walau hutangnya sangat besar, dia berusaha mencicil dengan rejeki yang telah diterima TANPA MAU MENUNDA-NUNDA.
Tahukah anda? Ternyata dengan cara ini justru Tuhan semakin mengucurkan rejeki untuk
melunasi hutang yang telah dia niatkan sebelumnya. Sampai tanpa terasa akhirnya
rejeki yang terus mengucur berkat niat yang kuat tadi akhirnya bisa membuat
semua hutang-hutangnya lunas.
Terakhir, sang kakek terus berusaha menjalin sebanyak mungkin silaturahmi. Terus berusaha mengenal orang-orang baru yang bisa menunjang bisnisnya. Sampai akhirnya bisa kembali bangkit lagi.
Dari kisah sang kakek, bisa kita simpulkan bahwa saat kita ikhlas menerima dan menjalani cobaan dari Tuhan, Tuhan justru tambah sayang dan menaruh belas kasihan pada kita. Sang kakek bisa cepat bangkit karena berusaha dengan sungguh-sungguh melunasi semua hutangnya tanpa mau menunda saat ada rejeki, berapapun sedikitnya rejeki itu.
Terakhir dia menambah deras rejeki yang telah ada dengan
silaturahmi.Dialog dengan sang kakek tersebut adalah tambahan ilmu yang sangat
berarti buat saya. Semoga kisah ini juga membawa manfaat buat Anda.
#Day24desAISEIWritingChallenge
MASTATHO'TUM
MODALNYA MASTATHO’UM
Ketika kita mau memulai sebuah usaha, biasanya terbersit pertama kali adalah modal. Dan modal itu identik dengan uang ! benarkah ??? Bisa iya, bisa tidak !
Tapiii ……
Saat kita bertanya kepada pengusaha yang telah sukses dibidang usahanya, setelah mengalami berbagai macam kegagalan sebelumnya, maka hampir semua pengusaha sukses tersebut mengatakan modal utama membuka sebuah usaha itu bukan uang.
Coba kita test sekarang : apakah benar modal usaha itu adalah uang ? Jika saat ini ada seorang pengusaha sukses yang ingin membantu Anda dengan Cuma-Cuma uang sebesar Rp. 200.000.000,- (Duaratus Juta Rupiah) tapi harus untuk membuka usaha, kira-kira Anda mau buka usaha apa ? ……….Nah lo …… Anda mulai bingung kan ?
Bagi yang sudah punya usaha tidak terlalu berpikir panjang, otaknya langsung berputar dan menghitung, intuisinya langsung bergerak untuk melipat gandakan uang itu untuk mengembangkan usaha mereka, katanya “pucuk dicinta ulam tiba”. Tapi bagi yang baru pertama kali mau memulai usaha, dijamin pasti pusing tujuh keliling ……hehehe …. Yang ada malah nggak berani terima uang itu karena syaratnya harus buka usaha…. Kabuurrr …. Di kasih uang koq kabur.
Contoh kecil ini telah membuktikan secara sederhana bahwa modal utama berbisnis itu bukan Uang. Terus apa dong ?
Bob Sadino, Seorang pengusaha terkenal karena penampilannya yang nyentrik (selalu memakai celana pendek dan topi koboy), pernah di tanya oleh seorang wartawan tentang usaha yang bagus (prospektif) itu apa sebenarnya ? ….. Dengan gaya yang sangat lugas beliau menjawab : “ Usaha atau bisnis yang bagus itu bukan yang di tanyakan terus, tapi di jalankan, itu yang bagus” …….Jleeb ….. nusuk ke hati.
Pertanyaan berikutnya, usahanya apa dong ? uang bukan modal utama
katanya.
Mari kita belajar dari orang-orang terdekat kita yang sudah lebih dulu membuka usaha dan secara bertahap usahanya eksis dan mulai maju. Nggak usah jauh-jauh ke Bob Sadino, beliau juga nggak kenal kita kan ? ….hehehe
Coba sekali waktu ngobrol dan sharing yang serius dengan Pedagang bakso, mie ayam, Tukang sayur, Pedagang sembako, Pedaganag kaki lima, dll yang ada di sekitar kita.
Apa modal mereka memulai usahanya ? uang mungkin iya, buat beli peralatan, perlengkapan usaha dan modal awal untuk bahan baku atau produk yang akan dijual, Tapi …….untuk kelanjutan dan kelangsungan usahanya itu, bukan uang lagi. Tapi ini dia modalnya : Tekad yang kuat, Semangat dan antusias, Tidak malu berdagang terutama dengan saudara dan teman yang kenal kita, Jujur Kerja keras, Pantang menyerah, Gagal mulai lagi, Jatuh Bangun lagi, Terusbelajardalam proses usahanya, Bermental, kuat.
