BIM Berbagi

BIM Berbagi

Kamis, 24 Juni 2021

Cara Melepas Ketergantungan Game online untuk anakku

                        Foto hanya ilustrasi

"Afnan, sudah mas main gamenya" setengah berteriak istriku memanggil anak ketiga kami, laki-laki satu-satunya anak kami. Karena ketiga saudaranya perempuan semua.

"Ya sebentar lagi mi" jawab Afnan sambil terus memainkan free Fire di tangannya. Permainan game online yang di gandrungi anak-anak seusianya sampai anak-anak remaja bahkan orang dewasa.

"Sudah lewat waktu main HP nya ya, berhenti nggak" suara istriku makin keras berusaha menghentikan keasyikan anak laki-lakinya memainkan permainan yang memacu adrenalin itu.

"Iya-iya sebentar, dikit lagi" pinta Afnan mencoba bernegosiasi meminta tambahan waktu.

"Stop nggak ?" Sambil mendekat istriku mengeluarkan jurus pamungkasnya untuk menghentikan permainan syetan itu. ....ih sadis amat, sampai di bilang permainan syetan ?

Kami sekeluarga sepakat bahwa game online semacam Mobile Legend, Free Fire, PUPG dan sejenisnya adalah permainan syetan yang harus di jauhi, karena benar-benar melalaikan. Lalai dengan belajar, lalai sholat, lalai pekerjaan dan lalai segala hal. 

Makanya saat ada seorang pejabat yang menggalakkan turnamen Mobile Legend, kami heran, "koq ada ya pejabat yang berpikir seperti itu, apa tidak memikirkan dampak negatifnya ke anak-anak dan generasi muda kita ?".

Dengan kejadian ribut-ribut antara anak dan orangtua karena masalah game online, menuntut kami berpikir, bagaimana caranya menghentikan atau setidaknya mengurangi anak-anak main game online yang melalaikan itu ?

Akhirnya tercetuslah peraturan penggunaan HP. Diantara peraturan yang kami sepakati adalah :
1. Anak-anak belum dibelikan HP atau tidak boleh memiliki HP sebelum mempunyai penghasilan sendiri.
2. Jika ingin memainkan HP, boleh meminjam HP Abi atau HP Ummi dengan beberapa ketentuan :
a. Afnan sebagai anak laki-laki, bisa pinjam HP Abi Jika sholat 5 waktu (Isya, Subuh, Dhuhur, Ashar dan Maghrib) sholat di masjid. Jika absen salah satu (tidak di masjid), maka hari itu tidak boleh meminjam HP Abi.
b. Jika mau meminjam HP Ummi, maka harus membaca 2 halaman terakhir bacaan Iqro nya atau buku Irsyadul 'ibad karya pak Nana Sumarna, SPd.I atau setoran hafalan surat juz 30.
c. Kakak Nadya yang sedang liburan dari Pondok Pesantren, boleh meminjam HP Abi setelah membantu Ummi menyelesaikan pekerjaan rumah seperti : memasak, mencuci piring, mencuci baju, menyetrika, nyapu atau ngepel.
d. Kakak Nadya boleh meminjam HP Ummi setelah selesai setoran hafalan minimal 1/2 juz atau tilawah minimal 1 juz.
e. Jika ketentuan itu tidak di lakukan atau persyaratan itu tidak di laksanakan, maka hari itu tidak ada yang boleh meminjam HP.

Deal !
Alhamdulillah, dengan kesepakatan itu kami sedikit bernafas lega setelah sebelumnya kami harus berpikir keras, bagaimana cara untuk mengurangi ketergantungan anak bermain HP saat liburan sekolah dan pesantren.

Ya .... Yang usia SD kecanduan game online, yang SMP  dan SMA kecanduan IG dan aplikasi sejenis tiktok dan lain-lain yang mereka merasa terhibur dengan memainkan media-media itu.

Zaman memang sudah berubah dan sekarang serba canggih, tak mungkin juga kita memproteksi anak-anak kita untuk tidak menggunakan benda modern itu, tugas kita sebagai orangtua adalah memandu mereka agar tidak terjebak dalam euforia kecanggihan teknologi dan melupakan kewajiban dasar sebagai manusia yang beriman untuk ibadah, bersosialisasi dan melaksanakan tugas yang semestinya dilakukan.

Selamat bereksperimen untuk mengatur penggunaan Handphone pada anak-anak Anda. Tentu akan lebih berat ketika anak-anak Anda sudah Anda berikan HP satu-satu dan disediakan WiFi unlimited.

