BIM Berbagi

BIM Berbagi

Selasa, 23 Maret 2021

MAS BEJO

Mas Bejo, 
Benarkah Nasibnya tak sebejo namanya ?

(Cerpen kehidupan, kisah fiksi yang di angkat dari kehidupan seorang Petani sekaligus pedagang di pinggiran kota Jogjakarta, jika ada Nama dan tempat yang sama ini hanya kebetulan semata untuk menambah cerita agar benar-benar terasa nyata, by Kang Mul Jozz)

Namanya Bejo, tapi orang-orang lebih suka memanggilnya mas Bejo, karena wajahnya yang teduh dan bersahabat, jadi siapapun yang mengenalnya langsung akrab dan bisa ngobrol berjam-jam bertema apa saja yang penting happy dan obrolannya nyambung, apalagi jika ditemani kopi plus pisang goreng, wow obrolan makin seru.

Mas Bejo memang tergolong orang yang Bejo sesuai namanya. Bejo itu nama asli Jawa yang artinya Beruntung. Tapi suatu ketika mas Bejo justru merasa hidupnya tidak beruntung, padahal dia termasuk orang yang cerdas dan berprestasi waktu sekolahnya.

Waktu sekolah dari sejak SD sampai SMA, mas Bejo selalu rangking 5 besar dan terkadang sampai ke puncak peringkat 1 di kelasnya, kejar-kejaran sama 5 besar lainnya. Teman-temannya juga mengakui kalau mas Bejo atau si Bejo itu orang yang cerdas, selain itu Bejo remaja (waktu SMA) termasuk remaja yang supel dan pandai bergaul.

Di kampungnya, di pinggiran kota Jogja lebih dekat dengan Solo, Bejo termasuk anak yang rajin dan aktif di kegiatan remaja Masjid, selain itu Bejo juga rajin olah raga khususnya Beladiri Pencak silat dan Sepak Bola. Bahkan untuk olahraga pencak silat ini, Bejo pernah menjadi atlet sampai ke tingkat Propinsi mewakili ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kabupaten Gunungkidul. Sayangnya dia kandas di atas matras kalah melawan atlet pencak silat dari Kabupaten Sleman saat sabung memperebutkan juara 1 di final tingkat Propinsi.

Namun hal itu tak menyurutkan Bejo untuk berlatih dan berlatih setiap ada kesempatan. Meskipun dia gagal jadi atlet ke tingkat Nasional, namun Bejo di percaya di Perguruan Pencak Silatnya menjadi asisten pelatih yang kelak di akhir kisahnya Bejo menjadi Pelatih bela diri pencak silat yang di segani baik oleh kawan maupun lawan.

Keaktifan Bejo di bidang olahraga ini cukup membuat Bejo di kenal di kalangan anak-anak muda, baik seusianya maupun senior atau yuniornya di kampung tempat Bejo tinggal, sehingga banyak adik-adik yuniornya mengidolakan Bejo karena mampu bersaing sampai tingkat Propinsi. Suatu prestasi yang membanggakan mengingat kampung Bejo adalah desa yang cukup terpencil jauh dari aspal hitam.

Jalanan ke kampung Bejo masih berupa tanah dan bebatuan, kalau musim penghujan jalanan jadi becek,  karena saat di guyur hujan, tanah jalanan yang berwarna kemerahan itu menjadi licin dan becek,  agak sulit untuk di lalui kendaraan roda 2.

Bejo sendiri berangkat sekolah bersepeda bersama beberapa temannya, jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh sekitar 5 kilometer melewati tanjakan dan turunan yang cukup terjal, namanya juga tinggal di Gunung, ya jalur yang di lalui pasti naik turun.

6 tahun menjalani rutinitas berangkat dan pulang sekolah dengan bersepeda membuat Bejo dan teman-temannya terlatih fisiknya secara alami, bersepeda setiap hari (kecuali saat libur sekolah) dengan jarak tempuh total 10 Km rutin setiap hari selama 6 tahun (SMP sampai SMA) membuat Bejo mempunyai fisik yang prima, mungkin jika di test secara fair, kondisi fisik Bejo lebih baik dari atlet nasional sekalipun, sayangnya tak ada pemandu bakat yang menemukan si Bejo remaja ini untuk di proyeksikan menjadi atlet profesional.

Seusai lulus SMA Negri Watupayung, Bejo mulai bingung harus bagaimana. Mau minta kuliah nggak mungkin mengingat kondisi orangtua Bejo yang kekurangan, bahkan suatu ketika bapaknya pernah berucap usai Bejo menerima ijazah SMA nya :
"Le, bapak wis ra sanggup mbiayai sekolahmu, nek kowe arep kuliah Yo piye Carane Kowe golek beasiswa opo Nyambi kerjo, Ning karepe bapak, kowe neruske nggarap sawah bapak kae, Yo gur senadyan mung patang kedok yooo ....lumayan nggo nyambung Urip neng ndeso"  ujar bapaknya Bejo dengan penuh kepasrahan. 
(Arti dan maksud beberapa istilah : Le itu sebutan untuk anak laki-laki* 
"Le, bapak sudah nggak sanggup membiayai sekolahmu, kalau kamu mau kuliah ya gimana caramu cari beasiswa atau sambil kerja, tapi bapak maunya kamu nerusin ngurus sawah bapak itu, ya meskipun hanya empat petak tapi ya lumayan buat nyambung hidup di kampung"))

Pupus sudah harapan Bejo untuk menyandang gelar sarjana yang di idamkannya. Rasanya malu saat ketemu temannya yang dulu sekolahnya hanya ala kadarnya, asal masuk, bahkan sering membolos, di tambah lagi kalau pas ujian pada nyontek. "Sekolah model apa itu" gumam Bejo dalam hati.

4 tahun sesudahnya, mereka yang tukang nyontek itu bergelar Sarjana, pulang bawa toga dan jadi kebanggan keluarga.

Sedangkan Bejo, setiap hari pegangannya cangkul, arit (sabit) sama gathul (Alat pembersih tradisional untuk rumput). Pagi-pagi, saat teman-temannya yang sarjana berangkat kerja ke kantor, baik di Bank, jadi Guru, PNS atau kerja di kantor swasta lainnya, Bejo dengan langkah gontai menuju sawah peninggalan Bapaknya.

Bejo menahan beban perasaan sebagai peringkat 5 besar di kelasnya dulu yang cerdas dan tak pernah nyontek, harus kalah bersaing di kehidupan nyata di banding teman-temannya yang sarjana, yang tukang nyontek karena mereka bekerja kantoran yang bergengsi. Beban itu ia pendam bertahun-tahun tak ada yang tau, kecuali Bejo sendiri.

Sore itu, selepas Sholat Ashar di masjid dekat rumah, Bejo melepas lelah setelah seharian mengairi sawah dan membersihkan rumput-rumput yang numpang hidup diantara padi yang mulai tumbuh.

"Mas, itu kopi sudah di bikin ya,  sama pisang goreng, saya taruh di meja balkon atas ya, saya mandiin dede dulu"  istri Bejo mempersilahkan Bejo menikmati Kopi dan pisang goreng kesukaannya, sementara Maya istri Bejo segera memandikan anak semata wayangnya yang baru berumur 2,5 tahun.

Kebiasaan ini sudah Bejo nikmati bertahun-tahun. Sore selepas sholat Ashar, Bejo selalu duduk di Balkon lantai 2 rumahnya sambil menikmati kopi hitam dan cemilan apa saja yang di hidangkan istrinya, menikmati kopi sembari memandang ke arah jalanan di depan rumahnya yang mulai ramai orang-orang hilir mudik pulang kerja.

Sejak Bapaknya meninggal dunia beberapa tahun lalu, Bejo memutuskan untuk pindah rumah mendekati kantor kecamatan, dengan pertimbangan bisa membuka usaha untuk penghasilan hariannya. Ia menjual kebun miliknya untuk dibelikan rumah 2 lantai yg masih berupa bata merah yang belum finishing,  yang kebetulan di jual dengan harga yang cocok sesuai harga kebun milik Bejo peninggalan orangtuanya. Sementara rumah peninggalan ayahnya di tempati adik perempuannya yg sudah berkeluarga juga.