Kalau modal sikap dan karakter di atas sudah kita miliki, tinggal tunggu keputusan dari Alloh SWT saja, sudah ada waktu yang tepat untuk kita merasakan kesuksesan dari hasil jerih payah kita tersebut.
Ada cerita unik dari seorang syekh Abdullah Al Azzam, suatu ketika syekh ditanya oleh muridnya. Ya syekh, apa yang dimaksud dengan mastatho’tum (semampumu). Syekh pun membawa muridnya ke lapangan dan meminta mereka untuk berlari mengelilingi lapangan semampu mereka. Startnya sama tetapi finish dan jumlah putaran masing-masing berbeda. Ada yang 3 kali putaran sudah capek, ada yang lebih dari itu.
Setelah muridnya menepi semua, syekh itu pun berlari mengelilingi lapangan itu, para murid pun kaget dan tidak tega melihat gurunya yang sudah tua berlari. Sang syekh sudah terlihat pucat pasi dan lelah, tetapi tidak terlihat dari syekh itu untuk tidak melanjutkan larinya. Sampai syekh itu jatuh pingsan.
Para muridnya pun berlari untuk membangunkannya. Saat syekh itu siuman, beliau langsung mengatakan “inilah yang dinamakan semampu kita (mastatho’tum). Kita berusaha semaksimal sampai Allah sendiri yang menghentikan perjuangan kita”.
Apakah sekelumit cerita di atas ada hubungannya dengan bisnis atau dunia
usaha ?
Kalau mau maksain ya pasti ada aja ……hehehe …. Maksudnya kalau kita mau ambil ibroh dari kisah tersebut pasti ada. Mari kita mulai usaha kita dengan tekad Mastatho’tum, tentunya tidak dengan menghalalkan segala cara. Harus dengan cara-cara yang di benarkan oleh Islam.
Tugas kita hanya menjemput rejeki itu koq …..selanjutnya biarlah Alloh saja yang kasih dari jalan yang mana kita memperoleh rejeki itu. Dan seharusnya kita juga harus sangat yakin dengan penggalan ayat Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11 : …..”Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah nasib mereka sendiri …..” .
Ingat !
Mulai dari sekarang….., Gagal mulai lagi,….. Jatuh bangun lagi, …. Belajar dari anak kita yang sedang belajar berjalan. Tidak pernah Kapok sampai bisa jalan, begitupun bisnis. Mastatho’tum ! ……… Wallahu’alam bishowab.
MENJUAL DIRI
MENJUAL DIRI
“Pada
dasarnya semua Manusia adalah seorang Penjual, apapun Profesinya”
Sepintas judul di atas berasumsi negatif. Mengingat
selama ini di masyarakat kita, ketika berbicara menjual diri berarti melacur.
Tetapi coba kita cermati lebih dalam dengan kalimat ini, bahwa menjual diri
artinya menjual kemampuan diri kita untuk kemudian di bayar dengan nilai rupiah
tertentu atau mendapat penghargaan tertentu.
Sebelum dipilihnya Uang sebagai alat tukar, jaman
dahulu untuk mendapatkan barang atau produk harus melakukan tukar menukar
barang atau lebih dikenal dengan istilah “Barter” dengan kesepakatan sesuai
kebutuhan kedua belah pihak, contoh si A mempunyai beras dan butuh sarung untuk
selimut, sementara si B mempunyai sarung dan butuh beras untuk makan, maka
kedua belah pihak bisa melakukan barter dengan kesepakatan beras ditukar dengan sarung.
Seiring perkembangan zaman, ilmu dan technologi,
maka di cetaklah uang sebagai alat untuk pembayaran, baik untuk membeli barang
atau sebagai alat pembayaran upah atau gaji. Zaman semakin berkembang, industri
mulai bermunculan dimana-mana. Tenaga kerja mulai di butuhkan dan dihargai oleh
pemilik perusahaan. Profesipun mulai mendapat pengakuan. Mulai dari Guru,
Pengacara, Jaksa, Hakim, Pilot, Dokter, Artis, Atlet, dll. Bukan sekedar
pengakuan tetapi tingkat penghargaan dan kesejahteraannya pun mulai di
perhatikan dan diperhitungkan.
