BIM Berbagi

BIM Berbagi

Kamis, 24 Desember 2020

MENJUAL DIRI


MENJUAL DIRI

“Pada dasarnya semua Manusia adalah seorang Penjual, apapun Profesinya”

Sepintas judul di atas berasumsi negatif. Mengingat selama ini di masyarakat kita, ketika berbicara menjual diri berarti melacur. Tetapi coba kita cermati lebih dalam dengan kalimat ini, bahwa menjual diri artinya menjual kemampuan diri kita untuk kemudian di bayar dengan nilai rupiah tertentu atau mendapat penghargaan tertentu.

Sebelum dipilihnya Uang sebagai alat tukar, jaman dahulu untuk mendapatkan barang atau produk harus melakukan tukar menukar barang atau lebih dikenal dengan istilah “Barter” dengan kesepakatan sesuai kebutuhan kedua belah pihak, contoh si A mempunyai beras dan butuh sarung untuk selimut, sementara si B mempunyai sarung dan butuh beras untuk makan, maka kedua belah pihak bisa melakukan barter dengan kesepakatan beras ditukar  dengan sarung.

Seiring perkembangan zaman, ilmu dan technologi, maka di cetaklah uang sebagai alat untuk pembayaran, baik untuk membeli barang atau sebagai alat pembayaran upah atau gaji. Zaman semakin berkembang, industri mulai bermunculan dimana-mana. Tenaga kerja mulai di butuhkan dan dihargai oleh pemilik perusahaan. Profesipun mulai mendapat pengakuan. Mulai dari Guru, Pengacara, Jaksa, Hakim, Pilot, Dokter, Artis, Atlet, dll. Bukan sekedar pengakuan tetapi tingkat penghargaan dan kesejahteraannya pun mulai di perhatikan dan diperhitungkan.

Dari sekian Profesi yang penulis sampaikan di atas seolah tak satupun yang melakukan transaksi penjualan. Benarkah ? Apakah hanya pedagang saja yang melakukan penjualan ?

Dan, kata menjual seolah-olah hanya di dominasi oleh para pedagang, Sales, Marketing, agen dan  calo. Sebagai contoh Pedagang bakso menjual bakso semangkuk Rp. 10.000,-, Penjual Sepatu menjual sepasang sepatu Rp. 150.000,-  dan seterusnya. Apakah benar menjual hanya dilakukan oleh para pedagang, sales dan marketing ? tentu saja tidak. Profesi yang lain seperti Pekerja/Karyawan, Guru, Pengacara, Jaksa, Dokter, dll sebenarnya secara tidak langsung melakukan transaksi penjualan. 

Mereka menjual kemampuan dan keahliannya kepada pihak lain untuk di bayar dengan sejumlah uang juga. Contoh Karyawan menjual tenaga dan keahliannya kepada perusahaan untuk di bayar/digaji sesuai dengan peraturan perusahaan atau kesepakatan kedua belah pihak, Guru menjual kemampuannya untuk mengajar kepada para siswa untuk di bayar dengan Gaji bulanan oleh pemerintah atau yayasan, Dokter menjual sistem pengobatan dan sekaligus obatnya kepada para pasien, Pengacara menjual pembelaannya kepada kliennya, dan seterusnya. Jadi pada dasarnya kita menjual kemampuan dan keahlian kita untuk mendapatkan bayaran tertentu. 

Nah, mengingat bahwa setiap kita adalah penjual, maka sudah semestinya kita menggali kemampuan, keahlian, kegemaran, hobby, dan semua yang berkaitan dengan potensi kita untuk digali dan dijual untuk mendapatkan penghasilan, baik penghasilan utama atau penghasilan kedua, ketiga atau keempat. Seharusnya setiap kita tidak membatasi diri dengan hanya menjual kemampuan tenaga kita untuk di bayar dengan sejumlah uang tertentu di perusahaan atau instansi tempat bekerja saja. Sangat di sayangkan ketika keahlian kita yang lain dibiarkan terkubur dalam-dalam begitu saja,  sementara Alloh SWT memberikan keahlian itu untuk dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan diri kita, keluarga dan masyarakat.

Jika di cermati dan bahkan disurvey, sebagian dari kita saat ini mempunyai pekerjaan atau profesi yang tidak sesuai dengan cita-cita, latar belakang pendidikan dan bahkan potensi atau keahlian yang dimiliki sebelumnya. Sebagian mungkin terpaksa menjadi dan menjalani pekerjaannya karena perjalanan hidup yang terus mengalir dan akhirnya harus memilih kondisi ini karena sebuah kebutuhan yang harus di penuhi meskipun terkadang tidak sesuai dengan keinginan, kenyamanan kerja atau bahkan tidak sesuai dengan hati nurani.

