BIM Berbagi

BIM Berbagi

Minggu, 27 Maret 2022

Apakah Istrimu Bahagia Bersamamu ???

"Istriku, Apakah Kau Bahagia Bersamaku ?"

Belum lama ini kita dihebohkan dengan peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu muda kepada ketiga anaknya. Peristiwa yang membuat hati kita yang waras ini terasa tersayat-sayat, merinding, sedih dan tak habis pikir   ia lakukan itu dengan cara yang sadis, Astaghfirullah.

Di medsos sebagian besar netijen yang mayoritas ibu-ibu justru bersimpati dan merasa kasihan terhadap ibu yang bersangkutan, betapa ia begitu tertekan jiwanya dan hal itu ia rasakan bertahun-tahun terakumulas, dan puncaknya adalah peristiwa tragis itu.

Peristiwa mengerikan itu tidak mungkin dilakukan oleh orang yang waras, kalaupun tidak gila, besar kemungkinan pelakunya mengalami tekanan jiwa yang sangat dahsyat, tekanan jiwa karena beban hidup dan tekanan dari pihak luar atau tekanan dalam jiwanya sendiri yang tak mampu ia kendalikan.

Mendengar dan melihat berita mengerikan seperti  di atas, tentu kita khususnya para suami harus introspeksi diri dan secara berkala harus menanyakan kepada istri, " Istriku, apakah kau bahagia bersamaku ?"

Pertanyaan yang sedikit menggelitik sepertinya, tapi terkadang hal semacam ini luput dari perhatian para suami, atau menganggap hal ini tak penting, lebay amat kayak sinetron aja, sebagian mungkin beranggapan begitu. Karena memang hidup ini bukan sinetron.

Terkadang kita para suami  bersikap yang penting suami sudah menunaikan kewajiban mencari nafkah, menjalankan kewajiban sebagai suami sebagaimana mestinya dan istri tidak protes atau mengeluh misalnya, sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan perasaan istri kurang diperhatikan.

Pertanyaan "Istriku, apakah kau bahagia bersamaku ?" Tidak selalu berkaitan dengan kekayaan dan harta benda, meski tidak dipungkiri jika fitrahnya wanita memang suka dengan perhiasan dan harta benda, tetapi pertanyaan ini lebih kepada  perasaan sang istri, bagaimana kenyamanan dan ketenangan jiwanya bersama suaminya dalam suka dan duka, susah dan senang . Sudahkah kebahagiaan itu ia rasakan ?

Mengingat menikah dan hidup bersama istri dan anak-anak kita adalah ibadah terpanjang selama hidup kita, maka suami harus memastikan kebahagiaan istrinya  selama bersamanya. Jika kebahagiaan itu sudah dirasakan meskipun hidup dalam keterbatasan maka sakinah mawadah warahmah itu akan tercipta seiring dengan kebahagian  yang dirasakan.

Only opinion
KMJ









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudah Siap Nak ?

   Dokumentasi Latansa DPW PKS Banten Beberapa waktu lalu di Group WA kader dishare pengumuman tentang akan dilaksanakannya Latansa (pelatih...