"Sesungguhnya semua bayi dalam keadaan fitrah/suci (beriman kepada Allah), orangtuanya lah yang membuat dia Yahudi, Nasrani atau majusi” (Al-Hadits)

Kang Mul Jozz
Relawan Literasi Tangkab

Minggu, 13 Juni 2021

Takut Salah Tulis

                    Silahkan terjemahkan sendiri

Suatu ketika seorang teman bertanya, "kamu kader PKS kan ?"

"Iya" jawabku singkat

"Kenapa koq nggak pernah nulis tentang PKS, atau setidaknya memberitakan hal tentang PKS ?"

"Justru itu yang kutakutkan, aku takut salah tulis tentang PKS atau aku takut jika orang sudah tau kalau aku kader PKS, nanti kalau aku salah tulis atau salah sikap soal postingan-postinganku si medsos nanti khawatir orang menilai kesalahanku dihubungkan dengan PKS, padahal itu kesalahanku pribadi" jelaskan agak panjang.

"Makanya nulisnya yang bagus-bagus, bersikapnya yang baik-baik jangan sampai ada kesalahan" tegas temanku itu.

"Iya bang, tau kalau soal itu mah, tapi namanya manusia kan suatau ketika bisa aja salah, kita bukan Malaikat, bisa aja terpeleset kesalahan" jawabku diplomatis.

"Ya harus hati-hati, jangan sampai salah lah !" Cecarnya.

"Ya Allah Bang, namanya juga manusia biasa nggak mungkin lah bener terus, lurus terus, terkadang belok juga. Nah pas salah itulah saya khawatir kesalahan itu mencemarkan nama baik PKS, aku nggak mau itu terjadi Bang. itu dalam rangka menjaga nama baik PKS" kembali ku jelaskan apa yang ku maksud soal siakpku selama ini.

"Okey dech masuk akal. Tapi kalau bukan kader PKS yang memberitakan soal PKS, bukan kader PKS yang mempublikasikan sepak terjang PKS ke media sosial biar masyarakat juga tau tentang PKS, siapa lagi ?" Akhir pertanyaan temanku ini seolah menusuk ke jantung dan "makjleb".

Akhirnya harus ku akui logika temanku ini benar, kalau bukan Kader PKS yang memberitakan soal PKS, siapa lagi ?


Kang Mul Jozz
Relawan Literasi Kabupaten Tangerang

Jumat, 28 Mei 2021

Resensi Buku Karangan Sendiri

BUKU ANTOLOGI


Resensi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti Pertimbangan atau Pembicaraan tentang buku, mengulas buku.

Jenis-jenis resensi sendiri ada 3 antara lain :
1. Resensi yang bersifat Informatif, yaitu resensi yang hanya menyampaikan informasi tentang hal yang penting dari isi bukunya saja.
2. Resensi yang bersifat Evaluatif, yaitu resensi yang mengulas lebih dalam kedalam isi buku bab demi bab diulas dan diberikan evaluasi, dan diberikan penilaian kekurangan dan kelebihannya.
3. Resensi yang bersifat Informatif dan Evaluatif, yaitu perpaduan keduanya, mengulas hal yang penting di buku tersebut sekaligus memberikan penilaian kekurangan dan kelebihan isi buku tersebut.

Pada kesempatan ini saya akan meresensi buku karya saya dan teman-teman saya yang masih berbentuk buku antologi, yaitu buku yang di tulis oleh beberapa penulis dengan satu tema yang sama, namun isi tulisan antara penulis satu dengan penulis lainnya terpisah meskipun ada hubungannya atau bisa juga tulisan antara penulis satu dan lainnya tidak saling berhubungan.

Secara umum saya akan mengulas isi bukunya, namun secara spesifik saya akan meresensi tulisan saya sendiri sebagai bahan evaluasi untuk menulis buku berikutnya.