Saat ini mulai marak entrepreneur-enterpreneur muda yang sukses. Mereka mengawali usahanya saat mereka masih menjabat sebagai seorang karyawan, PNS atau pegawai lainnya. Biasanya usahanya dirintis karena gajinya atau honornya tidak mencukupi untuk kebutuhan hidupnya. 

Pada awalnya hanya sebagai penghasilan tambahan saja, seiring dengan kemajuan usahanya bahkan akhirnya mereka harus memilih untuk tetap bekerja dengan melakukan usaha sampingan atau memutuskan untuk resign dari pekerjaan dan full time di usahanya. 

Situasi inilah hal tersulit untuk menentukan pilihan, mengingat jika sebagai karyawan atau pegawai mempunyai gaji tetap dan jelas penghasilan perbulannya, sementara jika memilih full time usaha meski kadang mendapat penghasilan yang besar dan tak terduga, suatu saat harus bersiap dengan berkurangnya penghasilan karena menurunnya omset dan faktor –faktor lainnya.

              Berani saja tidak cukup, karena berani juga butuh perhitungan. Tetapi terlalu banyak pertimbangan juga membuat kita tidak berani melangkah kemana-mana. 

Sementara mereka yang siap dan berani nyemplung di samudera rejeki dengan perhitungan tentunya, maka  Alloh SWT sudah siapkan rejeki itu  ada dimana-mana. Tinggal bagaimana kita menggali dan mengeluarkan seluruh kemampuan, keahlian dan potensi kita untuk menjemput rejeki itu.

             Masih ingatkah anda dengan testimony seorang remaja yang terbawa arus banjir karena menolong menyebrangkan sepeda motor dan akhirnya harus terbawa arus banjir beberapa waktu lalu ? (saat itu sering di tayangkan disalah satu Stasiun Televisi Nasional), dan bahkan saat di wawancara dengan pertanyaan : “ Apakah Anda bias berenang ?” …….spontan dia menjawab : “Tidak bisa!” ……….wartawan kembali bertanya :” Lalu apa yang bisa membuat Anda bisa selamat ?” …………Dengan lugu dia menjawab : “ Saat saya tenggelam, yang terpikir di benak saya hanya terus bergerak dan muncul ke permukaan air agar tetap hidup, dan akhirnya ada teman saya yang melemparkan kayu untuk pegangan saya” (#Kejadian Nyata saat terjadi banjir bandang di Bekasi#)

              Sekelumit kisah nyata diatas mungkin bisa kita jadikan renungan, bahwa selama kita terus bergerak, berusaha maksimal dengan kemampuan, keahlian dan potensi yang kita miliki serta senjata Do’a tentunya, Insya Alloh kita tidak akan tenggelam dalam arus samudera kehidupan ini. 

Karena  dengan pergerakan kita, Alloh SWT dan orang-orang di sekitar kita akan melihat pergerakan itu dan kayu penolong itupun akan datang menghampiri kita, karena sehebat apapun diri kita, Pasti kita memerlukan orang lain dalam setiap aktifitas dan usaha kita.

             Penulis tidak bermaksud untuk memberikan arahan agar Anda keluar dari pekerjaan dan memulai usaha baru, tidak sama sekali, itu namanya bunuh diri. 

Tetapi penulis mengajak untuk sama-sama kita menggali potensi apa yang ada dalam diri kita dan bisa kita jual untuk mendapatkan penghasilan meskipun Anda masih bekerja. Contoh sederhana, teman saya seorang Guru dan kebetulan istrinya juga seorang guru, di rumahnya membuka bimbel dan les privat waktunya sore sampai malam sepulang beliau mengajar di sekolah. 

Awalnya hanya di rumahnya saja, kemudian sewa rumah di sebelahnya khusus untuk kegiatan bimbel dan privat, Alhamdulillah saat ini rumah tersebut sudah di belinya dan bimbelnya semakin maju.

             Belajar berenang tidak bisa hanya dilakukan di dalam kelas, meskipun yang mengajar seorang pelatih nasional sekalipun, kalau tidak praktek ke kolam atau ke sungai, sampai kapanpun tidak akan bisa berenang. 

Cara paling efektif dan cepat adalah datang ke kolam renang ajak pembimbing atau pemandu yang bisa mengarahkan cara berenang, nyemplung ke kolam dan bergerak untuk tidak tenggelam. 

Begitu juga bisnis, tidak bisa hanya dengan teori dan perhitungan-perhitungan matematika, tetapi harus terjun langsung memulai usaha tersebut, tentunya dengan bimbingan orang yang sudah lebih dulu terjun ke dunia usaha tersebut dan berhasil. Jangan mudah tergiur dengan janji-jani investasi yang untung besar cepat dan mudah, karena semua orang sukses dan orang besar di dunia ini sebelumnya telah melalui berbagai macam cobaan, ujian, kesakitan, kemiskinan, kebangkrutan dan kesulitan lainnya yang membuat mereka bangkit bergerak dengan seluruh daya upaya dan potensi dalam diri mereka untuk keluar dari kesulitan tersebut dan akhirnya berhasil dan sukses, semua melalui proses yang panjang.

