BIM Berbagi

BIM Berbagi

Rabu, 11 November 2020

CINTA PERTAMA PUTRIKU


Sebelum melanjutkan Menulis tentang tema besar Merindukan Mahkota Surga, saya menyelipkan moment istimewa ini untuk sekadar berbagi cerita dengan pembaca setia Blog Kang Mul Jozz.

Foto yang saya tampilkan ini kiriman putri sulung saya yang saat ini sudah mengajar di Ponpes Wadil Qur'an Serpong (Pengajar Program Tahfidzul Qur'an). Salma Nafisah namanya yang mempunyai arti Keselamatan yang tak ternilai, kira-kira begitu maknanya.

Harapan saya dan istri saya saat memberikan nama itu tentu ingin agar Putri sulung kami tersebut selalu selamat di dunia dan akherat dan juga bisa menjadi penolong kedua orangtuanya dengan do'a-doa terbaiknya.

Saat saya dan istri telah di panggil menghadap-Nya suatu saat nanti, dia (Salma) dan adik-adiknya selalu mendo'akan kami saat amal kami yang lain tak mampu berbuat apa-apa. Hanya Amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do'a anak yang shaleh dan shalehah yang bisa menembus langit menolong kami di alam kubur nanti.

Ayah adalah cinta pertama bagi Putrinya, kalimat itu sering terngiang di telinga saya dan menusuk tajam ke relung kalbu yang terdalam. 

Ada kekhawatiran, "apakah aku sebagai ayahnya mampu menjadi ayah yang di idamkannya ?" Pertanyaan itu mengusik saya, rasanya malu jika harus bertanya kepada ketiga Putri sholehah saya, khususnya si sulung yang mulai beranjak dewasa.

Kiriman foto ini sedikit menjawab pertanyaan saya selama ini, semoga kami sekeluarga selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah Subhanahu wata'ala.

#Day13novAISEIWritingChallenge

PENGALAMAN PERTAMA MENGAJAR


Masih berkisah tentang seorang anak Dusun di pojokan Propinsi DIY yang bercita-cita pergi ke kota untuk merubah nasib demi keluarga. 

Perjalanan panjang yang mengikuti arus takdir dari sang Maha Penentu keputusan hidup seseorang. begitupun dengan takdir yang di jalani anak dusun ini.

Sebelum hijrah menuju ke kota yang biasa jadi impian dan idaman anak-anak kampung, remaja tanggung ini sempat mengenyam pendidikan praktis berorganisasi melalui wadah IRMA (Ikatan Remaja Masjid Al-Amin) Ngadipiro Kidul.

Sekretaris dan Ketua adalah langganan jabatannya di organisasi mini lokal ini. Pernah satu ketika sebelum terpilih menjadi Ketua IRMA, Simul merasa ada yang aneh dengan pelaksanaan Voting yang dilakukan malam itu.

Kandidat kuat menjadi Ketua adalah calon incumbent yang cukup lama menjabat sebagai Ketua. Karena ingin suasana baru, remaja yang lain ingin melakukan pergantian Ketua dan Simul menjadi salah satu yang di jagokan.

Tibalah saatnya penghitungan suara. Panitia mulai membuka dan menghitung surat suara yang berbentuk gulungan kertas mirip kocokan arisan dan bertuliskan nama calon ketua (namanya juga voting ala dusun ...hehehe)

"Yanto" ..... Sah
"Yanto" ..... Sah
"Simul cerdas dan bijaksana" ......Sah
"Simul cerdas dan bijaksana" ...... Sah

Begitu seterusnya berselang seling antara Yanto (incumbent) dan Simul sang penantang, lucunya, setiap ada suara Simul selalu di sertai tulisan cerdas dan bijaksana, ini voting rada aneh, seperti ada yang menggerakkan dan memberikan komanda untuk menambahkan tulisan itu.

Di akhir voting akhirnya Simul memperoleh suara terbanyak dan secara otomatis menjadi ketua IRMA periode itu.

Sejak menjabat sebagai ketua, Simul makin aktif di kegiatan masjid. Beberapa hal yang ditekankan oleh ketua baru adalah penertiban administrasi, laporan keuangan dan lain-lain yang di ketik memakai mesin ketik manual jaman dulu (1993).

