Saat Simul kelas 3 SD sekitar tahun 1985, dusun Ngadipiro kidul sudah memiliki Masjid sendiri, meskipun masih sederhana, namanya Masjid Al-Amin yang didirikan atas swadaya masyarakat dan lokasinya tidak jauh dari rumah pak Wardi sang guru ngaji.
Antusiasme anak-anak muda kala itu untuk memakmurkan masjid sungguh sangat luar biasa, mereka rata-rata masih sekolah di tingkat SLTA ( Sekolah Lanjutan Tingkat Atas).
Ada yang di SMEA Muhammadiyah Semin seperti Mas Eko Sukanto, yang di SMA Watu payung seperti Mas Sutomo dan Mas Wagiyanto, SMA Muhammadiyah Manyaran di wakili Mas Sakino.
Serta remaja-remaja lainnya yang tergabung dalam Ikatan Remaja MAsjud Al-Amin yang di singkat IRMA.
Simul kecil sangat terkesan mengikuti pengajian hafalan yang di adakan di rumah pak Wardi, hingga saat IRMA mendirikan TPA ( Taman Pendidikan Al-Qur'an) kala itu, Simul ikut bergabung juga menjadi santri di TPA tersebut.
Buku panduan yang di gunakan untuk belajar mengajar dan mengenal huruf hijaiyah waktu masih Qiroati 10 jilid yang baru, kemudian diperbaharui ke Iqro dengan 6 jilid karangan KH. As'ad Humam dari Jogjakarta yang terkenal sampai saat ini.
Dengan beberapa pertimbangan, pelaksanaan TPA di adakan di sore hari selepas Sholat Ashar, agar anak-anak usia SD bisa ikut semua.Namun selalu terjadi seleksi alam di hal apapun, tak terkecuali santri TPA Al-Amin ini. Awal di buka TPA peserta begitu membludak saking antusiasmenya orangtua ingin anaknya bisa ngaji.
Berjalannya waktu akhirnya santri TPA terseleksi dengan sendirinya, santri mulai berkurang dan dari situlah nanti lahir santri-santri yang konsisten meneruskan organisasi Ikatan Remaja Masjid Al-Amin.
Semangat menjadi santri TPA membuat Simul jarang absen saat jadwal pengajian sore, dia selalu hadir jalan kaki yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya
Simul tak mau lagi malu di depan teman-temannya karena nggak hafal surat Al-Fatihah, atau suatu saat nanti nggak bisa baca Al-qur'an karena jarang hadir di pengajian.
Gemetaran yang pernah dulu pernah ia rasakan saat pertama kali di suruh baca Al-Fatihah dan nggak bisa masih sangat terasa di benaknya dan itulah yang yang membuat Simul memacu dirinya untuk bisa berprestasi seperti teman-temannya.
Bersambung .......
#Day4NovAISEIWritingChalenge
Tulisan berlanjut.
BalasHapusYg mau nerusin tulisan malah deg degan Pak D San
HapusMau sama Sama belajar ngaji sama simul...
BalasHapus