Ada 3 buku antologi tulisan saya yang akan saya resensi, diantaranya adalah :
                    
Buku Pertama
Pahlawan Dalam Hidupku


Judul buku.      : Pahlawan Dalam Hidupku
Penulis.            : 37 penulis yang terdiri dari Guru di seluruh Indonesia, kurator Raimundus Brian  P dan Sri Sugiastuti.
Penerbit.           : Oase Pustaka
Tebal halaman : 356 halaman
Kota terbit.       : Surakarta
Tahun terbit.     : Desember 2020

Sinopsis :
Buku ini berkisah tentang Pahlawan-pahlawan yang berjasa dalam kehidupan para penulisnya. Gambar sampul hanyalah ilustrasi, jika dulu saat penjajahan Belanda dan Jepang yang di sebut pahlawan adalah orang-orang yang berjuang untuk kemerdekaan Republik Indonesia, tetapi saat ini pahlawan itu bisa di artikan dalam arti yang sangat luas. Para penulis menceritakan dengan pengalaman masing-masing siapa pahlawan dalam kehidupan mereka, ada yang orangtuanya, ibu atau Bapaknya, ada yang Pakdenya atau Pamannya, Sahabatnya, bahkan ada yang orang lain seperti dokter dan lain-lain. 37 kisah pahlawan dengan cerita yang berbeda-beda tentu membuat Anda penasaran untuk membacanya, dengan tebal 356 halaman dan cwrita yang berbeda-beda dan merupakan kisah nyata semua, membuat Anda pasti penasaran untuk membelinya.

Kelebihan :
Buku ini mempunyai kelebihan kaya akan khazanah cerita dari masing-masing penulis yang berasal dari berbagai Propinsi di Indonesia, memang tidak mewakili semua Propinsi, tetapi cukup untuk dijadikan pelajaran hidup bagi pembacanya, betapa kita berhutang Budi kepada para pahlawan dalam hidup kita masing-masing. Disajikan dalam bahasa yang sederhana, namun imajinasi pembacanya seolah menempatkan yang ada di tulisan itu adalah saya.

Kekurangan :
Karena buku ini ditulis oleh para penulis pemula, jadi wajar jika masih banyak kekurangan dalam penulisan, misalnya salah penulisan, atau terkadang ada cerita yang kurang nyambung mungkin karena setiap penulis di batasi maksimal halaman sehingga cerita yang awalnya panjang di edit oleh editornya justru malah ada bagian yang tidak semestinya nyambung antara paragraf satu dan lainnya.


Buku Kedua
21 Kisah Penggugah Jiwa

Judul buku.      : 21 Kisah Penggugah Jiwa
Penulis.            : Ridwan Nurhadi Dkk
Penerbit.           : CV Oase Pustaka
Tebal halaman : 201 halaman 14cmx21cm
Kota terbit.       : Palur Wetan Mojolaban Sukoharjo
Tahun terbit.     : 2020
ISBN.                 : 978-602-457-669-1

Sinopsis :
Buku yang berisi 21 kisah penggugah jiwa dengan cerita yang berbeda-beda dan tema yang berbeda-beda. Ada yang menyampaikan kisah nyata apa adanya, ada yang bercerita kisah nyata yang di fiksikan dan ada juga yang berimajinasi dengan bukan dari kisah nyata. Para penulis di buku ini mampu membuat para pembaca meneteskan air mata karena terbawa emosi dan terharu dengan kisah-kisahnya. Para penulis benar-benar menulis dengan penuh penghayatan.

Kelebihan :
Membaca buku ini, pembaca diajak untuk masuk ke dalam alam bawah sadar, bagaimana kisah ini benar-benar nyata terjadi dan seolah pembaca melihat sebuah tayangan video berjalan karena runtutnya tulisan yang apik di sajikan oleh para penulisnya. Membaca buku ini berulang-ulangpun seolah tak mengalami kebosanan karena ceritanya yang menarik.

Kekurangan :
Dengan sampul yang menarik, harapannya di sela-sela tulisan ada gambar, foto atau ilustrasi untuk menggambarkan kisah yang terjadi sesungguhnya, sayangnya gambar-gambar tersebut tak ditemukan di buku ini.


Buku Ketiga
Surat Cinta untuk Sahabat

Judul buku.      : Surat Cinta Untuk Sahabat
Penulis.            : Ridwan Nurhadi, Mulyono, Fathurrahman, Jajat Suharto dan Ilham Pambudi.
Penerbit.           : Gemala dan BIM Berbagi
Tebal halaman : 134 Halaman
Tahun terbit.     : Januari 2021
ISBN.                 : 978-623-7754-96-1