Hal lain yang menjadi prioritas pengurus baru adalah memakmurkan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) yang mulai berkoordinasi dengan BAMUSTAMAS (Badan Musyawarah Takmir Masjid) sekecamatan Semin.

Sudah mulai di adakan wisuda TPA bagi yang lulus Iqro 6 dan menuju Juz 'Amma. Simul yang mulai sekolah di SMEA Muhammadiyah Semin ikut aktif mengajar TPA, mengajar Iqro adik-adik SD dan SMP yang ada di dusunnya.

Pengalaman pertama mengajar Iqro saat itu sungguh menjadi pengalaman berharga dalam hidupnya, bagaimana harus bersabar membimbing anak orang, harus sabar mengarahkan anak-anak yang mempunyai katakter yang berbeda-beda ......

Bersambung .......

#Day8novAISEIWritingChallenge



Selasa, 10 November 2020

PIDATO PERDANA

                 Foto hanya Ilustrasi

Tak terasa Simul Kecil sudah mulai beranjak remaja, dia melanjutkan sekolahnya di SMP Negri 1 Semin, berjarak 5 Km dari rumah orang tuanya.

Simul berangkat ke sekolah bersama teman-temannya naik angkot, ongkos kala itu Rp. 50,- sekali jalan, jadi Pergi pulang Rp. 100,- itu tarif naik angkot anak sekolah sekitar tahun 1990 an di Kecamatan Semin Kabupaten Gunungkidul.

Tambah usia, tambah keberanian dan tambah teman, itulah perkembangan yang terjadi pada Simul remaja. Meski dia anak Dusun yang kampungnya belum berlistrik, tapi harapan dan cita-citanya terang benderang.

Secara akademis Simul remaja termasuk yang cukup bagus karena selalu peringkat 3 besar di kelasnya, bahkan ketika masuk SMP Negri 1 Semin, NEM nya (Nilai Ebtanas Murni), kalau sekarang nilai UN, peringkat ke-6 dari 300 an siswa yang mendaftar .

Pengalaman berharga pertama kali datang ke kota kecamatan adalah saat Simul bersama Tri wandono dan Saltini mewakili SD se-Rejosari (tingkat desa) ikut lomba Cerdas Cermat Agama (CCA) tingkat kecamatan.

Meski tak berhasil menjadi juara 1, tapi moment itu telah membuat Simul Dkk menjadi lebih PD ( Percaya Diri) dan menambah pengalaman tampil di tingkat kecamatan.

Sementara pidato perdananya Simul, dia tampilkan saat lomba pidato di Masjid Al-Amin saat bulan Ramadhan dan berhasil menjadi juara 1. Metode yang di pakai adalah menghafal naskah yang sudah di buat sebelumnya.

Sejak itu, Simul selalu tampil mengikuti lomba-lomba apa saja yang berkaitan dengan agama, baik lomba di Masjid dusunnya juga lomba yang di adakan oleh sekolah. Dia menganggap penting mengikuti lomba-lomba itu sebagai ajang pembelajaran tampil di depan umum.


Bersambung ......  

#Day7novAISEIWritingChallenge







Minggu, 08 November 2020

IKUT LOMBA-LOMBA

                      Foto hanya ilustrasi 

Yang paling mengasyikkan setelah sekian bulan ngaji  apalagi kalau bukan pelaksanaan lomba-lomba .......uji kemampuan, kecerdasan dan keberanian.

Meski hanya tingkat Dusun, tapi cukup meningkatkan adrenalin para pesertanya, tak terkecuali Simul kecil. 

Simul butuh pembuktian dari hasil belajarnya selama ini, apakah sesuai target atau tidak, sesuai ekspektasi atau tidak ( eh ...,anak dusun jaman dulu mana tau ekspektasi ?) ......mungkin itu bahasa Simul milenial seperti sekarang ini.....hehehe

Jenis-jenis lomba yang biasa di pertandingkan di Masjid Al-Amin antara lain :
1. Lomba Cerdas Cermat beregu.
2. Lomba Bacaan Shalat beregu.
3. Lomba Wudhu perorangan.
4. Lomba Adzan perorangan.
5. Lomba Pidato perorangan.
6. Lomba Membaca Iqro/Al-Qur'an.