Dan ternyata rencana Bejo ini cukup berhasil, dia bisa membuka usaha warung nasi uduk, gorengan dan kue-kue titipan tetangganya yang di urus oleh istrinya, sementara dia sendiri hampir setiap hari ke Sawah peninggalan Bapaknya untuk memenuhi janjinya mengurus harta warisan Bapaknya tersebut, Bejo juga memelihara hewan ternak, sapi dan kambing serta beberapa ekor ayam di belakang rumahnya. 

Ibunya Bejo sudah meninggal dunia saat Bejo masih Balita, wajah ibunya sendiri, Bejo sudah lupa. Bapaknya Bejo adalah orangtua single parent yang memilih mengurus ketiga anaknya sendirian sampai lulus SMA.

Kakak Bejo sejak menikah,  langsung ikut suaminya di Jakarta. Sawah warisan orangtua yang menjadi bagian kakaknya di serahkan ke Bejo yang mengurusnya, dan setiap panen selalu di hitung sistem bagi hasilnya sesuai kesepakatan Bejo dan kakaknya. 

Untuk soal warisan orangtua mereka, Bejo dan kedua saudaranya sepakat untuk dibagi secara aturan hukum Islam berdasarkan surat An-Nissa ayat 11 yang artinya :
""Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan....."

Harta peninggalan orangtuanya berupa tanah berikut bangunan rumah yang berdiri di atas tanah tersebut, sawah 4 petak dan kebun yang kurang produktif yg hanya cocok di tanami pohon jati, akasia dan pohon sejenisnya yang akhirnya di jual dan di belikan rumah untuk tempat tinggal Bejo dan keluarganya saat ini.

Bejo mendapat bagian 1 kebun dan 2 petak sawah, sementara Kakak perempuannya mendapat 1,5 petak sawah dan adik perempuan Bejo mendapat tanah berikut bangunan rumah yang berdiri di atasnya dan 0,5 petak sawah. Semua itu sudah di perhitungkan berdasarkan nilai jual dari harta warisan tersebut dan sudah sesuai dengan prinsip "Nggendong dan mikul, Perempuan nggendong, laki-laki mikul"  

(Nggendong buat perempuan artinya dpt 1 bagian dan Mikul buat laki-laki artinya dapat 2 bagian atau 2 kali lipat dari bagian perempuan). Pembagian warisan itu di laksanakan sesuai syari'at Islam dan penuh kasih sayang antar saudara tanpa ada permasalahan yang berarti seperti beberapa kasus yang terjadi  akibat kurangnya pemahaman terhadap syariat yang satu ini, bab warisan.

Meski hampir setiap hari Bejo ngopi, tapi dia tidak merokok. Karena menurut pemahamannya, merokok itu tidak ada manfaatnya, atau dengan kata lain mudharatnya lebih banyak dari manfaatnya, karena itulah Bejo tak pernah merokok.

Redupnya sinar matahari sore itu turut menemani lamunan Bejo, ia memendam rasa bertahun-tahun tak pernah ia ungkapkan kepada siapapun, termasuk istrinya. Ia merasa gagal dalam mencapai impiannya, sekolah berprestasi okey, kuliah gagal dan bisa bekerja menjadi PNS seperti beberapa teman sekolahnya atau setidaknya bekerja di perusahaan besar dengan gaji yang wah dan bisa berganti-ganti mobil setiap tahunpun gagal total.

Impian itu pupus seiring kelulusannya dari SMA beberapa tahun lalu dan setelah itu hari-harinya di sibukkan dengan mengurus sawah peninggalan orangtuanya dan malamnya mengurus pengajian di masjid dekat rumahnya.

Memang Untuk mengobati kegundahan hatinya, Bejo sengaja menyibukkan diri mengurus pengajian dari mulai anak-anak, remaja sampai Bapak-bapak yang terdiri dari pengajian TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) yang ia delegasikan kepada ibu-ibu dan remaja putri, taklim remaja dan Halaqoh Bapak-bapak yang ia adakan setiap pekan dengan menghadirkan beberapa Ustadz yang Mashur dari kecamatan Ngawen dan sekitarnya.

Meski sudah berusaha mengalihkan kegalauan hatinya atas kegagalan yang ia rasakan dengan menyibukkan diri mengurus pengajian, namun bayang-bayang kesuksesan teman-temannya, baik yang ada di kampung maupun yang merantau ke Jakarta, selalu mengganggu pikirannya, apalagi saat lebaran tiba dan sebagian besar teman-temannya pulang dengan mengendarai mobil barunya, Bejo makin minder.

Lamunan Bejo kemana-mana, masih seputar meratapi kegagalan hidupnya. Tanpa sadar ia menghela nafas seolah melepas beban berat dalam hidupnya, "Haah" ..... Terlihat kosong menatap tak jelas ke arah mana.

Cukup lama Bejo melamun, tak sadar jika sedari tadi istrinya memperhatikan gerak-gerik suaminya itu penuh tanda tanya, yang akhirnya penasaran di buatnya, "ada apa sich mas, kog kelihatannya ada beban berat banget ?" 

"Nggap ada apa-apa dik " jawab Bejo singkat.

"Nggak mungkin lah kalau nggak ada apa-apa, Mas sampai menghela nafas begitu, aku kan hafal sikapmu mas" cecar istri Bejo makin penasaran.

"Masak sich, emang kelihatan gitu ?" Bejo tak mampu lagi menyembunyikan kegalauan hatinya, sepertinya ia tak mampu lagi menyimpannya seorang diri. "Apa mesti aku ceritakan ke istri ya" pikirnya dalam hati.

"Ayolah mas cerita ke istrimu yang cantik dan tidak sombong ini, nggak perlu di sembunyikan lah, dibagi dua biar nggak berat-berat amat bawanya ....hehehe" ledek istri Bejo, meyakinkan kalau dirinya siap berbagi beban hidup dan beban perasaan.

"Iya dik, kayaknya mas udah kelamaan mikirin ini, makin di pikirin, makin jadi beban"  keluh Bejo ke istrinya.

"Sudahlah mas, ceritakan biar beban itu nggak bikin senyum manismu jadi pait akhir-akhir ini, aku kan jadi galau mas" protes istrinya yang selama ini dipendamnya tak berani menyampaikan ke suaminya, Mas Bejo tercinta yang belakangan sering uring-uringan karena ternyata bayang-bayang kegagalan itu makin mengusik kedamaian keluarganya selama ini.

"Terkadang mas berpikir, kalau kaya, miskin, sukses, gagal itu semua takdir, buat apa kita capek-capek belajar, ngejar prestasi jadi juara, pas ujungnya karena kita miskin akhirnya nggak bisa nglanjutin kuliah karena nggak ada biaya, terus terpaksa menjalani hidup jadi petani seperti sekarang ini" Bejo mulai curhat ke istrinya.

"Astaghfirullah mas Bejo, istighfar mas istighfar" Maya istri Bejo seketika menghentikan aktifitasnya ngejemur Baju saat mendengar curhatan suaminya.

"Jadi itu mas, yang membuat mas Bejo uring-uringan akhir-akhir ini ?" Maya mempertegas pertanyaannya, seakan tidak percaya dengan apa yang dipikirkan suaminya.

"Mas kan selama sekolah punya prestasi dari SD sampe SMA selalu 5 besar, kadang malah sering tembus juara 1, orangtua dan para guru sering bilang, belajar yang rajin biar berprestasi jadi juara biar nanti sukses, Ben dadi uwong katanya, biar dapat kerja yang bagus, tapi apa buktinya, tuh temen-temen mas dulu yang tukang mbolos, tukang nyontek, karena mereka anak orang kaya bisa kuliah, sekarang pada jadi PNS, kerja di Bank, kerja di Perusahaan asing gaji gede, tiap lebaran pada pake mobil baru, sementara mas Bejo suamimu ini sudah hampir 10 tahun motornya itu-itu aja, emang kamu nggak malu dek kalau ketemu temen-temen mas saat reunian ?" Uneg-uneg Bejo keluar semua, seakan apa yang menjadi bebannya selama ini pecah dan isinya berhamburan kemana-mana. Terlihat muka Bejo merah padam penuh emosi setelah menumpahkan isi hatinya.

Seketika istri Bejo terhenyak, dia berhenti melakukan pekerjaannya, dia menghampiri suaminya yang masih terlihat emosi karena meratapi keadaan, yang merasa kehidupan ekonominya jauh di bawah teman-temannya.