Dari sekian Profesi yang penulis sampaikan di atas
seolah tak satupun yang melakukan transaksi penjualan. Benarkah ? Apakah hanya
pedagang saja yang melakukan penjualan ?
Dan, kata menjual seolah-olah hanya di dominasi oleh para pedagang, Sales, Marketing, agen dan calo. Sebagai contoh Pedagang bakso menjual bakso semangkuk Rp. 10.000,-, Penjual Sepatu menjual sepasang sepatu Rp. 150.000,- dan seterusnya. Apakah benar menjual hanya dilakukan oleh para pedagang, sales dan marketing ? tentu saja tidak. Profesi yang lain seperti Pekerja/Karyawan, Guru, Pengacara, Jaksa, Dokter, dll sebenarnya secara tidak langsung melakukan transaksi penjualan.
Mereka menjual kemampuan dan keahliannya kepada pihak lain untuk di bayar dengan sejumlah uang juga. Contoh Karyawan menjual tenaga dan keahliannya kepada perusahaan untuk di bayar/digaji sesuai dengan peraturan perusahaan atau kesepakatan kedua belah pihak, Guru menjual kemampuannya untuk mengajar kepada para siswa untuk di bayar dengan Gaji bulanan oleh pemerintah atau yayasan, Dokter menjual sistem pengobatan dan sekaligus obatnya kepada para pasien, Pengacara menjual pembelaannya kepada kliennya, dan seterusnya. Jadi pada dasarnya kita menjual kemampuan dan keahlian kita untuk mendapatkan bayaran tertentu.
Nah, mengingat bahwa setiap kita adalah penjual, maka sudah semestinya kita menggali kemampuan, keahlian, kegemaran, hobby, dan semua yang berkaitan dengan potensi kita untuk digali dan dijual untuk mendapatkan penghasilan, baik penghasilan utama atau penghasilan kedua, ketiga atau keempat. Seharusnya setiap kita tidak membatasi diri dengan hanya menjual kemampuan tenaga kita untuk di bayar dengan sejumlah uang tertentu di perusahaan atau instansi tempat bekerja saja. Sangat di sayangkan ketika keahlian kita yang lain dibiarkan terkubur dalam-dalam begitu saja, sementara Alloh SWT memberikan keahlian itu untuk dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan diri kita, keluarga dan masyarakat.
Jika di cermati dan bahkan disurvey, sebagian dari kita saat ini mempunyai pekerjaan atau profesi yang tidak sesuai dengan cita-cita, latar belakang pendidikan dan bahkan potensi atau keahlian yang dimiliki sebelumnya. Sebagian mungkin terpaksa menjadi dan menjalani pekerjaannya karena perjalanan hidup yang terus mengalir dan akhirnya harus memilih kondisi ini karena sebuah kebutuhan yang harus di penuhi meskipun terkadang tidak sesuai dengan keinginan, kenyamanan kerja atau bahkan tidak sesuai dengan hati nurani.
Saat ini mulai marak entrepreneur-enterpreneur muda yang sukses. Mereka mengawali usahanya saat mereka masih menjabat sebagai seorang karyawan, PNS atau pegawai lainnya. Biasanya usahanya dirintis karena gajinya atau honornya tidak mencukupi untuk kebutuhan hidupnya.
Pada awalnya hanya sebagai penghasilan tambahan saja, seiring dengan kemajuan usahanya bahkan akhirnya mereka harus memilih untuk tetap bekerja dengan melakukan usaha sampingan atau memutuskan untuk resign dari pekerjaan dan full time di usahanya.
Situasi inilah hal tersulit untuk menentukan pilihan, mengingat jika
sebagai karyawan atau pegawai mempunyai gaji tetap dan jelas penghasilan
perbulannya, sementara jika memilih full time usaha meski kadang mendapat
penghasilan yang besar dan tak terduga, suatu saat harus bersiap dengan
berkurangnya penghasilan karena menurunnya omset dan faktor –faktor lainnya.
Berani saja tidak cukup, karena berani juga butuh perhitungan. Tetapi terlalu banyak pertimbangan juga membuat kita tidak berani melangkah kemana-mana.
Sementara mereka yang siap dan berani nyemplung di
samudera rejeki dengan perhitungan tentunya, maka Alloh SWT sudah siapkan rejeki itu ada dimana-mana. Tinggal bagaimana kita
menggali dan mengeluarkan seluruh kemampuan, keahlian dan potensi kita untuk
menjemput rejeki itu.