Sinopsis :
Buku yang berkisah tentang perjalan beberapa orang yang mempunyai niat yang sama untuk bisa bermanfaat bagi orang lain di sekitarnya. Para penulis menyampaikan kisah dan perjalanan nyata dalam mewujudkan impian mereka, mulai dari nol sampai akhirnya impian itupun terwujud. Berkumpul dan menyampaikan ide, gagasan dan pendapat yang berbeda-beda dalam kurun waktu yang cukup lama 18 tahun tentu membutuhkan kesabaran dan Sling memahami satu sama lain. Dan di buku ini terungkap semua, bagaimana para penulis mampu melewati itu semua, sehingga mereka semua seperti Keluarga yang sebenarnya, tertawa, menangis, bersitegang satu sama lain dan bahkan ada yang hampir mengundurkan diri, namun itu urung dilakukan karena mempunyai tekad yang sama Agar hidup mereka bermanfaat untuk orang lain.

Kelebihan :
Buku ini bercerita tentang kisah nyata dari para penulisnya untuk bersama dalam satu wadah yayasan yang bergerak dalam bidang pembinaan dan pemberian beasiswa untuk anak-anak SMP dan SMA. Cerita di buku ini tentu saling melengkapi satu sama lain, karena memang mereka menceritakan perjalanan di bentuknya lembaga ini. Dengan gaya yang berbeda-beda justru menunjukkan keberagaman wawasan dan pengetahuan dari penulisnya. Anda bisa membacanya dan sekaligus ikut berpartisipasi dengan donasi di buku ini.

Kekurangan :
Buku ini bagi sebagian orang mungkin tak begitu merasa tertarik untuk membacanya karena di kemas untuk menceritakan lembaga yang terkadang ceritanya di ulang-ulang. Penulis yang satu sudah menulisnya, penulis yang lain menulisnya juga dengan gaya yang berbeda. Tetapi sebenarnya dengan cara seperti itu menguatkan kisah nyata di balik pendirian dan kiprah lembaga ini di tengah masyarakat.

BUKU ANTOLOGI

Minggu, 09 Mei 2021

Surau di Penghujung Ramadhan

        Surau di sebuah Kampoeng di Tigaraksa

Waktu di HP menunjukkan pukul 17.40 WIB, artinya sebentar lagi adzan Maghrib berkumandang, pertanda bahwa puasa hari ini akan segera usai, hari ke-27 Ramadhan 1442 H.

Rasanya baru kemarin kami berdo'a, ”Allahumm Bariklana fi rojab wa Sya'bana wa balighna Ramadhan", tapi hari ini sudah berada di penghujung bulan penuh berkah ini. Ada rasa sedih yang menggelayuti jiwa ini. Belum maksimal dalam meraih keutamaan ibadah Ramadhan, ia sebentar lagi meninggalkan kita.

Segera kucari warung makan terdekat untuk persiapan berbuka puasa, hampir semua rumah makan khususnya yang menyajikan ayam bakar, ayam goreng, sambel pedas, pecel ayam di penuhi para pengunjung, beda dengan warung Padang dan warteg yang relatif biasa saja dan cenderung sepi. Aku memilih melipir ke warung bakso, cari yang berkuah dan hangat-hangat.

Sambil menunggu Adzan berkumandang, aku pesan seporsi mie ayam dan Setengah porsi bakso. Kurang dari 5 menit pesananku sudah terhidang di meja, namun aku belum menyentuhnya, "sabar dulu nunggu adzan" bisikku dalam hati.

Beberapa kali kutanyakan ke Mas tukang bakso, "Sudah Adzan belum mas ?"

"Ooo sudah barusan pak, silahkan berbuka" jawab Mas tukang bakso dengan sopan.

Segera kulahap semangkok mie ayam plus bakso dan kuahnya yang tak lupa kubaca do'a berbuka sebelum makan. Hilang sudah lapar dan dahaga yang terasa seharian. 

"Sepertinya Surau/mushola nggak jauh dari warung ini" bisikku dalam hati, terdengar suara bapak tua yang mengumandangkan adzan dengan penuh perjuangan dan tersengal-sengal.

Kubatalkan puasaku dengan air mineral yang tersedia di meja, tanpa kurma atau takjil yang lain, kusantap mie ayam dan bakso dengan lahapnya dan habis tak tersisa, segera kubayar dan bergegas ke Surau terdekat untuk sholat Maghrib.

Benar dugaanku, Surau itu pasti sepi jama'ah. Terlihat bapak tua memandang keluar jendela, sepertinya beliau selesai mengumandangkan adzan tadi. Di tempat wudhu ada satu orang yang sedang berwudhu yang kira-kira usianya tak terpaut jauh dengan bapak tua yang adzan tadi.