Maya duduk bersimpuh didepan Bejo yang masih menatap tajam ke ruang kosong seakan masih memprotes takdir yang ia jalani. Dengan memegang kedua tangan suaminya dan menatap penuh cinta dan kasih sayang yang tulus sebagai seorang istri, Maya memberanikan diri meredam amarah suaminya, "Mas, tatap mata Maya mas, lihatlah, apakah Maya selama ini sedih hidup bersamamu mas, apakah Maya selama ini menuntutmu harus punya mobil ? harus punya ini punya itu ?"  Tak tahan Air mata Maya bercucuran membasahi kedua pipinya.

"Maya bangga punya suami seperti mas Bejo, meski kata orang hanya seorang petani kampung yang tak punya masa depan, tapi Maya merasakan hidup damai tanpa beban, kita nggak punya hutang sepeserpun kan mas, bahkan ada beberapa saudara dan tetangga yang meminjam uang ke kita, dan saat kita butuh, kata mas nggak usah nagih ke mereka, saat orang-orang belum pulang kerja, mas Bejo sudah santai minum kopi di sini sambil ngeliatin mereka pulang kerja, mas masih bisa bermain sama anak-anak kapanpun mas mau, hampir setiap malam mas ngajarin Bapak-bapak dan para remaja ngaji di Masjid, ada yang belajar Iqro, ada yang belajar tajwid, selain itu selama ini kita nggak pernah hidup kekurangan mas, nikmat apalagi yang kau dustakan mas Bejo ? ....hiiiiii" tangis Maya semakin pecah tak terbendung sambil terus mencium kedua tangan suaminya.

Bejo tampak panik, khawatir ada orang yang melihat mereka berdua, khawatir dikira ada masalah apa sampai istrinya menangis histeris seperti itu.

Menyadari kondisi yang tak lazim itu, Bejo segera menggapai tangan istrinya yang masih terisak dan di papah menuju ke ruang keluarga, "sudah-sudah jangan nangis lagi, ma'afin Mas, makanya kenapa bertahun-tahun mas pendam rasa ini sendirian, karena mas tau dek Maya pasti ikut terbawa emosi saat mengetahui perasaan mas selama ini"  Bejo mendudukkan istrinya di sofa dan kembali terdiam masih belum bisa terima begitu saja atas pengakuan istrinya hidup bahagia bersamanya.

Keesokan harinya, Bejo mengantarkan istrinya ke pasar yang tak jauh dari rumahnya, 10 menit naik sepeda motor sudah sampai di pasar Semin, pasar tradisional penuh kenangan, terutama mie ayam Mak cik yang ayamnya khas,selain ayam semur kecil-kecil, selalu dikasih potongan ayam ukuran tanggung sebesar jempol tangan orang dewasa yang empuk dan lezat, yg tak akan pernah di jumpai di pedagang mie ayam lainnya.

Saat sedang menunggu istrinya belanja itulah moment tak terlupakan dan menjadi titik balik penyadaran Bejo atas kegalauan dia selama ini menemukan jawabannya, menemukan obatnya. Bejo benar-benar tersadar atas kekhilafan pemikirannya selama ini, kekurang syukurannya atas nikmat berlimpah yang telah Allah berikan kepadanya. 

Selain sudah punya rumah sendiri yang permanen dan berlantai 2 (2 tingkat) meski masih berbentuk bata merah tanpa plesteran, Bejo juga punya 3 ekor sapi, 2 betina dan 1 jantan, 4 ekor kambing dan sekitar 20 ekor ayam jantan dan betina yang ia pelihara di pekarangan belakang rumahnya. Tentu juga sawah yang selama ini ia garap dan banyak membantu kebutuhan keluarganya, terutama saat panen setahun 2 kali.

Dalam perjalanan pulang dari pasar, saat berboncengan di atas sepeda motor dengan istrinya, Bejo lebih banyak terdiam dan tak berkata apa-apa, padahal biasanya moment seperti ini sering dipakai Bejo untuk bercerita joke-joke lucu untuk menghibur istrinya.

Maya sedikit heran kenapa suaminya bersikap tak seperti biasanya, mas Bejo terdiam dan sesekali menyeka matanya, "apakah mas Bejo menangis ?" Tanyanya dalam hati, "Tapi kenapa ?" Maya makin penasaran atas sikap suaminya itu.

Sesampai di rumah, Bejo langsung mengangkat semua belanjaan ke dalam rumah dan masih terus terdiam, terlihat matanya sedikit memerah seperti habis menangis. Maya pun tak berani bertanya apa-apa, dia hanya menerka-nerka "apa mas Bejo marah sama saya ya, tapi salah saya apa, perasaan tadi berangkat baik-baik aja" Maya terus berbicara dengan dirinya sendiri.

Terlihat Bejo begitu semangatnya ambil air wudhu, tak biasanya, sepulang dari pasar Bejo biasa langsung nyuruh istrinya bikin sambel bawang, karena sudah jadi kebiasaan Bejo dan istrinya kalau ke pasar pasti beli tempe baung/besengek/alakathak (tempe yang terbuat dari buah benguk, ......tanaman yang sepertinya hanya di kenal di Jawa, entah di luar Jawa ada atau tidak), tempe yang agak lembek berwarna hitam, juga beli tahu, krupuk dan jarak gaplek.

Tempe besengek, tahu, krupuk, sambel bawang plus nasi dingin menjadi makanan favorit keluarga kecil ini, untuk sarapan pagi selepas dari pasar. Rasanya luar biasa.

Tapi pagi ini Bejo langsung ambil air Wudhu dan Sholat 2 rakaat dengan khusyuk sesekali terdengar Isyak tangis yang ia sembunyikan, selesai salam ia menengadahkan tangannya dan tangispun pecah, ia tak lagi mampu menyembunyikan perasaan hatinya, entah sedih atau menyesal, atau perasaan lain, hanya Bejo yang tau.

Sambil membuat sambel bawang, Maya hanya diam tak berkata apa-apa, ia benar-benar merasa heran dengan perubahan sikap suaminya pagi ini.

Selepas sholat 2 rakaat, Bejo langsung menuju meja makan dan bersiap menyantap sarapan Beswangkrutu (Besengek sambel Bawang Krupuk Tahu) plus nasi putih anget.

Sambil menyuguhkan sambel bawang hasil ulekan tangannya, Maya langsung bertanya ke suaminya atas kejadian pagi ini yang sedikit agak aneh tak seperti biasanya, "Kenapa mas, koq pulang-pulang langsung sholat, dzikir sambil nangis ?"  Kata Maya mencari jawaban atas rasa penasarannya.

"Tadi mas ketemu temen SMA pas nungguin Dik Maya belanja, sudah 10 tahun kami nggak ketemu, tiap reuni dia nggak pernah dateng. ya Allah .....kasian sekarang kondisinya, padahal dia dulu  juara umum dik" Bejo mulai bercerita perihal teman SMA nya itu.

"Emang gimana kondisinya sekarang mas ? Tinggal dimana dia ?" Tanya Maya penasaran.

"Tadi pas ketemu kelihatan banget kalau dia punya masalah yang berat banget,  pas mas tanya tinggal di mana sekarang,  dia bilang sekarang tinggal bersama orangtuanya di kampung, usahanya di Jakarta bangkrut, padahal dia sudah punya 8 karyawan, keuangan di pegang istrinya, ternyata di salah gunakan, istrinya sering beli-beli barang branded tanpa sepengetahuan dia, karena pake kartu kredit jadi asal beli-beli aja sampe 5 kartu kredit sekaligus, sampai tagihan membengkak lebih dari 500 juta"  Bejo sedikit menurunkan volume suaranya.

"Astaghfirullah ...." Maya geleng-geleng kepala, nggak percaya dengan apa yang ia dengar,

"Parahnya lagi istrinya selingkuh dik, kenal sama laki-laki duda di facebook” Bejo makin melirihkan suaranya.

"Naudzubillah mindzaliiiik" ....spontan Maya merespon dengan nada geram. "Sudah di kasih keluasan rejeki sama Allah, ternyata malah lupa diri ya mas". 

"Sekarang temen Mas itu pulang kampung, rumah, mobil dan harta yang ia punya habis dia jual untuk membayar hutang istrinya, dari pada dia di penjara. Masih untung dia belum punya anak, setelah lunas, dia putuskan untuk bercerai dengan istrinya yang selingkuh itu dan dia memilih pulang kampung menenangkan diri"  Bejo menutup cerita sedih temannya pagi ini.