Masih ingatkah anda dengan testimony seorang remaja
yang terbawa arus banjir karena menolong menyebrangkan sepeda motor dan
akhirnya harus terbawa arus banjir beberapa waktu lalu ? (saat itu sering di
tayangkan disalah satu Stasiun Televisi Nasional), dan bahkan saat di wawancara
dengan pertanyaan : “ Apakah Anda bias berenang ?” …….spontan dia menjawab :
“Tidak bisa!” ……….wartawan kembali bertanya :” Lalu apa yang bisa membuat Anda
bisa selamat ?” …………Dengan lugu dia menjawab : “ Saat saya tenggelam, yang
terpikir di benak saya hanya terus bergerak dan muncul ke permukaan air agar
tetap hidup, dan akhirnya ada teman saya yang melemparkan kayu untuk pegangan
saya” (#Kejadian Nyata saat terjadi banjir bandang di Bekasi#)
Sekelumit kisah nyata diatas mungkin bisa kita jadikan renungan, bahwa selama kita terus bergerak, berusaha maksimal dengan kemampuan, keahlian dan potensi yang kita miliki serta senjata Do’a tentunya, Insya Alloh kita tidak akan tenggelam dalam arus samudera kehidupan ini.
Karena dengan pergerakan kita, Alloh SWT
dan orang-orang di sekitar kita akan melihat pergerakan itu dan kayu penolong
itupun akan datang menghampiri kita, karena sehebat apapun diri kita, Pasti
kita memerlukan orang lain dalam setiap aktifitas dan usaha kita.
Penulis tidak bermaksud untuk memberikan arahan agar Anda keluar dari pekerjaan dan memulai usaha baru, tidak sama sekali, itu namanya bunuh diri.
Tetapi penulis mengajak untuk sama-sama kita menggali potensi apa yang ada dalam diri kita dan bisa kita jual untuk mendapatkan penghasilan meskipun Anda masih bekerja. Contoh sederhana, teman saya seorang Guru dan kebetulan istrinya juga seorang guru, di rumahnya membuka bimbel dan les privat waktunya sore sampai malam sepulang beliau mengajar di sekolah.
Awalnya hanya di rumahnya saja, kemudian sewa rumah di sebelahnya khusus untuk
kegiatan bimbel dan privat, Alhamdulillah saat ini rumah tersebut sudah di
belinya dan bimbelnya semakin maju.
Belajar berenang tidak bisa hanya dilakukan di dalam kelas, meskipun yang mengajar seorang pelatih nasional sekalipun, kalau tidak praktek ke kolam atau ke sungai, sampai kapanpun tidak akan bisa berenang.
Cara paling efektif dan cepat adalah datang ke kolam renang ajak pembimbing atau pemandu yang bisa mengarahkan cara berenang, nyemplung ke kolam dan bergerak untuk tidak tenggelam.
Begitu juga bisnis, tidak bisa hanya dengan teori dan
perhitungan-perhitungan matematika, tetapi harus terjun langsung memulai usaha
tersebut, tentunya dengan bimbingan orang yang sudah lebih dulu terjun ke dunia
usaha tersebut dan berhasil. Jangan mudah tergiur dengan janji-jani investasi
yang untung besar cepat dan mudah, karena semua orang sukses dan orang besar di
dunia ini sebelumnya telah melalui berbagai macam cobaan, ujian, kesakitan,
kemiskinan, kebangkrutan dan kesulitan lainnya yang membuat mereka bangkit
bergerak dengan seluruh daya upaya dan potensi dalam diri mereka untuk keluar
dari kesulitan tersebut dan akhirnya berhasil dan sukses, semua melalui proses
yang panjang.
Selamat menjual diri untuk menjemput rejeki !
#Day22desAISEIWritingChallenge
KONSISTENSI TIADA HENTI
Seri Wirausaha
“Keberanian
yang akan membuka jalan,
Tapi
Konsistensilah yang akan menyelesaikannya”
(Dewa Eka Prayoga)
Ungkapan dari salah seorang motivator Bisnis di Negri ini DEP (Dewa Eka Prayoga) sudah seharusnya di cermati oleh kalangan Bisnisman atau Para wirausahawan yang sedang merintis sebuah usaha mandiri.
Ternyatasuatukeberanian untuk Berwirausaha baik Part Time terlebih Full Time itu baru sebuah pintu masuk ke gerbang dunia Usaha, tidak akan bisa berjalan dan berkembang tanpa adanya konsistensi.