Selesai berwudhu kumasuki Surau yang terlihat kurang terawat itu, terlihat hijab pembatas antara jama'ah pria dan wanita, warna hijau kombinasi putih yang mulai kusam. Bapak tua yang mengumandang adzan masih termenung, seolah ada sesuatu yang menjadi beban hidupnya.

"Allahu Akbar Allahu Akbar Asyhadu ala ila ha illallah, Asyhadu ana Muhammadarrasulullah, hayya 'alasholah hayya 'alal falah, qodqo matisholatu qodqoomatisholah, Allahu Akbar Allahu Akbar laaa ila ha illallah" tiba-tiba Bapak tua itu langsung mengumandangkan iqomah.

Baru ada 3 orang, aku dan dua bapak tua itu, benar-benar sepi Surau ini, padahal sekitar Surau rumah penduduk cukup padat dan banyak.

Kedua Bapak tua itu mempersilahkanku untuk memimpin sholat, "Silahkan pak" sambil menunjukkan tangannya ke tempat Imam.

"Oh silahkan pak yang tuan rumah" jawabku.
Kedua Bapak itu tetap memaksaku untuk jadi Imam, tapi aku juga tetap bersikukuh untuk tidak jadi Imam karena selain sebagi tamu, aku juga harus menghormati tuan rumah, apalagi usianya lebih tua dariku 

Akhirnya salah satu Bapak itu maju untuk memimpin Sholat Maghrib dengan dua orang makmum saja.

Di rakaat kedua, sebelah kananku ada jama'ah baru menyusul dan tambah satu di sebelahnya lagi.

Setelah salam, kugeser tempat dudukku kebelakang sedikit dan kulirik kedua makmum masbuk yang melanjutkan sholat untuk menggenapi ketinggalannya.

Alhamdulillah, seorang remaja usia belasan tahun dan seorang pemuda yang sepertinya masih usia tigapuluhan tahun. Artinya masih ada penerus risalah Islam di kampung ini, masih ada yang meneruskan Adzan nanti saat Bapak tua tadi tiada.

Sebuah Fakta di depan mata yang menggambarkan kondisi betapa Islam masih sangat minim dijalankan di sini, terbukti jama'ah Sholat Maghrib petang ini hanya berjumlah 5 orang berikut Imamnya. Astaghfirullahal'adzim.

Kondisi seperti ini mungkin tidak hanya terjadi di Surau tempat sholat Maghrib ku petang ini, mungkin ribuan Surau yang di kampung-kampung mengalami kondisi yang sama dengan Surau ini.

Semoga ini menjadi bahan renungan kita bersama untuk lebih serius dan aktif membina generasi penerus estafet risalah Islam di bumi Indonesia tercinta. Aamiin.


28 Ramadhan 1442 

KMJ

Jumat, 23 April 2021

Gembiranya Anak-anak di Bulan Ramadhan

               Suasana Menanti Adzan Maghrib


Masya Allah, Ramadhan tahun 1442 H ini terasa nikmat sekali jika di banding tahun lalu, dimana saat itu ibadah serba di batasi karena wabah Pandemi Covid 19. Sholat Wajib berJama'ah di batasi, apalagi shalat Tarawih yang berpotensi menghadirkan banyak jama'ah, sangat di batasi. 

Upaya ini untuk mengurangi penyebaran virus yang tak terlihat ini, sehingga Shaf shalatpun sampai diatur dengan menjaga jarak 1 meter antara jama'ah satu dengan jama'ah yang lain. Sangat memilukan.

Setahun berlalu, wabah Pandemi mulai berkurang penyebarannya dan pengaturan pembatasan shalat jama'ah mulai diperlonggar,  beberapa masjid mulai melepas tanda batas Shaf, Shaf jama'ah mulai rapat, tetapi sebagian masih ada yang mengatur dengan jarak tertentu meski tidak sampai 1 meter seperti tahun sebelumnya.

Hal yang terlihat menggembirakan adalah ramainya masjid-masjid di hadiri oleh jama'ah,  baik pria maupun wanita, tua muda, remaja dan anak-anak.

Coba perhatikan anak-anak kita, meski mereka selalu kita nasehati untuk tetap berhati-hati saat bersama teman-temannya, jangan terlalu berdekatan, jangan makan dan minum bergantian sendok atau gelas dan lain sebagainya, tetapi kenyataannya mereka masih enjoy, seolah tak terjadi apa-apa. Itulah anak-anak.