"Bersyukurlah mas, atas keputusanmu hidup damai di desa, membangun desa, membangun akhlak remaja, mengajar Bapak-bapak mengenal Al-qur'an dan mengamalkannya" Maya merasa lega atas kesadaran diri suaminya.

Ternyata kondisi yang selama ini ia  sesali dan ratapi karena merasa tidak sukses, merasa gagal dalam kehidupan, masih jauh lebih baik di banding kondisi temannya yang juara umum itu. 

Bejo benar-benar merasa bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan selama ini, rumah yang besar, istri yang Sholehah, anak yang lucu, punya sawah, punya hewan ternak dan yang paling membahagiakan adalah dia sadar bahwa Allah sangat menyayanginya, Bejo tak pernah ketinggalan sholat berjamaah, mengaji bersama Bapak-bapak dan remaja, masih bisa ikut cari keringet dengan main bola dan melatih pencak silat.

Bejo tersadar atas kesalahan berpikirnya selama ini, Urip kui gue Wang sinawang (hidup itu hanya saling melihat satu sama lain), terkadang rumput tetangga terlihat lebih hijau dari rumput halaman rumah kita. Padahal hidup di dunia hanya sementara, hanya mampir Ngombe (Singgah minum). Dan kembali untuk melanjutkan perjalanan menuju Akherat yang abadi.

Di dunia adalah tempat mengumpulkan bekal amal sebanyak-banyaknya dan ridho Allah Subhanahu wata'ala, agar di akheray kelak mendapat surga-Nya.

Tamat














Senin, 22 Maret 2021

Buat Apa Nulis ?


Jika menulis sudah menjadi hobby apalagi menjadi suatu prestasi, tentu pertanyaan Terus kapan nulisnya ?  Akan di jawab dengan mudah Ya kapan saja ! Bahkan jika suatu hari belum menulis yang seharusnya di tulis, akan merasa ada sesuatu yang kurang hari ini.

Itu jika memang kita sudah punya hobby menulis atau yang sudah merasakan adanya dampak positif dari menulis, maka menulis setiap hari adalah hal yang wajib di lakukan, apapun temanya. Karena setiap peristiwa bisa menjadi tema, sekecil apapun peristiwa itu.

Nah, bagaimana dengan yang belum sampai ke tahap itu ? Bukan hobby, hanya karena sebuah tuntutan pekerjaan, atau pendukung dari pekerjaan utamanya, misalnya seorang Guru. Apakah menulis menjadi pendukung pekerjaan sebagai Guru ?

Jawabannya Ya, karena Guru aktifitasnya mengajar dan belajar, mentransfer ilmu dan meng-upgrade serta meng-ubdate ilmunya. Dan aktifitas menulis itu menjadi hal wajib dalam lingkaran ini.

Bagaimana dengan yang profesinya bukan Guru ? Kerja kantor, kerja pabrik atau pedagang ? Yang tidak ada kaitannya dengan dunia penulisan ?

Untuk yang bukan Guru, maka hobby adalah alasan utama kenapa dia menulis, tentu dengan harapan tulisannya bermanfaat untuk banyak orang, lebih bagus lagi jika memang tulisan tersebut bisa diterbitkan menjadi sebuah buku dan menjadi kenangan tersendiri bagi penulisnya.

Sibuk kerja, banyak agenda dan aktifitas harian yang melelahkankan terkadang membuat kita menunda untuk menulis, padahal sekali kita menunda maka akan mengurangi semangat menulis itu sendiri.

Yuk, jangan tunda lagi menulisnya, seberapa banyak aktifitas kita setiap hari, luangkan waktu 15 sampai 30 menit untuk menulis, toh kita bisa balas-balasan Chat di Whatsapp bisa berulang kali dan kalau di total bisa berjam-jam, belum lagi di Facebook, Instagram, Twiter dan lain-lain.

Kenapa kita tidak fokuskan untuk menulis challenge-challenge yang sudah kita se0akati ? Ada kalimat yang mena4ik kita cermati  "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi"   Kalimat yang sangat memotivas".

Dan satu lagi apa yang di katakan salah satu penulis yang juga menginspirasi saya untuk tetap menulis, kalimat itu adalah : Biarkan tulisan itu menemukan takdirnya sendiri.

Salam Literasi

Kang Mul Jozz
#Day14ChallengeReliKabTang

Minggu, 21 Maret 2021

Hati-hati Penyakit ini lebih "ganas" dari corona



                             

                              Wajah Pendusta

Penyakit yang sangat membahayakan yang menjangkit jiwa manusia adalah iri dengki. Penyakit ini masuk kategori penyakit hati yang kronis dan sulit untuk di obati, kecuali atas kemauan sendiri meng amputasi biang dari penyakit ini.

Apa biang penyakit ini ?
Senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang, inilah biang iri dan dengki.

Penyakit ini tidak hanya terjadi di jaman sekarang saja, tetapi sudah sejak jaman nabi Adam alaihissalam. Dan sejarah selalu berulang, hanya pelakunya saja yang berbeda.

Kisah kejahatan pertama  yang sering kita dengar ceritanya adalah pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil kepada adik kandungnya yaitu Habil, kisah yang menggambarkan keserakahan dan ketamakan serta rasa iri hati seorang Qabil karena mendapatkan jodoh yang tidak sesuai dengan keinginannya, sehingga iri dengki itu membakar jiwanya hingga tega membunuh saudara kandungnya sendiri.

Kisah lainnya, bagaimana 10 anak nabi Yaqub juga tega mencelakai saudara kandungnya yaitu Yusuf kecil, dan membuangnya di sebuah sumur tua berharap saudaranya itu juga mati di dalam sumur tersebut, semua berawal iri dan dengki. Kisah berikutnya bisa anda baca dan berselancar di google, apa ending dari kisah ini. 

Banyak kisah-kisah nyata yang lain yang bisa kita ambil hikmahnya, bisa kita petik pelajarannya dan bisa kita hindari sejauh mungkin perasaan iri dengki yang bisa merusak jiwa dan hati kita ini, tak kalah bahayanya bisa merusak keharmonisan hubungan pertemanan dan persaudaraan.

Saat ini virus Corona atau Covid 19 adalah virus yang membahayakan dan mematikan, tetapi virus iri dengki jauh lebih membahayakan dan mematikan dari virus corona tersebut, dua kesamaan dari kedua virus ini adalah sama-sama tidak terlihat dan sama-sama membahayakan. Hanya saja coronavirus menyerang fisik, sementara iri dengki menyerang rohani. Tetapi hakekatnya keduanya sama-sama harus di waspadai dan dihindari.

Cara paling efektif untuk menghilangkan rasa iri dengki yang terkadang terlintas dalam hati adalah bersyukur dengan apa yang Allah anugerahkan kepada kita, untuk urusan dunia lebih banyak melihat ke bawah yang secara ekonomi di bawah kita agar kita banyak bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan.

Ada satu hal yang boleh kita iri kepada orang lain adalah iri terhadap amal dan kebaikan orang lain, hingga kita termotivasi untuk melakukan kebaikan tersebut.

Salam Literasi
Kang Mul Jozz

#Day13ChallengeRelikabTang






Jumat, 19 Maret 2021

From Zero to Hero


Berikutnya saya akan bagikan kisah-kisah menarik dari anak-anak binaan Bina Insan Mulia yang berasal dari keluarga yang layak untuk diberikan bantuan dan layak di perjuangkan untuk kelangsungan pendidikan dan prestasi mereka, Karena mereka mempunyai potensi yang luar biasa dan sudah selayaknya menerima manfaat dari adanya Bina Insan Mulia.

Kisah ini benar-benar nyata .

Kisah tentang tiga anak yang bukan siapa-siapa menjadi anak yang luar biasa, dari anak yang di pandang sebelah mata menjadi di pandang dengan dua mata dan penuh penghormatan dan di hormati karena perubahan kehidupan dari perjuangan dan prestasi yang mereka torehkan.

Kisah yang mengharu biru, karena ada keputus asaan di sana, ada kesedihan di sana, yang membuat mereka bingung harus bicara dengan siapa, harus mengadu kepada siapa dan minta bantuan kepada siap ?

Bina Insan Mulia hadir untuk mengangkat harkat dan martabat mereka menjadi lebih baik berkat pertolongan Allah Subhanahu wata’ala. From zero to hero itu istilah yang tepat buat mereka.

Selamat membaca kisahnya !