Selamat menjual diri untuk menjemput rejeki ! 

#Day22desAISEIWritingChallenge

KONSISTENSI TIADA HENTI

 


Seri Wirausaha 

“Keberanian yang akan membuka jalan,

Tapi Konsistensilah yang akan menyelesaikannya”

 (Dewa Eka Prayoga)

 

 

              Ungkapan dari salah seorang  motivator Bisnis di Negri ini DEP (Dewa Eka Prayoga)  sudah seharusnya di cermati oleh  kalangan Bisnisman  atau Para wirausahawan yang sedang merintis sebuah usaha mandiri. 

Ternyatasuatukeberanian  untuk Berwirausaha baik Part Time terlebih Full Time itu baru sebuah pintu masuk ke gerbang dunia Usaha, tidak akan bisa berjalan dan berkembang tanpa adanya konsistensi.

               Pertanyaan berikutnya Konsistensi dalam hal apa ? baik, mari kita kupas beberapa hal yang harus di jaga konsistensinya. Untuk mencapai sebuah tujuan, baik dalam pendidikan, karier atau  bisnis tentu butuh dengan yang namanya konsistensi, tentu konsisten sesuai dengan rencana dan tujuan yang akan di capai.

              Secara khusus penulis akan  mencoba  menguraikan  hal –hal apa yang harus di konsistensikan dalam  merintis dan mengembangkan sebuah usaha berdasarkan pengalaman penulis pribadi dan dari beberapa sumber  yang  terpercaya.

               Meskipun terkesan  monoton tetapi jika hal ini dilakukan secara konsisten  maka  hasilnya sangat luar biasa bahkan “Rejeki Tak Terduga-duga akan sering menghampiri kita”. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan secara konsisten agar  usaha kita bisa menjadi wasilah meraih impian dan tujuan kita :

 

1.     Konsisten dalam meminta restu dan ridho kedua Orangtua.

           Ridho Kedua Orangtua, khususnya  Ibu adalah kunci utama dalam meraih kesuksesan demi kesuksesan dalam setiap usaha kita, Jika orangtua kita sudah tercukupi segala kebutuhannya berkat investasi waktu mudanya dan telah mampu menikmati masa tuanya, tentu sikap terbaik kita kepada beliau berdua harus selalu kita jaga, sesekali berikan hadiah terbaik untuk beliau berdua sehingga do’a-do’a keduanya akan selalu menyertai lamgkah dan usaha kita.

                Namun jika orangtua kita dalam kondisi yang sebaliknya tentu kita harus menyisihkan rejeki yang kita dapatkan secara rutin untuk diberikan kepada kedua orangtua kita, jalin komunikasi secara rutin jika jarak antara kita dengan keduanya cukup jauh, buat orangtua kita bahagia dan lakukan secara konsisten, maka rejeki tak terduga-duga akan kita dapatkan.

 

2.     Konsisten dalam  kekompakan bersama pasangan hidup (Suami/istri)

                 Salah satu kunci kemudahan dalam mengembangkan usaha yang sedang di jalankan adalah kompak dengan pasangan hidup karena hal ini berkaitan dengan keuangan dan mengambil keputusan bersama. 

Ketika suami dan istri kompak dalam mengambil setiap keputusan tentu hal ini juga sangat berpengaruh terhadap usaha yang sedang di jalankan. Hal yang sering terjadi adalah suami sering mengambil keputusan sendiri dalam usahanya karena merasa dialah yang memimpin rumah tangga dan yang merasa mencari nafkah. Hal ini sah-sah saja sebenarnya, tetapi jauh lebih baik jika sang suami sebagai nakhoda kapal rumah tangga ini juga minta saran dan pertimbangan kepada istri dalam setiap keputusan.

               Seseorang yang terbiasa berorganisasi dan bersosialisasi dengan masyarakat tentu juga akan terbiasa dengan budaya musyawarah bersama sehingga menghasilkan keputusan bersama dan di jalankan bersama, Nah ....... ketika bermusyawarah dengan orang lain (lingkungan sosial) saja bisa kenapa suami tidak bisa bermusyawarah dengan istri ? 

Padahal ini untuk kepentingan keluarga. Bahkan selain hal-hal penting dalam keputusan keluarga, hal-hal kecilpun harus di bicarakan dengan pasangan hidup karena ini berkaitan dengan kebiasaan yang akan berpengaruah terhadap masa depan rumah tangga.

                  Ada istilah “Cobaan istri adalah pada saat suami miskin, sementara cobaan suami adalah pada saat dia kaya”, tentu Anda tahu maksud istilah ini kan ? ....(hehehe), Tapi pada dasarnya Kaya dan miskin semua adalah cobaan dan suami istri harus siap dan kompak dalam kondisi apapun.