Pertanyaan berikutnya Konsistensi dalam hal apa ? baik, mari kita kupas beberapa hal yang harus di jaga konsistensinya. Untuk mencapai sebuah tujuan, baik dalam pendidikan, karier atau bisnis tentu butuh dengan yang namanya konsistensi, tentu konsisten sesuai dengan rencana dan tujuan yang akan di capai.
Secara khusus penulis akan mencoba menguraikan
hal –hal apa yang harus di konsistensikan dalam merintis dan mengembangkan sebuah usaha berdasarkan
pengalaman penulis pribadi dan dari beberapa sumber yang terpercaya.
Meskipun terkesan monoton
tetapi jika hal ini dilakukan secara konsisten
maka hasilnya sangat luar biasa
bahkan “Rejeki Tak Terduga-duga akan sering menghampiri kita”. Hal-hal apa saja
yang harus dilakukan secara konsisten agar
usaha kita bisa menjadi wasilah meraih impian dan tujuan kita :
1.
Konsisten
dalam meminta restu dan ridho kedua Orangtua.
Ridho Kedua Orangtua, khususnya Ibu adalah kunci utama dalam meraih kesuksesan demi kesuksesan dalam setiap usaha kita, Jika orangtua kita sudah tercukupi segala kebutuhannya berkat investasi waktu mudanya dan telah mampu menikmati masa tuanya, tentu sikap terbaik kita kepada beliau berdua harus selalu kita jaga, sesekali berikan hadiah terbaik untuk beliau berdua sehingga do’a-do’a keduanya akan selalu menyertai lamgkah dan usaha kita.
Namun jika
orangtua kita dalam kondisi yang sebaliknya tentu kita harus menyisihkan rejeki
yang kita dapatkan secara rutin untuk diberikan kepada kedua orangtua kita,
jalin komunikasi secara rutin jika jarak antara kita dengan keduanya cukup jauh,
buat orangtua kita bahagia dan lakukan secara konsisten, maka rejeki tak
terduga-duga akan kita dapatkan.
2.
Konsisten
dalam kekompakan bersama pasangan hidup
(Suami/istri)
Salah satu kunci kemudahan dalam mengembangkan usaha yang sedang di jalankan adalah kompak dengan pasangan hidup karena hal ini berkaitan dengan keuangan dan mengambil keputusan bersama.
Ketika suami dan istri kompak dalam
mengambil setiap keputusan tentu hal ini juga sangat berpengaruh terhadap usaha
yang sedang di jalankan. Hal yang sering terjadi adalah suami sering mengambil
keputusan sendiri dalam usahanya karena merasa dialah yang memimpin rumah
tangga dan yang merasa mencari nafkah. Hal ini sah-sah saja sebenarnya, tetapi
jauh lebih baik jika sang suami sebagai nakhoda kapal rumah tangga ini juga
minta saran dan pertimbangan kepada istri dalam setiap keputusan.
Seseorang yang terbiasa berorganisasi dan bersosialisasi dengan masyarakat tentu juga akan terbiasa dengan budaya musyawarah bersama sehingga menghasilkan keputusan bersama dan di jalankan bersama, Nah ....... ketika bermusyawarah dengan orang lain (lingkungan sosial) saja bisa kenapa suami tidak bisa bermusyawarah dengan istri ?
Padahal ini untuk kepentingan keluarga.
Bahkan selain hal-hal penting dalam keputusan keluarga, hal-hal kecilpun harus
di bicarakan dengan pasangan hidup karena ini berkaitan dengan kebiasaan yang
akan berpengaruah terhadap masa depan rumah tangga.
Ada istilah “Cobaan istri adalah pada saat suami miskin, sementara cobaan suami adalah pada saat dia kaya”, tentu Anda tahu maksud istilah ini kan ? ....(hehehe), Tapi pada dasarnya Kaya dan miskin semua adalah cobaan dan suami istri harus siap dan kompak dalam kondisi apapun.
3.
Konsisten
dalam satu bidang usaha sampai benar-benar menghasilkan dan berkembang, baru
mencoba usaha/bisnis yang lain.
Anda dan saya tentu sudah mengalami berkali-kali mencoba beberapa usaha dan akhirnya harus menerima pil pahit kandas di tengah jalan,namun akhirnya menemukan juga salah satu usaha yang bisa berjalan dan di kembangkan sampai saat ini.