Tak terkecuali saat Ramadhan tiba. Anak-anak kita begitu antusias menyambut datangnya bulan Ramadhan, mereka bersuka cita dengan dengan gaya mereka masing-masing. Ada yang menghias rumahnya, ada yang bersiap dengan baju Kokonya, mukenanya dan lain sebagainya.

Puasapun modelnya berbeda-beda, ada yang setengah hari, begitu adzan Dhuhur langsung berbuka sebagai ajang latihan mereka, ada yang sampai jam 2 siang berbuka dan nanti lanjut lagi sampai akhirnya mereka mampu berpuasa sehari penuh sampai bedug Maghrib.

Yang unik adalah saat ada program takjil di masjid atau saat berbuka puasa bersama keluarga. Coba perhatikan wajah-wajah mereka saat menantikan adzan Maghrib dan di depan mereka telah terhidang makanan yang mereka siapkan untuk berbuka. Wajah yang penuh penantian dan kebahagiaan yang luar biasa saat terdengar adzan Maghrib.

Menyantap hidangan berbukapun mereka begitu senangnya, dengan mata yang berbinar-binar penuh kebahagiaan seolah mengatakan dengan bangga "gue lulus hari ini"  dengan logat Betawi yang dipaksakan.

Kebahagiaan tak berhenti sampai di situ, mereka anak-anak kita segera bergegas ke masjid untuk sholat Maghrib berjama'ah dan balik lagi setelah Sholat untuk melanjutkan berbuka.

Kebahagiaan hari itu akan lengkap rasanya setelah mereka juga mengikuti Sholat Isya dan tarawih berjama'ah di masjid dan mereka lanjutkan dengan "Jajan di warung dekat masjid".  Masya Allah nikmat sekali kebahagiaan yang mereka rasakan setiap hari selama bulan Ramadhan , kebahagiaan versi anak-anak yang akan selalu terkenang sampai ia dewasa, seperti kita mengenang masa kecil kita.

Itulah keberkahan di bulan suci nan Agung ini, bulan Ramadhan. Semoga kita mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mengumpulkan bekal untuk Akherat kita, Aamiin.

Kang Mul Jozz


Senin, 19 April 2021

Menulislah apa yang harus Anda tulis !



Akhir-akhir ini ada kebiasaan baru tersendiri saat pandemi, atau saat wabah Corona melanda dunia.

Apa kebiasaan baru itu ?
Dan siapa yang melakukan kebiasaan itu ?

Tidak banyak memang yang melakukannya, mereka hanya sedikit dari sekian ribu orang di Indonesia ini yang melakukan. Kebiasaa itu adalah menulis.

Mendengar kata menulis tentu kaitannya dengan pulpen dan kertas, tapi tidak untuk saat ini. Menulis bisa dengan menggunakan media yang lebih canggih, dengan memakai Laptop, komputer atau yang paling praktis saat ini dengan menggunakan Smartphone atau HP.

Menulis selalu terkait dengan jari jemari kita, kalau dulu menulis dengan memegang pensil atau pulpen dan secarik kertas atau buku tulis, namun saat ini sudah tidak seperti itu lagi. 

Jika menggunakan Komputer atau Laptop, maka 10 jari kita akan bekerja, sedangkan jika menulis menggunakan HP, maka cukup dengan kedua jempol kita, lebih praktis, efektif dan dinamis. Menulis bisa di mana saja dan kapan saja.

Nah, kondisi Pandemi yang terjadi 1 tahun terakhir ini telah membuat manusia mengubah kebiasaannya, mulai dari sering mencuci tangan dengan sabun, mamakai masker dan jaga jarak, juga bekerja di rumah atau Work From Home (WFH), sehingga praktis aktifitas banyak di rumah atau jarang berinteraksi dengan orang lain.

Kondisi inilah yang memicu orang-orang yang hobby menulis atau berbakat dan mempunyai naluri menulis memanfaatkan kesempatan ini. Mereka membuat komunitas-komunitas menulis untuk menyalurkan hobby dan mendulang inspirasi satu sama lain. Mereka seperti menemukan saudara dekat yang sama-sama mempunyai kesukaan yang sama yaitu menulis.

Ini bisa di lihat atau di baca dari status-status sosial media mereka, jika tulisan di sosmednya baik FB, IG atau status WA nya lebih dari 50 kata, maka bisa di pastikan, dia orang yang ingin eksistensinya di akui melalui tulisan-tulisannya.