 

SI BAS YANG GOKIL

Oleh : Kang Mul Jozz

 

                Mereka adalah tiga serangkai, tiga anak yang terpilih mendapat beasiswa Prestasi dan bantuan biaya sekolah full waktu SMA Negri 3 Curug kabupaten Tangerang dari kelas 1 sampai  lulus SMA tahun 2006 sampai 2009.

SBAS , mereka bernama Bahrudin, Agus, Sukron disingkat BAS, binaan yang paling gokil, karena setiap mereka bertiga berkumpul, ada saja yang menjadi bahan obrolan mengasyikkan, usil, becandaan dan keisengan-keisengan satu sama lain yang menambah keakraban tanpa mengurangi semangat mereka berprestasi.

 Mereka bukanlah binaan pertama dari BIM, karena BIM berdiri sejak 2002, sedangkan si BAS terpilih dari hasil seleksi yang di adakan BIM waktu itu tahun 2006, artinya sudah 4 tahun BIM berjalan dan tentunya sudah ada puluhan anak binaan alumni BIM, karena rata-rata setiap tahun memberikan beasiswa regular kepada 40-50 siswa binaan.

Si BAS terpilih dari hasil seleksi penerimaan Beasiswa Prestasi yang merupakan program baru BIM  di tahun 2006 dan mereka langsung bergabung dengan BIM di bawah divisi Pembinaan atau Educare.

Karena ini program baru dan si BAS menjadi proyek percontohan pertama, sehingga membuat 

pengurus BIM harus ekstra ketat mengawal program ini sampai benar-benar sukses, mengingat biaya yang di keluarkan untuk program beasiswa prestasi ini cukup besar.

 Saat itu BIM baru bisa memberikan untuk 3 siswa yang berprestasi, dan si BAS adalah hasil seleksi yang dilakukan sebelumnya. Si BAS menjadi yang terbaik dari 9 siswa yang di seleksi waktu itu dan sebelum bergabung di BIM, mereka bertiga melakukan perjanjian tertulis dengan pihak pengurus BIM yang mewakili lembaga sebagai bentuk komitmen bersama menyukseskan program ini.

Berikut kisah si BAS, di sampaikan langsung oleh yang bersangkutan !

 

BAHRUDIN

Bahrudin adalah anak binaan BIM yang memiliki perawakan paling besar. Bungsu dari 6 bersaudara ini selalu menjadi pusat perhatian, entah karena paling sehat atau juga paling kuat makannya kita juga  tidak tahu ……..

Bahrudin mengikuti seleksi atas ajakan Sukron yang saat itu terlebih dahulu mendapat tawaran beasiswa prestasi. Bersama sukron, bahrudin mengikuti seleksi bersama anak-anak lainnya sekitar 9 orang (maaf lupa) dan berhasil terpilih sebagai 3 anak terbaik yang mendapatkan beasiswa full pendidikan selama 3 tahun dari kelas X sampai kelas XII.

Saat proses seleksi Bahrudin menjadi anak terbaik yang mendapatkan nilai sempurna di pelajaran matematika. Bahrudin masuk sekolah di SMA Negeri 1 Curug atau sekarang dikenal SMAN 3 Kab Tangerang, disanalah ia mendapatkan beasiswa penuh dari mulai SPP, uang bangunan, hingga uang buku. Di BIM juga bahrudin diamanahi sebagai salah satu pengajar di BIMBEL CTC Bina Insan Mulia.

Seusai SMA Bahrudin melanjutkan Kuliah di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa jurusan Pendidikan Matematika dan berhasil lulus selama 4 tahun dengan IPK 3,40. Lulus kuliah Bahrudin langsung bekerja.

Saat ini Bahrudin menjadi salah satu guru kelas di SDIT Al-Fatih 1 dan juga menjadi salah satu dari TIM MEDIA sekolah Al-Fatih 1.

Bahrudin merupakan sosok yang periang dan juga bersahabat, mungkin karena perawakannya yang besar dan lucumudah bergaul dengan orang-orang sekitarnya.

 

AGUS SETIAWAN

Agus adalah sapaannya, anak yang memiliki nama lengkap Agus Setiawan ini merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Rochmat Tanpuji dan Ibu Wahyuni, agus memiliki adik yang bernama dwi novianto.

Masa kecil Agus awalnya normal seperti kebanyakan anak anak pada umumnya yaitu hidup bahagia dengan ibu dan bapaknya, hingga pada tahun 2001 Ibu dan Bapak agus berpisah karena satu dan lain hal dan saat itu pula Bapak agus di PHK oleh pabrik tempatnya bekerja, selepas Ibu dam Bapaknya  berpisah agus dan adiknya ikut tinggal bersama bapaknya yang banting setir menjadi calo penumpang angkot serta sesekali menjadi tukang parkir di pertigaan bitung.

Karena keterbatasan biaya agus akhirnya melanjutkan sekolah di SMP terbuka yang merupakan sekolah gratis bagi anak tidak mampu. Di sana Agus bertemu banyak guru-guru yang sangat baiK, yang tidak hanya memberikan pelajaran tapi juga memberikan semangat kepada Agus untuk terus menempuh pendidikan yang tinggi, karena dengan pendidikan yang tinggi merupakan salah satu cara untuk merubah kondisi keluarga Agus yang masih serba kekurangan.

Selama bersekolah di SMP terbuka 1 Curug, Agus menyambi menjadi pesuruh tetangganya ibu Anah untuk mengantarkan kue dagangan di toko lince pasar Curug serta membantu belanja bahan bahan untuk membuat kue. Hal itu dilakukan agar Agus mendapatkan uang jajan tambahan karena kondisi bapak yang terbatas penghasilannya.

Hingga saat Agus kelas 3 SMP, alhamdulillah Agus terpilih menjadi salah satu tim cerdas cermat yg mewakili sekolahnya untuk mengikuti lomba motivasi belajar mandiri antar SMP terbuka, dan berhasil menjadi juara 1 tingkat kab. Tangerang dan prov. Banten.

Selepas selesai lomba, Ibu Ita Erlianah guru sekaligus mentor Agus untuk saat persiapan lomba lomojari memberikan informasi kepada Agus untuk mengikuti seleksi beasiswa prestasi di Bina Insan Mulia (BIM). Alhamdulillah Agus akhirnya lolos seleksi beasiswa full dari BIM untuk bersekolah di SMAN 1 Curug (SMAN 3 Kab. Tangerang) dari tahun 2006-2009.

Selain mendapatkan beasiswa dari BIM, Agus bersama Bahrudin dan Sukron pun mendapatkan pembinaan rutin mingguan dan kesempatan menjadi guru bimbel dan privat di CTC Bina Insan Mulia yang ini menjadi salah satu tambahan penghasilan untuk sekolah.

Alhamdulillah beasiswa yang diberikan di BIM dilaksanakan dgn penuh tanggung jawab dengan selalu menjadi peringkat 3 besar dari kelas 10 hingga kelas 12, dan saat lulus SMA  tahun 200, Agus diterima kuliah di Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa melalui Jalur tanpa tes yaitu Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK.

Selama kuliah agus mendapat beasiswa sejak semester 3 hingga semester 7. Agus lulus kuliah tahun 2013 dengan predikat cumlaude 3,61 dan menjadi lulusan terbaik di jurusan serta terbaik ke 3 di fakultas.

Selesai kuliah, Agus mulai melamar pekerjaan di beberapa perusahaan dan akhirnya bisa di terima bekerja di Cita Sehat Foundation (Member of Rumah Zakat) Sebagai Program Head Cab. Cilegon, Lalu pindah ke Auto Diesel Radiator Grup (ADR Grup) sebagai Management Represntative, terakhir sebelum resign, Agus menjadi Kepala Subseksi Management Representative Pak PT.ADR. Dan saat ini agus masih terus berjuang untuk terus membahagiakan keluarganya, sambil bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Badan Standardisasi Nasional.

Bina Insan mulia merupakan salah jalan yg Alloh berikan untuk Agus bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Yaitu lewat bantuan beasiswa yang membuat Agus bisa mengakses dan mendapatkan pendidikan yang layak untuk nantinya bisa membantu Agus merubah kondisi keluarganya dan berkontribusi kebaikan untuk orang lain, insya Alloh. Terima Kasih Bina Insan Mulia, Terima kasih Para Pengurus dan doantur BIM. Semoga Alloh balas kebaikan bapak/ibu semua.