Hal ini sudah biasa dalam dunia usaha, jarang sekali orang
terjun ke dunia usaha dan langsung sukses, hampir setiap orang yang sudah
sukses dalam usahanya pernah mengalami kegagalan, kerugian, kebangkrutan dan
bahkan hutang yang menumpuk. Tapi mereka mampu bangkit lagi dalam keterpurukan
itu, jatuh bangun lagi, gagal bangkit lagi, itulah seninya berwirausaha.
Di awal membangun usaha tidak ada yang berani memberikan jaminan bahwa usahanya langsung sukses, harus melalui proses jatuh bangun tadi, tapi setidaknya kita bisa meminimalisir resiko jika pilihan usaha yang akan kita jalankan itu sesuatu yang kita sukai dan tentu harus konsisten dengan point 1 dan point 2, setelah itu konsisten dalam satu bidang usaha sampai benar-benar menghasilkan dan bisa di kembangkan, lebih baik lagi jika mampu tersistem dengan baik.
4.
Konsisten
dalam berdo’a
Bagi seorang Muslim tentu sudah faham Kapan saat-saat mustajab berdo’a, bagaimana adab-adab berdo’a dan seberapa pasrahnya dan berserah dirinya kita kepada-Nya. Hal ini juga akan mempengaruhi hasil usaha dan do’a yang kita upayakan.
Jika kita mampu mempelajari dan mengamalkan hal-hal tersebut niscaya akan merasakan bahwa kekuatan do’a itu luar biasa, kita akan sering mendapatkan keajaiban-keajaiban yang tidak di sangka-sangka. Penulis yakin setiap orang pernah merasakan keajaiban itu dan berapa sering kita merasakan keajaiban itu tergantung seberapa konsistensinya kita berdo’a dengan waktu dan adab yang benar.
5.
Konsisten
meninggalkan maksiat
Percayalah ketika maksiat sedikit demi sedikit atau seluruhnya kita tinggalkan maka
keajaiban keberhasilan akan sering kita rasakan. Mari kita intropeksi
masing-masing, mungkin ada kebiasaan jelek dalam hidup kita baik maksiat kecil
maupun maksiat besar yang kita lakukan dan belum bertaubat sehingga hal ini
akan menjadi penghalang aliran rejeki ke dalam hidup kita.
Jangan bilang kenapa
ada ahli maksiat dan mendapatkan rejeki yang berlimpah, itu adalah istidroj,
pelaku maksiat itu di berikan limpahan harta dunia agar semakin lupa dan jika
tidak bertaubat maka di akherat kelak di jatuhkan oleh Alloh ke tempat yang
serendah-rendahnya.
Hal yang tersulit adalah secara konsisten meninggalkan maksiat dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengulang kembali maksiat yang pernah kita lakukan, karena musuh kita untuk meningggalkan maksiat ini ada 2 syetan dan nafsu. Jika kita mampu mengalahkan bisikan syetan dan mengendalikan nafsu secara konsisiten/istiqomah niscaya rejeki yang barokah yang mengalir secara tak terduga.
6.
Konsisten
untuk melayani Pelanggan
Hal yang harus
kita perhatikan dalam membangun usaha dan mengembangkannya adalah bagaimana
kita melayani pelanggan dengan baik dan berusaha mengikat pelanggan dengan
pelayanan yang terbaik sehingga para
pelanggan merasa nyaman ketika bertransaksi dengan kita.
Masukan, kritik
dan saran yang membangun sekali waktu kita minta kepada para pelanggan untuk
perbaikan usaha kita. Pelanggan merasa senang jika kita minta masukan dari
mereka, ini menunjukkan bahwa kita terbuka dengan saran dan masukan dari
pelanggan.
“Kesadaran bahwa Anda belum tahu semuanya akan membuka peluang
untuk Anda berkembang. Sebaliknya, merasa sudah tahu semua akan menutup diri
dari perbaikan”
#Day18desAISEUWriting Challenge
Hanya 100 Ribu Harga Suaramu di Pemilu
PEMILU Si Pembuat Pilu Tahun 2024 Indonesia menggelar Pemilu Pilpres dan Pileg. Ada yang menarik untuk dibahas dan dianalisis, yaitu fenomen...

-
Ini sebuah cerita fiksi yang menggambarkan tentang seseorang jika mau beralasan, maka apapun bisa jadi alasan, bahkan sesuatu y...
-
Cercu = Cerita Lucu Kang Parmin : "Mas, beberapa hari ini istri Mengeluh pusing, kenapa ...
-
U ntuk membiasakan anak laki-laki kita sholat di masjid cukup sederhana : 1. Ayahnya harus memberikan contoh dulu, setiap Sholat...