3.     Konsisten dalam satu bidang usaha sampai benar-benar menghasilkan dan berkembang, baru mencoba usaha/bisnis  yang lain.

                 Anda dan saya tentu sudah mengalami berkali-kali mencoba beberapa usaha dan akhirnya harus menerima pil pahit kandas di tengah jalan,namun akhirnya menemukan juga salah satu usaha yang bisa berjalan dan di kembangkan sampai saat ini. 

Hal ini sudah biasa dalam dunia usaha, jarang sekali orang terjun ke dunia usaha dan langsung sukses, hampir setiap orang yang sudah sukses dalam usahanya pernah mengalami kegagalan, kerugian, kebangkrutan dan bahkan hutang yang menumpuk. Tapi mereka mampu bangkit lagi dalam keterpurukan itu, jatuh bangun lagi, gagal bangkit lagi, itulah seninya berwirausaha.

                     Di awal membangun usaha tidak ada yang berani memberikan jaminan bahwa usahanya langsung sukses, harus melalui proses jatuh bangun tadi, tapi setidaknya kita bisa meminimalisir resiko jika pilihan usaha yang akan kita jalankan itu sesuatu yang kita sukai dan tentu harus konsisten dengan point 1 dan point 2, setelah itu konsisten dalam satu bidang usaha sampai benar-benar menghasilkan dan bisa di kembangkan, lebih baik lagi jika mampu tersistem dengan baik.

4.     Konsisten dalam berdo’a

                 Bagi seorang Muslim tentu sudah faham Kapan saat-saat mustajab berdo’a, bagaimana adab-adab berdo’a dan  seberapa pasrahnya dan berserah dirinya kita kepada-Nya. Hal ini juga akan mempengaruhi hasil usaha dan do’a yang kita upayakan. 

Jika kita mampu mempelajari dan mengamalkan hal-hal tersebut niscaya akan merasakan bahwa kekuatan do’a itu luar biasa, kita akan sering  mendapatkan keajaiban-keajaiban yang tidak di sangka-sangka. Penulis yakin setiap orang pernah merasakan keajaiban itu dan berapa sering kita merasakan keajaiban itu tergantung seberapa konsistensinya kita berdo’a dengan waktu dan adab yang benar.

5.     Konsisten meninggalkan maksiat

                 Percayalah ketika maksiat sedikit demi sedikit atau seluruhnya kita tinggalkan maka keajaiban keberhasilan akan sering kita rasakan. Mari kita intropeksi masing-masing, mungkin ada kebiasaan jelek dalam hidup kita baik maksiat kecil maupun maksiat besar yang kita lakukan dan belum bertaubat sehingga hal ini akan menjadi penghalang aliran rejeki ke dalam hidup kita.

                 Jangan bilang kenapa ada ahli maksiat dan mendapatkan rejeki yang berlimpah, itu adalah istidroj, pelaku maksiat itu di berikan limpahan harta dunia agar semakin lupa dan jika tidak bertaubat maka di akherat kelak di jatuhkan oleh Alloh ke tempat yang serendah-rendahnya.

                  Hal yang tersulit adalah secara konsisten meninggalkan maksiat dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengulang kembali maksiat yang pernah kita lakukan, karena musuh kita untuk meningggalkan maksiat ini ada 2 syetan dan nafsu. Jika kita mampu mengalahkan bisikan syetan dan mengendalikan nafsu secara konsisiten/istiqomah niscaya rejeki yang barokah yang mengalir secara tak terduga.

6.       Konsisten  untuk  melayani  Pelanggan

                   Hal yang harus kita perhatikan dalam membangun usaha dan mengembangkannya adalah bagaimana kita melayani pelanggan dengan baik dan berusaha mengikat pelanggan dengan pelayanan yang terbaik sehingga  para pelanggan merasa nyaman ketika bertransaksi dengan kita.

             Masukan, kritik dan saran yang membangun sekali waktu kita minta kepada para pelanggan untuk perbaikan usaha kita. Pelanggan merasa senang jika kita minta masukan dari mereka, ini menunjukkan bahwa kita terbuka dengan saran dan masukan dari pelanggan.

 

“Kesadaran bahwa Anda belum tahu semuanya akan membuka peluang untuk Anda berkembang. Sebaliknya, merasa sudah tahu semua akan menutup diri dari perbaikan”





#Day18desAISEUWriting Challenge

HIDUP ITU PILIHAN

 


Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu bertemu dengan berbagai macam ragam sifat dan karakter manusia, begitupun dalam hal ketaatan ibadah kepada Allah SWT, kita juga menjumpai berbagai macam kebiasaan ibadah yang berbeda-beda meskipun agamanya sama.

Bagi orang Islam, ada yang sholat wajib 5 waktunya selalu berjama’ah di Masjid, ada yang sholatnya sendiri dirumahnya, ada yang sholat subuhnya selalu ditinggalkan karena alasan ngantuk/kecapean dan bahkan ada yang sholatnya hanya seminggu sekali (sholat jum;at saja), lebih parah lagi ada orang Islam yang tidak menjalankan sholat sama sekali.          