Dan saat mereka menemukan komunitas yang tepat, maka akan lahir kekuatan yang dahsyat, akan muncul pelatihan-pelatihan menulis baik melalui Kulwhap (Kuliah Whatshap), Webinar (Web Seminar) atau di lanjut dengan pelatihan tatap muka  dan kopi darat (kopdar).

Dan biasanya dari sini akan lahir penulis-penukis berbakat dengan menerbitkan buku-buku antologi dan buku Solo yang sebelumnya belum terpikirkan oleh mereka atau sudah terpikirkan untuk menulis buku dan menerbitkannya, tetapi belum tau caranya. Dan komunitas inilah yang memfasilitasi bakat dan minat mereka menjadi seorang penulis yang di akui karyanya.

Jadi, bagi Anda yang suka menulis, dan sudah berada di komunitas para penulis di tingkatan apapun levelnya, tetaplah berada di komunitas itu, maka karya Anda yang sebelumnya belum menemukan cara terbitnya, maka dia (tulisan itu) akan menemukan takdirnya. Saat itulah Anda akan merasa berharga.

Kang Mul Jozz
Relawan Literasi Kabupaten Tangerang.
#Day7ChallengeRamadhanReliTangkab

Minggu, 18 April 2021

10 Kesalahan Fatal saat Ibadah Puasa


Ramadhan, bagi orang-orang yang beriman sangat di nanti-nanti kehadirannya, karena bulan ini adalah bulan dimana amal-amal sholeh dilipatgandakan pahalanya. Ibadah sunah diberikan pahala seperti pahala ibadah wajib, sedangkan ibadah wajib dilipatgandakan pahalanya sampai 70 derajat.

Bonus pahala telah di janjikan oleh Allah di bulan ini, 1 bulan full ibadah Umat Islam di nilai sangat istimewa di bandingkan jika dikerjakan di 11 bulan lainnya, Masya Allah.

Sebagai orang yang beriman, tentunya kita harus memanfaatkan waktu ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin agar Allah Subhanahu wata'ala berkenan memberikan Bonus pahala dan melipatgandakan amal ibadah kita.

Namun, ada beberapa hal yang harus kita waspadai dan lebih baik kita hindari untuk menjaga agar ibadah puasa kita dan ibadah yang lainnya di bulan suci ini tidak ternodai, tidak rusak dan pahala mengalir untuk kita, mengingat peluang ini hanya diberikan dalam jangka waktu maksimal 30 hari.

Khutbah Jum'at kemarin tanggal  16 April 2021, Ustadz Sudarso di masjid Al-Ikhlas Perumahan Gardenia 1 Citra Raya menjelaskan, Apa saja hal yang bisa merusak ibadah puasa kita ? Beliau menjelaskan bahwa ada 10 kesalahan Fatal yang dilakukan orang yang berpuasa dan berpotensi merusak pahala puasa kita, 10 kesalahan itu antara lain :

1. Berghibah
Berghibah adalah membicarakan keburukan orang lain dan membahasnya, meski kita berdalih itu kenyataan, justru itulah yang dinamakan ghibah, karena jika itu bukan suatu kenyataan maka hukumnya lebih berat lagi, karena sudah masuk dalam kategori fitnah.

2. Ngabuburit dengan Jalan-jalan sore menjelang berbuka.
Masyarakat kita memang terkenal latah dalam hal-hal tertentu dan hal unik, tradisi ngabuburit ini sebenarnya baru terjadi beberapa tahun terakhir ini. Dulu saat menjelang berbuka puasa, justru anak-anak mengaji di masjid atau Mushola setiap hari. Namun saat ini masyarakat berbondong-bondong keluar rumah saat sore hari dengan berkendara sepeda motor atau mobil untuk sekedar berkeliling menikmati macetnya jalanan, atau mencari makanan untuk berbuka. Padahal waktu menjelang berbuka adalah waktu mustajab untuk berdo'a.

3. Makan berlebihan
Saat berbuka terkadang menjadi waktu "balas dendam" untuk menyantap semua makanan yang di sajikan, mulai dari es campur, es teh atau kolak, gorengan dan aneka kue yang telah di hidangkan, dengan alasan seharian telah menahan lapar, sehingga semua makanan yang ada harus di habiskan. Padahal Rasulullah berpesan agar saat berbuka di awali dengan makan kurma atau minum air putih atau makan buah yang tidak di masak terlebih dahulu.