 

SYUKRON

Berasal dari ayah lulusan SD dan ibu yang hanya bersekolah hingga kelas 4 SD, pendidikan tinggi sepertinya bukan jadi hal yang penting, sempat tersampaikan untuk menyelesaikan pendidikan di SMP saja dan meneruskan kerja ikut bersama sepupu. Tentunya untuk masuk SMA diperlukan uang untuk SPP, uang pangkal, ongkos sampai biaya untuk kegiatan-kegiatan sekolah.

Sedangkan apabila bekerja tentunya mendapatkan pemasukan untuk membantu ayah nya yang bekerja sebagai penganyam rotan dan juga ibunya yang seorang pembantu rumah tangga, sehingga sepertinya terdengar sangat bijak tidak melanjutkan sekolah dan bekerja.

Tapi tentunya ada hal yang mengganjal, menjadi peringkat pertama berkali-kali selama SMP dan harus tiba-tiba berhenti, keinginan untuk bersama teman-teman yang memiliki cita-cita dan mimpi yang tinggi, juga memperbaiki keluarga agar menjadi lebih baik nantinya sepertinya kands di tengah jalan.

Alhamdulillah, Allah menunjukkan jalan lewat BIM, bisa meneruskan sekolah bukan lagi angan-angan, bukan hanya bisa sekolah, tapi juga mendapatkan pendidikan agama, organisasi dan juga pengalaman mengajar.

Bertemu dengan orang-orang hebat yaitu para orang tua baru Syukron di BIM yang mengajarkan sangat banyak hal dan juga bertemu rekan perjuangan Syukron yang juga memberikan inspirasi untuk pantang menyerah, beliau-beliau ini memberikan pengaruh yang sangat positif bagi Syukron.

Hingga akhirnya lulus SMA, dan berkat semua pengalaman yang di dapat bersama BIM Syukron memiliki keinginan untuk kuliah, tapi Syukron ingin membahagiakan orang tua dulu, sehingga memilih untuk bekerja dan menabung untuk kuliah.

Setelah 2 tahun bekerja akhirnya memutuskan untuk kuliah sambil bekerja hingga Alhamdulillah berhasil lulus, dan dapat menjadi contoh untuk keluarga besar bahwa orang kampung pun bisa untuk menjadi sarjana. Jangan pernah berhenti berusaha dan terus menjadi yang lebih baik. Tanpa BIM tentunya jalan yang akan Syukron tempuh akan berbeda 180 derajat, terima kasih BIM, terima kasih Allah, atas nikmat yang telah Engkau berikan.

Demikian kisah-kisah menarik yang mereka bertiga rasakan bersama BIM, tidak hanya si BAS yang merasakan hal seperti itu bersama BIM, karena satu dan lain hal, tidak semua kisah anak binaan BIM di sampaikan pada buku ini, mudah-mudahan  kisah ketiga si BAS ini sudah cukup mewakili kisah perjuangan mereka untuk bertahan hidup, berjuang dan berprestasi.


Salam Literasi

Kang Mul Jozz

#Day12ChallengeRelikabTang

Kisah Cinta Di BIM

 

Berdirinya Bina Insan Mulia (BIM) di tahun 2002 juga mengingatkan saya akan masa-masa indah honeymoon (bulan madu) bersama istri tercinta. Karena pernikahan kami hanya berselang 3 bulan sebelum BIM berdiri, kami menikah hari ahad, 12 mei 2002, sementara notulen rapat pertama BIM tertanggal 28 juli 2002 hari ahad juga.

Pernikahan yang baru berumur jagung itu, menuntut kami (saya dan istri) untuk saling mengerti satu sama lain, apalagi kami sama-sama kerja waktu itu, jadi terkadang rasa capek sepulang kerja bisa menyulut perdebatan kecil hanya gara-gara salah bicara. Tetapi biasanya kami cepat akur kembali dan rasa sayang itu justru makin bertambah……uhuy.

Kesibukan kami setelah menikah selain kerja, juga ada beberapa taklim/pengajian yang kami ikuti, baik pengajian yang di adakan di masjid perusahaan maupun beberapa pengajian yang di adakah di masjid lain, dan biasanya acara di hari ahad.

Waktu itu kami sudah terbiasa kemana-mana berboncengan naik sepeda onthel karena belum punya sepeda motor, tapi justru menambah romantisme kami berdua. Begitu juga setiap kali kegiatan BIM yang juga sering di adakan di hari ahadpun kami tempuh dengan bersepeda.

28 juli 2002 setelah notulen pertama BIM dan menempatkan saya di posisi Sekretaris, makin menambah kesibukan saya untuk menjalankan roda organisasi lembaga ini, kami para pengurus intens melakukan rapat-rapat kerja mulai dari :

- Pembagian tugas di masing-masing perusahaan, karena pengurus BIM terdiri dari beberapa pengurus yang bekerja di beberapa perusahaan yang berbeda.

- Penggalangan dana dari para donator yang mayoritas karyawan perusahaan di kawasan manis Curug dan kawaan industri Jatake.-

- Survey ke rumah-rumah warga di sekitar lokasi sekretariat BIM untuk menentukan siapa yang berhak menerima dana bantuan beasiswa Yatim dan Dhuafa tersebut.

- Rapat lagi membahas langkah berikutnya ……

Begitulah kesibukan saya di awal di bentuknya lembaga BIM ini.

Secara struktur, istri saya tidak masuk dalam jajaran pengurus BIM, jadi praktis yang aktif di sana hanya saya, namun setiap kegiatan yang berkaitan dengan penyaluran beasiswa atau kegiatan yang melibatkan orang banyak dengan mengundang beberapa pihak yang terkait dengan acara tersebut, istri saya dan istri para pengurus yang lain ikut dilibatkan untuk membantu kelancara proses kegiatan tersebut, dan ibu-ibu biasanya spesialis bagian mempersiapkan konsumsi dan dekorasi.

Seperti peresmian BIM waktu itu di awal tahun 2003 yang mengundang 100 anak yatim dhuafa di aula kecamatan Curug yang di hadiri oleh perwakilan dari Bapak Camat kecamatan Curug, semua pengurus dan keluarga kecilnya ikut gabung dalam acara tersebut.

Kesibukan kami para pengurus menjalankan kerja-kerja sosial di lembaga ini makin terasa asyik dan menyenangkan, karena kami tidak kerja sendiri, tetapi melibatkan keluarga kami di setiap kegiatan, sehingga antar keluarga pengurus itu saling kenal dan akrab satu sama lain.

Terkadang di antara para istri pengurus merengek pengen ikut acara tertentu, sementara hasil kesepakatan, acara ini hanya di ikuti oleh pengurus dan anak-anak binaan BIM. Mengapa bisa terjadi seperti itu ? karena hampir semua pengurus adalah karyawan perusahaan yang hari liburnya hanya di hari ahad saja, otomatis semua kegiatan BIM selalu di adakan di hari libur yaitu ahad.

Istri dan anak-anak tentu berharap,libur kerja ayahnya di rumah santai bersama keluarga atau jalan-jalan melepas penatnya kesibukan kerja selama 6 hari sebelumnya, tetapi kami para pengurus harus merelakan waktu libur tersebut untuk menjalankan agenda sosial yang sudah di sepakati bersama. Karena kondisi itulah kami harus membagi waktu yang memungkinkan, kapan keluarga bisa diikut sertakan untuk membantu kegiatan BIM dan kapan tidak di ikut sertakan.

Selama perjalanan BIM 18 tahun ini, kami para pengurus bukan tidak ada masalah satu sama lain, tetapi sama saja dengan organisai yang lain, terjadi silang pendapat antar pengurus, bersitegang dan bahkan sampai berujung pengunduran diri dari salah satu pengurus, itu juga terjadi di lembaga ini, dan terjadinya bukan hanya sekali dua kali, tetapi berkali-kali.

Beruntungkami mempunyai ketua lembaga yang sangat bijaksana, Bapak Jajat Darojat yang wajahnya mirip sama Ustadz Al-Habsyi dai Palembang, ganteng, lemah lembut dan berwibawa, sehingga ketegangan di atara kami saat rapat atau berinteraksi di lembaga cepat sekali cairnya, cepat sekali baikannya, tidak pernah terbersit dendam dan sakit hati, kami saling memahami dan akhirnya kami punya prinsip seperti anak kecil :”jika terjadi permasalahan di antara para pengurus, cepat melupakannya seperti anak kecil, setelah berantem nggak berapa lama baikan lagi dan kembali fokus ke permainan”.