Pertanyaannya? Kenapa hal itu bisa terjadi ?        Apakah ajaran Islam belum sampai kepada semua ummat Islam di Indonesia ini ?  

Kalau kita mau jujur, sebenarnya ajaran Islam sudah sampai kepada semua Ummat Islam di seluruh Indonesia ini, lihat saja di pendidikan formal, sejak TK, SD, SMP, SMA dan bahkan Perguruan tinggi selalu di ajarkan Pendidikan Agama Islam dan semua juga sudah faham bahwa Sholat Isya, Subuh, Dhuhur, Ashar dan Maghrib itu WAJIB dilaksanakan oleh orang Islam. 

Sementara di jalur pendidikan non formal sudah tersebar di tengah-tengah masyarakat ada berbagai macam kajian-kajian Islam, Majelis-majelis taklim, Halaqoh dan lain sebagainya bahkan pengajian tabliq akbar disiarkan melalui pengeras suara di masjid-masjid, belum lagi kuliah subuh di Televisi ataupun ceramah di radio dan media massa lainnya. 

Islam sudah tersebar dengan berbagai macam cara dan media, ini bukti bahwa ajaran Islam sudah sampai kepada semua orang yang di KTPnya berstatus agama Islam. Namun mengapa masih saja ada orang Islam yang tidak konsisten (Istiqomah) melaksanakan Sholat wajib 5 waktu tersebut ?

Banyak diantara saudara kita ini yang berdalih karena belum dapat hidayah dari Allah SWT. Apakah ungkapan ini benar ?

Padahal hidayah itu seperti rejeki, harus dijemput dan diupayakan dengan tenaga dan pikiran kita. Seseorang yang ingin mendapatkan rejeki tentunya harus bekerja atau berdagang (berbisnis), jika hanya berdiam diri dirumah tanpa melakukan apa-apa, maka rejeki itupun tidak akan pernah ia dapatkan.

Begitupun hidayah, juga harus dijemput dengan tenaga dan pikiran kita, dan upayanya adalah dengan mengikuti taklim, kajian-kajian Islam, berkumpul dengan orang-orang yang Sholeh, menuntut ilmu agama dan lain sebagainya yang tujuannya adalah untuk menjemput hidayah Allah SWT.

Pertanyaan berikutnya, Kenapa orang tidak mau menjemput hidayah Allah, padahal Allah SWT sudah menjanjikan surga yang indah untuk orang-orang yang taat kepada-Nya dan memberikan hukuman neraka untuk orang-orang yang berkhianat terhadap ajaran-Nya ?

Jawabannya adalah Hidup itu Pilihan. Kita bisa menentukan pilihan dari sekarang ! melaksanakan ajaran Allah SWT dengan segenap tenaga, pikiran dan kemampuan kita untuk meraih surga, atau mengabaikan ajaran-Nya dan neraka adalah balasannya. Dan yang pasti janji Allah itu akan ditepati di akherat nanti.


#Day16desAISEIWritingChallenge


 

Rabu, 23 Desember 2020

MENULIS LAGI HARI INI


Sekian lama larut dalam aktifitas yang terkait dengan urusan ekonomi keluarga cukup menguras energi dan perasaan, hingga kegiatan menulis pun sedikit tersendat.

Bersyukur dalam kurun waktu 2,5 bulan dari kegiatan ini telah lahir karya perdana Kang Mul Jozz 3 buku antologi yang berjudul :
1. Pahlawan dalam Hidupku, bersama Bunda Kanjeng dan Pak Byan serta 35 teman-teman Guru Nusantara.0
2. 21 Kisah Penggugah Jiwa, Bersama Pak Ridwan Nurhadi dan 20 Penulis lainnya.
3. Surat untuk Sahabat, Bersama Pak Ridwan Nurhadi dan para Pengurus BIM Berbagi.

Saat ini sedang dalam proses penulisan buku Solo yang berkisah tentang suka duka Para Penghafal Al-Qur'an yang terdiri dari para Santri dan Para Ustadz dan Ustadzah yang konsisten dalam mengajarkan Hafalan Al-Qur'an kepada masyarakat.

Beberapa calon narasumber sudah siap di wawancara, tinggal menjadwalkan waktunya saja. Semoga proses penulisan buku Solo perdana ini berjalan dengan lancar dan yang terpenting isinya nanti bisa bermanfaat untuk masyarakat luas.



#Day14desAISEIWritingChallenge


Minggu, 13 Desember 2020

HANYA 60-80 TAHUN


Saat seseorang sadar hidupnya di dunia hanya maksimal antara 60 sampai dengan 80 tahun, mestinya harus segera dan selalu mempersiapkan bekal untuk hidup yang jauh lebih lama dan kekal di Akherat kelak.