Dari keenam jenis lomba yang di pertandingkan tersebut, biasanya Simul kecil ikut semua dan biasa menjadi langganan juara 1 lomba Cerdas Cermat beregu, Lomba Bacaan Shalat beregu, Lomba Adzan perorangan dan lomba Pidato perimorangan.

Saat pembagian hadiah adalah saat-saat yang mendebarkan, di depan jama'ah yang terdiri dari orangtua dan para santri terdapat meja panjang.
Panitia sengaja memajang hadiah-hadiah itu di atas meja untuk membuat suasana menjadi lebih seru dan mendebarkan.

Artis papan atas yang menerima panasonic award karena penampilannya di sebuah film, masih kalah berdebarnya dibanding Simul yang sedang menunggu di panggil menerima hadiah saat itu.

Saatnya tiba, MC ( Master of Cermony) memanggil satu persatu sang juara untuk maju kedepan menerima hadiah istimewa itu. 

Dan tibalah pembacaan Juara lomba pidato :
".......selanjutnya adalah pembacaan juara lomba pidato perorangan, bagi yang di panggil namanya harap maju ke depan, Juara satu, dengan nilai 1789 di raih oleh ..........Simullllll"

Suara  riuh di masjid itu tambah seru (namun tetap menjaga adab di masjid) saat sang juara di panggil, karena itu panggilan untuk ketiga kalinya setelah meraih juara 1 lomba Adzan perorangan dan juara 1 lomba Cerdas cermat beregu.

Dengan langkah penuh percaya diri, Simul menuju ke depan untuk meraih hadiah kotak besar yang di bungkus kertas warna coklat dan bertuliskan JUARA 1 LOMBA PIDATO.

Dalam hati Simul berkata :"Alhamdulillah ya Allah, gemetaran saya sudah hilang sekarang"

Bersambung .........

#Day6novAISEIWritingChallenge

 


SEMANGAT BELAJAR

Selalu bersemangat saat belajar itu menjadi hal yang sangat penting bagi seorang pembelajar. Hal ini juga yang harus di perhatikan oleh seorang pengajar, bagaimana menghidupkan suasana belajar menjadi hidup dan menyenangkan. 

Tak terkecuali mengajar TPA di dusun yang belum masuk listrik seperti di tempat tinggal Simul, tentu butuh kreatifitas para pengajarnya. Karena biasanya anak-anak dusun cenderung pasif, jadi sang guru harus ekstra kreatif untuk menghidupkan suasana.

Seminggu 2 kali jadwal ngaji di sore hari, jam 15.30 sampai dengan jam 17.30…. Simul selalu hadir tepat waktu, karena dia memang tipikal anak yang bersungguh-sungguh jika mengerjakan sesuatu.

Untuk mengurangi kejenuhan saat mengaji di dalam ruangan, pengurus TPA memutuskan untuk ngaji di ruang terbuka, dan yang di pakai  halaman pojok rumah salah satu pengajar yaitu mas Eko. Ngaji di bawah pohon sawo. Pengajian di luar ruangan ini hanya dilakukan sesekali sebagai selingan.

Berkat semangat dan konsistensinya, Simul mampu menyelesaikan Iqro jilid 6 dengan cepat dan tak ketinggalan dengan teman-temannya.

Simul juga sudah hafal semua gerakan dan bacaan dalam Shalat beserta dzikir lanjutan setelah Shalat. Simul seperti berjalan sendiri, mengalir mengikuti arus hidayah dan kasih sayang Allah kepadanya karena ketulusan dan semangatnya itu.

Sejak saat itu ia berusaha tidak meninggalkan shalatnya meskipun tak ada yang mengingatkan. Simul kecil seperti mencari dan terus mencari dimanapun hidayah itu ada, dia mencari hidayah untuk menjemputnya menjadi teman setia.

Ceramah di kaset khas KH. Zainudin MZ menjadi salah satu sumber rujukan fatwa kala itu. Beliau dai kondang sejuta umat yang mampu memukau para pendengar dan jama'ah yang mendengarkan suaranya.