Tak jarang pak Jajat Darojat harus silaturahim ke rumah pengurus yang telah menyatakan mengundurkan diri, untuk mengurungkan niatnya dan kembali bersama kami, dan usaha itu tidak sia-sia, Alhamdulillah akhirnya teman-teman yang pernah melakukan itu kembali berjuang bersama kami di lembaga ini.

Namun ada juga pengurus yang akhirnya harus mengundurkan diri, meski sudah berusaha kami ajak kembali, tetapi pilihannya tetap ingin berjuang di tempat yang lain, ya sudahlah …..berat melepasnya, tapi kami harus ikhlas. Menyikapi hal ini, kami tak bisa memaksa untuk tetap disini, karena ini memang kerja sosial yang menuntut keikhlasan dan kerelaan baik waktu, tenaga dan pikiran.

Itulah kisah cinta dan kasih sayang kami di Bina Insan Mulia, berawal dari keluarga di tambah keluarga di tambah keluarga, akhirnya menjadi beberap keluarga terlibat langsung di kerja sosial ini dan kami makin yakin bahwa kebersamaan kami selama ini telah menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang karena Allah Subhanahu wata’ala.

Kami sudah sangat mengenal karakter satu sama lain, layaknya keluarga, kami mampu meredam emosi Karena kedekatan emosi, kami sudah memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga bisa saling mengisi.

Kerj-kerja kami kedepan akan lebih berat lagi, karena perkembangan zaman dan teknologi yang menuntut kami para pengurus harus mengupgrade dan meng update diri agar mampu mencetak generasi-generasi yang unggul dan professional di bidangnya masin-masing, yang bertaqwa kepada Allah dan berakhlaqul karimah.


Salam Literasi

Kang Mul Jozz

#Day11ChallengeRelikabTang


Selasa, 16 Maret 2021

Kenapa Orang lebih suka menulis di Facebook daripada di Blog ?

Ini hanya contoh kecil tulisan saya, dengan judul yang sama, dan isi yang sama, tapi perhatian dan reaksi pembaca sangat berbeda.

Perhatikan kolom komentar dan perbedaan jumlah pembaca di laman Facebook (FB) dan Blog berikut ini :
Tulisan di Blog

Tulisan di FB

Dengan judul dan isi tulisan yang sama, bahkan foto juga sama karena hasil tulisan di Blog di Copy paste (Copas) ke FB, tetapi reaksi netizen atau teman-teman kita di media sosial sangat jauh berbeda.

Di Blog hanya ada 11 viewer (yang melihat tulisan entah baca atau tidak), dan 1 komentar.

Sedangkan di FB ada 275 reaksi (Like, Love, Sad/ Suka, Cinta, Sedih), dan 186 komentar, bahkan dibagikan sebanyak 8 kali. Sampai tulisan ini saya buat yang like dan komentar masih bertambah terus.

Berarti lebih bagus di FB dong nulisnya dari pada  di Blog, banyak yang komentar di FB ? Belum tentu, tergantung tujuan penulisannya mau di pakai untuk apa ?

Dan memang fungsi dari Keduanya berbeda. Blog muncul lebih dulu dari pada FB, sejarah Blog bisa di cek di Wikipedia sebagai berikut :

Media blog pertama kali dipopulerkan oleh Blogger.com, yang dimiliki oleh Pyra Labs sebelum akhirnya diakuisisi oleh Google pada akhir tahun 2003.[2][3] Semenjak itu, banyak terdapat aplikasi-aplikasi yang bersifat sumber terbuka yang diperuntukkan kepada perkembangan para penulis blog tersebut.

Blog mempunyai fungsi yang sangat beragam, mulai dari sebuah catatan harian, media publikasi dalam sebuah kampanye politik, sampai dengan program-program media dan perusahaan-perusahaan. Sebagian blog dipelihara oleh seorang penulis tunggal, sementara sebagian lainnya oleh beberapa penulis. Banyak juga blog yang memiliki fasilitas interaksi dengan para pengunjungnya, seperti menggunakan buku tamu dan kolom komentar yang dapat memperkenankan pengunjungnya untuk meninggalkan komentar atas isi dari tulisan yang dipublikasikan, namun demikian ada juga blog yang bersifat sebaliknya (non-interaktif).

Versi yang lain menyampaikan seperti yang di sampaikan di Kompasiana :

1. Pengertian Blog

Blog adalah kependekan dari Weblog, istilah ini pertama kali digunakan oleh Jorn Barger pada bulan Desember 1997. Jorn Barger menggunakan istilah Weblog untuk menyebut kelompok website pribadi yang selalu diupdate secara kontinyu dan berisi link-link ke website lain yang mereka anggap menarik disertai dengan komentar-komentar mereka sendiri.
Dengan kata lain, Weblog dapat diartikan sebagai kumpulan website pribadi yang memungkinkan para pembuatnya menampilkan berbagai jenis isi pada web dengan mudah, seperti karya tulis, kumpulan link internet, dokumen-dokumen(file-file WOrd,PDF,dll), gambar ataupun multimedia. Ada pula yang mendefinisikan blog sebagai situs yang sifatnya pribadi, yang lebih menitik beratkan kepada penggambaran dari orang yang membuat blog itu sendiri. Seiring dengan perkembangn weblog dari waktu ke waktu, pengertian weblog akan berkembang seiring dengan ide-ide dan kemauan para Blogger. Blogger adalah para pembuat Blog. Dimana, melalui blog yang dibuat oleh blogger, kepribadian blogger menjadi lebih mudah dikenali berdasarkan topik apa yang disukai, apa tanggapan terhadap link-link yang di pilih didalamnya. Oleh karena itu Blog bersifat sangat personal.

2.Sejarah Blog

Blog pertama kemungkinan besar adalah halaman “What’s New” pada browser Mosaic yang dibuat oleh Marc Andersen pada tahun 1993. Mosaic adalah browser pertama sebelum adanya Internet Explorer bahkan sebelum Nestcape. Bulan Januari 1994 Justin Hall memulai website pribadinya “Justin’s Home Page” yang kemudian berubah menjadi “Links from the Underground” yang mungkin dapat disebut sebagai Blog pertama seperti yang kita kenal sekarang. Hingga pada tahun 1998, jumlah Blog yang ada masih sangat sedikit. Hal ini disebabkan karena saat itu diperlukan keahlian dan pengetahuan khusus tentang pembuatan website, HTML, dan web hosting untuk membuat Blog, sehingga hanya mereka yang berkecimpung di bidang Internet, System Administrator atau Web Designer yang kemudian pada waktu luangnya menciptakan Blog-Blog mereka sendiri.

(Tulisan yang tercetak Tebal dan miring informasi Copas dari Google, sebagai tambahan pengetahuan tentang Blog)

Sedangkan Facebook sejarahnya bisa kita browsing di google dan hasilnya saya screenshoot sebagai berikut :


Pengguna blog awalnya  hanya orang-orang tertentu, khususnya yang biasa bekerja menggunakan komputer atau laptop dan terkoneksi dengan internet, sehingga penggunanya dan pembacanya terbatas hanya orang yang mempunyai perangkat tersebut.

Awalnya  Facebookpun sama hanya melalui Komputer atau laptop yang terhubung dengan internet, tetapi seiring di temukannya Smartphone teknologi android atau Handphone android yang hampir semua fasilitas di komputer atau laptop bisa di download ke HP, maka pengguna Facebook meledak bak tsunami yang tak bisa di bendung lagi, mulai dari anak-anak usia 6 tahun sampai kakek-kakek usia 90 tahun pun memiliki akun Facebook pribadi.

Itulah salah satu penyebab, mengapa tulisan di Facebook lebih populer dari pada tulisan di Blog.

Sekali menulis di FB dengan setingan publik maka 5000 teman kita (jika pertemanan sudah full) akan membaca tulisan kita, tetapi saat menulis di blog tanpa di share ke group-group WhatsApp (WA) atau jaringan pribadi WA, maka tak ada satupun yang akan membaca tulisan kita, apalagi jika link blog kita tidak dikenal orang lain, maka jangan berharap ada yang berkunjung ke blog kita.

Namun bagi para penulis, apalagi penulis pemula seperti saya, maka blog bisa menjadi semacam Bank Tulisan yang setiap ada ide apapun bisa saya tuangkan di blog tersebut. Karena kita manusia pelupa, ide hebat jika tidak langsung di tuliskan bisa lupa seketika. Blog bisa menjadi semacam tabungan tulisan yang bisa saya buka sewaktu-waktu jika diperlukan.