Hanya saja, karena kehidupan Akherat ini mempunyai banyak versi pemikiran dan cara pandang, akhirnya menyikapi kehidupan inipun berbeda-beda. Padahal kalau kita kembalikan kepada Sang Maha Pencipta Alam semesta dan juga alam Akherat, sudah seharusnya kita mengikuti apa yang seharusnya di lakukan di dunia ini sesuai perintah dan kehendak-Nya.

Hidup sementara untuk mengumpulkan bekal menuju kepada-Nya. Betapa Maha baiknya Tuhan semesta alam ini, sudahlah di sediakan semua fasilitas keperluan hidup kita di dunia, mulai dari nafas, kesehatan, kepandaian, keahlian dan segala hal yang di perlukan untuk mengumpulkan bekal, tetapi kebanyakan kita justru menyia-nyiakannya, justru yang seharusnya potensi itu kita pakai untuk mengumpulkan bekal menuju kehidupan yang kekal, tapi yang terjadi, bekal-bekal itu di habiskan dan di nikmati sendiri di dunia atas nama popularitas, atas nama kekuasaan, atas nama kehormatan.

Hanya keimanan yang tertancap di dada-dada manusia yang mampu menangkap sinyal ini, tentu keimanan yang benar yang sesuai dengan kehendak sang Maha Pencipta kehidupan, baik kehidupan di dunia ini, juga kehidupan di Akherat nanti.

Hanya keimanan yang benar yang mampu menempatkan kita dalam golongan orang-orang yang beriman, golongan orang-orang yang sadar akan kekalnya kehidupan Akherat yang harus di persiapkan bekalnya selama di dunia yang fana ini.

Hanya 60 sampai 80 tahun hidup kita di dunia. Alangkah ruginya kita jika bekal ini tidak mampu kita kumpulkan selama waktu yang singkat ini, padahal kehidupan Akherat itu kekal selamanya. Sementara setelah kematian memisahkan kehidupan di dunia ini dengan kita, kesempatan mengumpulkan bekal itu telah berakhir, artinya sampai di situlah nanti bekal yang kita bawa menghadap Tuhan semesta alam dan Tuhan penguasa hari pembalasan.

Semoga kita termasuk hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa sesuai dengan yang Tuhan semesta alam kehendaki, dan impian kita semua adalah kekal abadi di surga-Nya nanti.

Salam Literasi ......

#Day12desAISEIWritingChallenge

Selasa, 08 Desember 2020

CERBUNG : KEMBALINYA NYAWA ISTRIKU


KEMBALINYA NYAWA ISTRIKU
Oleh Kang Mul Jozz

Peristiwa ini terjadi di akhir tahun 2004 kurang lebih 16 tahun yang lalu, tepatnya 2 bulan sebelum terjadinya Tsunami di Aceh. Peristiwa yang hampir saja merenggut nyawa istriku karena kecelakaan lalu lintas di depan Pasar Mede Cilandak Jakarta selatan, kejadian ini sangat memilukan jika harus di ceritakan kembali.

Berawal dari kunjungan silaturahmi ke tempat kakak-kakak kami di Jakarta dalam suasana Idul Fiti, hal ini menjadi tradisi dalam keluarga kami dan keluarga Muslim lainnya, sebagai wujud penghormatan kami karena sebagai adik bungsu yang harus datang ke saudara-saudara yang lebih tua. 

Salah satu kakak kami yang di Pondok labu sudah kami kunjungi dan sempat menginap semalem di rumah kontrakannya. Saatnya kami silaturahmi ke tempat kakak kami yang tinggal di Cilandak Tengah yang jarak tempuhnya sekitar 20 menit perjalanan menggunakan sepeda motor. 

Ba’da maghrib aku, istriku dan anakku yang baru berumur kurang lebih 1 tahun 7 bulan sudah bersiap menuju ke Cilandak tengah, saat itu suasana hatiku seperti ada sesuatu yang mengganjal, langit sudah gelap karena malam hari sudah tiba, tetapi perasaan saya selain gelap, langit itu mendung dan segera akan turun hujan. Padahal jika memandang ke atas taka da mendung di atas sana.

Sepeda motor ku pacu dengan kecepatan sedang-sedang saja, karena aku tak terbiasa ngebut saat berkendara di jalan raya, apalagi Jakarta, kota yang penuh sesak dengan manusia yang datang dari seluruh Indonesia, jalan raya sudah seperti arena balapan untuk mengejar waktu dan menghindari macet pada jam-jam tertentu. Dalam perjalanan menuju rumah kakakku di Cilandak tengah, aku sempatkan ngobrol sama istri di atas Sepeda motor dalam perjalanan.

"Bun, kita beli makanan yuk buat oleh-oleh” kataku sambil membuka kaca helm yang kupakai, karena saat kaca tertutup terkadang suara ku nggak terdengar oleh istri.

“Yuk, mau beli apa enaknya yah ?” jawabnya sambil bertanya balik.