4. Tidak Melaksanakan Sholat

Ada sebagian Muslim yang berpuasa tapi tidak melaksanakan Sholat. ini kesalahan yang sangat fatal, mengingat Sholat adalah amalan wajib yang di Akherat akan di hisab pertama kali sebelum amalan yang lain, jika Sholatnya baik maka baik pula amalan yang lain, dan jika Sholatnya buruk maka buruk pula amalan yang lainnya. Sholat ibarat wadah atau tempat menampung amalan kita, jika wadahnya bocor, bagaimana mungkin amalan itu akan tertampung dengan baik.

5. Nonton TV

Aktifitas paling nyaman tanpa beban adalah nonton TV, dan ini menjadi hal yang sia-sia jika banyak dilakukan saat berpuasa, menjelang berbuka atau saat menjelang sahur. Sementara waktu-waktu tersebut adalah waktu terbaik untuk berdo'a. Nonton TV menjadi aktifitas favorit saat menunggu sesuatu apalagi saat puasa. Menonton TV terasa waktu begitu cepat menuju berbuka, tetapi pekerjaan ini sangat sia-sia. Kecuali jika tontonan yang bermanfaat, Tausyiyah misalnya. Tetapi rata-rata TV menayangkan banyak hal yang bersifat hiburan.

6. Main HP

Saat ini hal yang paling berat bagi setiap orang adalah jauh dari hp, karena hp seolah sudah menjadi sahabat karib bagi setiap orang, anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua yang sudah usia lanjut. Sehingga HP merupakan hal yang harus diwaspadai. Coba kita tengok setiap saat kita pasti membuka hp, ini hal yang sangat berat ditinggalkan dan semoga barang ini tidak melalaikan kita untuk beribadah maksimal di bulan ramadan ini.

7. Main Game

Hal yang tersulit setelah kita mencoba untuk memainkan game adalah meninggalkannya, dan ini terjadi kepada anak-anak remaja kita bahkan anak-anak kecil pun sudah kecanduan main game,  yang lebih tragis lagi banyak yang kecanduan main game sampai menimbulkan hal-hal yang buruk pada kejiwaan dan fisiknya. Pada saat puasa, game adalah menjadi alternatif anak-anak remaja atau anak-anak kecil untuk menunggu waktu berbuka, ini pun juga perbuatan yang sia-sia.

8. Banyak Tidur

Kesalahan fatal yang dilakukan oleh orang-orang yang sedang berpuasa salah satunya adalah banyak tidur, dan yang lebih parah lagi biasanya tidur setelah sahur atau tidur setelah ba'da subuh. Padahal Rasulullah melarang tidur setelah salat subuh karena untuk kesehatanpun juga tidak baik.

9. Sibuk Belanja

10 hari terakhir yang seharusnya dipakai untuk i'tikaf di masjid seperti yang di contohkan Nabi, tetapi masyarakat kita lebih asyik dengan persiapan untuk menyambut kedatangan idul fitri atau lebaran, dengan berbelanja di pasar pasar di mall-mall sehingga seminggu terakhir menjelang salat idul fitri itu yang penuh bukan di masjid, tetapi di pasar, di mall dan di tempat tempat pembelanjaan lainnya. Sungguh sangat disayangkan ketika Rasulullah memberikan contoh untuk i'tikaf di masjid tetapi masyarakat lebih banyak berkerumun di tempat-tempat pusat pembelanjaan.

10. Hal-hal sia-sia lainnya

Hal-hal sia-sia lainnya adalah bermain petasan, nongkrong di pinggir-pinggir jalan, di jembatan dan tempat-tempat berkerumun lainnya dengan alasan menunggu waktu berbuka yang hal ini sama sekali tidak ada manfaatnya tidak ada pahalanya sedikitpun.

Oleh karena itu mari kita waspadai hal-hal tersebut di atas, jangan sampai kita ikut terbuai dengan hingar bingar aktifitas yang justru akan merusak ibadah puasa kita.

Wallahu'alam bishowab.


Penulis : Kang Mul Jozz

Dari berbagai sumber.




Hanya 100 Ribu Harga Suaramu di Pemilu

PEMILU Si Pembuat Pilu Tahun 2024 Indonesia menggelar Pemilu Pilpres dan Pileg. Ada yang menarik untuk dibahas dan dianalisis, yaitu fenomen...