Jadi, kita bisa fungsikan keduanya sesuai kebutuhan kita.

Salam Literasi

By Kang Mul Jozz

#Day8ChallengeRelikabTang









Jumat, 12 Maret 2021

Tragedi Selepas Subuh, Alur rejeki yang Unik

      Foto Etalase yang Jatuh bersama Gerobak

Seperti biasa, pagi ini selepas Sholat Subuh saya mempersiapkan dagangan menjemput rejeki dari Allah, Nasi Uduk PLP (Pelipur Lapar Pagi) beserta pernak perniknya, lontong sayur plus Gorengan. Semua masakan istri yang mengolah sejak pukul 03.45 WIB, kecuali Nasi Uduk PLP nya, special Chef Mul yang masak.

Tepat pukul 06.30 semua perlengkapan menjemput rejeki pagi ini sudah siap, semua sudah di atas gerobak, tinggal dorong ke depan gerbang untuk di jajakan. Selalu terngiang di telinga sejak pagi, sambil masak, istri saya selalu bergumam, "Mudah-mudahan dagangan hari ini habis, dapat untung lumayan bisa buat bayar listrik" dia ucapkan berkali-kali karena jualan kemarin agak sepi.

Dengan semangat 45 saya dorong gerobak yang bermuatan penuh itu  dan tiba-tiba "Gubraaaaakkkk" .......spontan saya teriak "Allahu Akbar" ........ "Pyarrrrr ......pecah berantakan ..... Nasi uduk di termos tumpah sebagian, tatakan etalase dari kaca pecah jadi 3, piring berisi telur balado tumpah ruah, mangkok sambel pecah berkeping-keping, Teko berisi teh anget tumpah ke jalanan, gorengan terlempar  bersama tempatnya, etalase mini andalan jatuh di samping gerobak ......tempe orek tumplek blek tak bisa di selamatkan, sayur untuk lontong membanjiri etalase yang terkapar...... (Kerugian di taksir sekitar 300-400ribu). Cukup lumayan untuk ukuran pedagang kecil seperti kami.

Melihat kejadian itu 2 orang Satpam yang berdiri di gerbang yang berjarak 20 meter berlarian menuju ke tempat gerobak saya terguling, tiba-tiba ada sekitar 4-5 orang entah dari mana datangnya sudah berada di sekitar gerobak untuk membantu saya membereskan sisa dagangan yang hancur dan tak bisa di  jual lagi.

Saya hanya terdiam, berdiri bengong  geleng-geleng kepala dan menyesali apa yang sudah terjadi, "Astaghfirullah ....."  Perasaan dari pagi tak ada firasat apa-apa, semua berjalan baik-baik saja.

"Pak Mul buru-buru ya ?" Tanya pak Edy, tetangga depan pelanggan setia nasi uduk PLP yang ikut mbantuin mberesin sisa-sisa tragedi pagi ini.

"Iya pak .... Posisi miring tadi terus berat sebelah kayaknya" jawab saya masih belum percaya dengan apa yang sedang terjadi. 

Tak bisa membayangkan bagaimana perasaan istri melihat kondisi dagangannya, harapan rejekinya pagi ini hancur lebur. Hampir 3 jam dia persiapkan semuanya, berharap pagi ini Allah kasih tambahan rejeki sebagai ganti sepinya jualan kemarin.

Saat orang-orang sibuk membantu membereskan makanan yang berserakan, saya justru masuk ke rumah, membuka pintu dan dengan rasa bersalah, wajah memelas menatap wajah istri, "Nggak bisa jualan pagi ini mi ..." 

Rupanya istri saya sudah mengintip tragedi pagi ini lewat kaca jendela dapur, dan tampak jelas wajah murung penuh kekecewaan atas kecerobohan saya. Tanpa berkata apa-apa, dia langsung duduk selonjoran kaki dan termenung seolah mengatakan "Listrik nggak kebayar lagi hari ini".

"Ma'afin Abi " ...... 
Saya benar-benar serba salah dan sangat mengerti kekecewaan istri,  bagaimana capeknya dia, harus bangun pagi-pagi, memasak lauk-lauk dan gorengan,  dalam waktu 2-3 detik hancur semua karena kecerobohan dan ketidak hati-hatian saya.

Setelah Gerobak di angkat rame-rame dan kembali berdiri, saya membereskan sisa-sisa makanan yang terserak di jalanan. Satpam dan beberapa orang yang membantu sudah kembali ke tempat masing-masing kecuali pak Edy, tetangga depan rumah, seorang kontraktor yang selalu berempati kepada siapapun termasuk kepada saya pagi ini.

Spontan beliau (Pak Edy) malah membeli bakwan yang masih terselamatkan, "Saya beli bakwannya pak" .....

”udah ambil aja pak, saya nggak jadi jualan, udah ambil aja ..." Kata saya ke pak Edy

Tapi beliau malah ambil bakwan dan membayarnya dengan sejumlah uang, "Makasih banyak pak sudah membantu" ..... Juga kepada Bapak Satpam tak lupa saya sampaikan ucapan terima kasih.

Kesabaran saya pagi ini benar-benar di uji, ibarat nasi sudah menjadi bubur, tinggal di tambahin ayam, kasih kuwah yang lezat, kasih sambel, krupuk, dan jangan lupa daun bawang sama kacang kedelai kalau suka. Di nikmati untuk sarapan pagi cukup untuk mengganjal perut yang keroncongan. Begitupun kejadian pagi ini, sekalian membersihkan makanan yang berserakan, saya lanjutkan membersihkan dan merapikan teras rumah yang berantakan.

Saat beres-beres itulah keajaiban rejeki itu datang. Pak Edy sudah berdiri lagi di dekat gerobak nasi uduk, "lagi beres-beres pak Mul ?" Kata beliau.

"Iya pak, sekalian libur jualan mberesin teras nich" jawab saya penuh semangat kesedihan memikirkan perasaan istri yang kecewa berat yang bisa di baca dari gestur tubuhya (slonjoran kaki dan bengong).

"Pak, ini saya bantu sedikit buat modal besok" Pak Edy menyodorkan sejumlah uang untuk membantu kami.

"Nggak usah pak" jawab saya sambil terus melanjutkan pekerjaan bersih-bersih teras.

"Udah ambil aja, ini saya dapat rejeki, ada yang bayar kontrakan, lumayan nich pak Mul ambil aja"  setengah memaksa beliau mengulurkan tangan kanannya yang terselip uang ratusan dan limapuluhan beberapa lembar.

"Masya Allah pak Edy, terima kasih banyak nich, semoga rejeki pak Edy lancar berkah melimpah" 
Tak lupa do'a saya panjatkan untuk kebaikan pak Edy. 

"Aamiin, do'a yang sama untuk pak Mul' beliau pun berlalu ke rumahnya.

Selang 15 menit dua orang pengurus Masjid datang ke rumah. Dan menanyakan kondisi dagangan saya.

"Pak Mul, katanya gerobak ngguling tadi" kata pak Ngatiman bendahara masjid.

"Iya pak, posisi miring berat sebelah dan jatuh, jadi libur pagi ini saya" sedikit saya ceritakan kronologis kejadiannya tadi.

"Nanti malam ada acara di masjid, bisa pesan lontong sayur 50 porsi pak ?" timpal pak Aris, Sekretaris DKM.

" Ooo saya cek dulu ya pak, ada stock atau bisa pesan lontong nggak pagi ini, soalnya lontongnya saya pesan bukan bikin sendiri" jawab saya penuh harap pesanan ini bisa saya penuhi malam ini.

Alhamdulillah setelah di cek ke pasar lontong masih ada dan cukup untuk 50 porsi malam ini.

Suatu  cerita, kisah nyata alur rejeki yang unik sampai kepada keluarga kami selepas tragedi di pagi hari. Bersyukur kami di kerumuni oleh orang-orang baik, orang-orang Sholeh yang berempati dan punya kepedulian yang tinggi, semoga saya bisa meniru kebaikan mereka.

Salam Literasi
Latihan Menulis

Kang Mul Jozz

#Day5ChallengeRelikabTang





Hanya 100 Ribu Harga Suaramu di Pemilu

PEMILU Si Pembuat Pilu Tahun 2024 Indonesia menggelar Pemilu Pilpres dan Pileg. Ada yang menarik untuk dibahas dan dianalisis, yaitu fenomen...