"Beli buah aja ya, kalau kue kan lebaran gini pasti sudah banyak kue di rumah Bude” timpalku sedikit mengarahkan beli buah-buahan aja.

“Ya sudah cari toko buah aja kalau gitu”istriku mengiyakan usulanku untuk beli buah saja. Sebenarnya rumah kakak yang di Cilandak tengah ini sudah tinggal satu belokan sampai, nsmun karena keinginan membawakan oleh-oleh akhirnya kami harus melewati belokan itu dan meutar jauh untuk mencari took buah.

Cukup lama kami berputar-putar untuk menemukan took buah, karena sudah cukup jauh berjalan nggak mendapatkan toko buah tersebut akhirnya saya menepi ke tukang martabak  pinggir jalan dan sedikit dengan nada putus asa aku bilang ke istri :

“Sudahlah bun, ini saja lah bawain martabak” sungut saya sambil menunjuk tukang martabak di sebelah kiri kami. Dari belakang istriku bilang sambil menunjuk tukang buah di sebrang jalan.

“Itu ada buah yah di sebrang jalan itu” istriku sedikit berteriak sambil menunjuk tukang buah yang berada di sebrang jalan. Aku sedikit kesal karena sudah berhenti di depan tukang martabak malah di kasih tau ada tukang buah di sebrang jalan.

“Muternya jauh itu kalau harus kesitu” sahut saya dan dalam hatipun tidak setuju kalau harus memutar arah lagi. 

“Nyebrang saja lah kalau gitu” istriku sedikit ketus menyela penjelasanku.

“Ya sudah nyebrang aja kalau gitu, ayah sama dede nunggu di sini aja” jawabku setengah tak setuju dengan ide menyebrang jalan hanya untuk membeli buah. 

Bukan tanpa alasan ketidak setujuanku ini, karena aku tau istriku termasuk orang rumahan, jarang sekali keluar rumah kalau tidak ada hal penting yang harus di kerjakan. Apalagi ini jalanan kota Jakarta yang cukup padat dan membahayakan kalau tidak pandai menyebrang jalan.

Dari kejauhan kulihat istriku sudah sampai di tukang buah, dan terlihat seperti tawar menawar harga. Akhirnya buahpun terbeli dengan plastic kresek warna putih bening. Perasaanku belum lega, sebelum istriku sampai di sebrang tempat aku dan anakku menunggunya di atas sepeda motor. 

Kulihat istriku sudah mulai bersiap menyebrang kembali dengan menenteng buah di tangannya. Sebrangan pertama sudah aman dan sudah sampai di pembatas jalan, ku lihat tangannya melambai-lambai ke sebelah kirinya untuk minta di berikan jalan ke pengendara sepeda motor dan mobil. 

Aku bersiap hendak menyalakan sepeda motor Honda Grand tahun 94 kesayangan kami satu satunya, tiba-tiba terdengar suara “Braaakkkkkkk, di depanku terlihat seorang wanita berjilbab dan masih memakai helm terlempar sejauh kurang lebih 5 meter dan membentur trotoar jalan. 

“Astaghfirullah Bunda” spontan saya turun dari sepeda motor dan meninggalkan anakku yang belum tau apa yang sedang terjadi dengan bundanya, aku berlari menghampiri istriku yang tergeletak pingsan di pinggir jalan. Saya lihat tidak keluar darah dari kepala atau badannya.

“Astaghfirullah, koq bisa si Mas tadi gimana ?” kataku ke pengendara sepeda motor yang menabrak isrtiku.

"Tadi istrinya nyebrangnya ragu-ragu pak, kita bawa ke rumah sakit aja pak” jawabnya gugup dan ketakutan. Karena orang-orang di sekitar mulai berdatangan mengerumuni istri saya yang masih pingsan tak berdaya di pinggir jalan.
Dari kerumunan orang itu, ada yang berteriak 

“Bawa ke rumah sakit aja, itu deket koq depan situ paling 1 kilo, rumah sakit Fatmawati” katanya sambil menunjukkan arah rumah sakit. Aku baru teringat anakku sendirian di atas sepeda motor, segera aku menghampiri anakku untuk menggendongnya. 

“Putri” begitu anakku biasa di panggil, dia masih belum sadar apa yang sedang terjadi. Sambil ku gendong aku hampiri istriku yang masih pingsan, tapi betapa kagetnya setelah aku balik badan, istriku sudah tidak ada di tempat dia terjatuh. Aku panik, bingung dan serba salah, orang-orang disekelilingku hanya diam saja tanpa reaksi apa-apa.

“Kemana istriku tadi pak ?” setengah berteriak aku bertanya kepada orang-orang yang tadi berkerumun.

“Dibawa sama yang nabrak tadi mas, paling di bawa ke rumah sakit” katanya sedikit menenangkanku yang benar-benar kalut saat itu. 

Pikiranku sudah tidak karuan, jadi berpikir negatif ke orang yang nabrak tadi, “jangan-jangan istriku di buang di pinggir jalan sama orang itu karena nggak mau tanggung jawab” . kalut, bingung, khawatir campur aduk jadi satu.

Bersambung .........,

#Day08desAISEIWritingChallenge

Sabtu, 05 Desember 2020

TULISAN KE-60


Saya benar-benar tertarik dengan bocah kecil ini, yang pasti ilmu dan cara pandang anak ini di atas rata-rata anak seusianya. Awalnya saya hanya tertarik dengan sekilas ceritanya mulai menulis karena nasehat abinya, lama-lama saya tertarik juga ingin memiliki buku karyanya.

Tak terasa tulisan saya ini adalah tulisan yang ke-60 di blog saya sejak mulai belajar menulis dan mengikuti challenge-challenge yang di adakan AISEI. Selain saya belajar menulis, sebenarnya ada rasa yang lain yang saya rasakan bergabung di AISEI ini, rasa itu adalah saya merasa Indonesia banget.

Di AISEI, selain bertemu di dunia Maya dengan para guru hebat dari seluruh Indonesia (meskipun belum semua propinsi), saya juga merasa berkumpulnya di sini benar-benar merasa di bimbing oleh para senior dari berbagai latar belakang, dan ini membuat saya merasa inilah Indonesia.

Pertanyaan yang timbul di benak para pembaca kepada saya sekarang mungkin "Apakah selama ini tidak merasa Indonesia ?"

Jelas Indonesia dong, jiwa nasionalisme saya tinggi, insya Allah, bendera merah putih saja masih tetap berkibar di teras rumah saya sampai saat ini, padahal selepas bulan Agustus yang lain sudah melipat bendera tersebut. 

Hanya saja beberapa tahun terakhir ini saya merasa prihatin dengan kondisi anak bangsa ini yang terkesan berkelompok-kelompok dan menonjolkan identitas masing-masing, meskipun itu sah-sah saja menurut saya. Tetapi rasa toleransi dan tepi seliro antar masyarakat yang beda pilihan politik mulai memudar khusunya yang terjadi di media sosial.

Tetapi melalui wadah AISEI ini saya merasa fokus kita menjadi lebih jelas yaitu "Menulis" , tetapi ternyata bukan hanya sekadar menulis yang tanpa makna. Dari menulis yang awalnya hanya yang penting menulis apa saja, akhirnya berpikir keras, bagaimana menulis yang bermakna dan bisa bermanfaat untuk orang lain.

Dari kegiatan menulis ini setidaknya saya merasakan perubahan positif luar biasa dalam diri saya diantaranya :
1. Saya kembali menyukai buku dan mulai membaca buku-buku yang tersimpan lama di rumah.
2. Saya mulai fokus pada solusi bukan sekadar bereaksi. Misalnya dulu setiap ada berita politik atau berita viral lainnya, secara otomatis jari ini langsung berselancar dan menumpahkan segala uneg-uneg kekesalan  atau ketidak setujuan dengan hal yang berbeda dengan sikap saya, sekarang Alhamdulillah, secara otomatis berhenti sendiri dan berpikir itulah perbedaan yang harus di sikapi dengan bijaksana.
3. Mulai menuliskan lagi impian dan rencana-rencana yang tertunda dan kembali membuka file-file lama yang terpendam karena kondisi ekonomi, saat ini saya berpikir tidak ada yang tidak mungkin selama kita merencanakan dan mulai mengabur pekerjaan menuju impian tersebut.
4. Mulai merasakan dampak positif dari apa ya g pernah om Jay gaungkan "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.  Meskipun hasil karya berbentuk buku belum terbit, tetapi intuisi kuat menerbitkan buku itu semakin menguat dan tak terbendung lagi.

Setiap kesempatan saat santai, saya menuliskan apa yang sedang saya pikirkan, karena jika tidak di tulis, berpotensi besar terlupakan dengan banyaknya aktifitas harian.

Awal mengikuti challenge AISEI menulis 100 kata setiap hari sepertinya cukup berat dan butuh waktu khusus dan konsentrasi tinggi, setelah berjalan 2 bulan dan saya berusaha mengikuti challenge ini dengan penuh kesungguhan, tulisan saya saat ini sudah melebihi target dari AISEI.
Tulisan saya saat awal-awal mengikuti challenge AISEI berjudul 5 menit 100 kata

Dan tulisan saya yang  ke-60 ini sudah lebih dari 500 kata dengan waktu menulis yang tidak lebih dari 30 menit.

Salam Literasi.

#Day06desAISEIWritingChallenge


Hanya 100 Ribu Harga Suaramu di Pemilu

PEMILU Si Pembuat Pilu Tahun 2024 Indonesia menggelar Pemilu Pilpres dan Pileg. Ada yang menarik untuk dibahas dan dianalisis, yaitu fenomen...