Logat khas Betawi diselingi guyon-guyon renyah membuat pendengar dan jama'ah makin betah, tak mau beranjak pergi sebelum beliau mengucapkan salam penutupan.

Ceramah beliau inilah yang makin membuat Simul bersemangat mendalami Islam, dan hari-hari bahagia yang dinantikan Simul kecil adalah saat datangnya bulan suci Ramadhan.

Bersambung ............,

#Day5novAISEIWritingChallenge




Sabtu, 07 November 2020

JADI SANTRI DI TPA

 

                             Foto hanya ilustrasi
 
Saat Simul kelas 3 SD sekitar tahun 1985, dusun Ngadipiro kidul sudah memiliki Masjid sendiri, meskipun masih sederhana, namanya Masjid Al-Amin yang didirikan atas swadaya masyarakat dan lokasinya tidak jauh dari rumah pak Wardi sang guru ngaji.
            
Antusiasme anak-anak muda kala itu untuk memakmurkan masjid sungguh sangat luar biasa, mereka rata-rata masih sekolah di tingkat SLTA ( Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). 

Ada yang di SMEA Muhammadiyah Semin seperti Mas Eko Sukanto, yang di SMA Watu payung seperti Mas Sutomo dan Mas Wagiyanto, SMA Muhammadiyah Manyaran di wakili Mas Sakino.
         
Serta remaja-remaja lainnya yang tergabung dalam Ikatan Remaja MAsjud Al-Amin yang di singkat IRMA. 
     
Simul kecil sangat terkesan mengikuti pengajian hafalan yang di adakan di rumah pak Wardi, hingga saat IRMA mendirikan TPA ( Taman Pendidikan Al-Qur'an) kala itu, Simul ikut bergabung juga menjadi santri di TPA tersebut. 

Buku panduan yang di gunakan untuk belajar mengajar dan mengenal huruf hijaiyah  waktu masih Qiroati 10 jilid yang baru, kemudian diperbaharui ke Iqro dengan 6 jilid karangan KH. As'ad Humam dari Jogjakarta yang terkenal sampai saat ini.
     
Dengan beberapa pertimbangan, pelaksanaan TPA di adakan di sore hari selepas Sholat Ashar, agar anak-anak usia SD bisa ikut semua.Namun selalu terjadi seleksi alam di hal apapun, tak terkecuali santri TPA Al-Amin ini. Awal di buka TPA peserta begitu membludak saking antusiasmenya orangtua ingin anaknya bisa ngaji.

Berjalannya waktu akhirnya santri TPA terseleksi dengan sendirinya, santri mulai berkurang dan dari situlah nanti lahir santri-santri yang konsisten meneruskan organisasi Ikatan Remaja Masjid Al-Amin.
       
Semangat menjadi santri TPA membuat Simul jarang absen saat jadwal pengajian sore, dia selalu hadir jalan kaki yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya

Simul tak mau lagi malu di depan teman-temannya karena nggak hafal surat Al-Fatihah, atau suatu saat nanti  nggak bisa baca Al-qur'an karena jarang hadir di pengajian. 

Gemetaran yang pernah dulu pernah ia rasakan saat pertama kali di suruh baca Al-Fatihah dan nggak bisa masih sangat terasa di benaknya dan itulah yang yang membuat Simul memacu dirinya untuk bisa berprestasi seperti teman-temannya.

Bersambung .......


#Day4NovAISEIWritingChalenge
                    
            





GILIRAN BACA, GEMETERAN

       Foto hanya ilustrasi, karena dokumen tahun
    1984 belum ada, kamera masih barang mewah

Tibalah saatnya ngaji pertama kalinya simul kecil, dia hanya sekedar hadir di majelis pengajian itu bersama kedua kakaknya mbak Marti dan Mas Gino. Pengajian itu memang di hadiri anak-anak dan remaja, dan di kelompokkan sesuai kemampuan masing-masing.

Belum ada buku Iqro apalagi Utsmani, Qiroati atau buku metode lain. Yang di ajarkan hanya hafalan surat-surat pendek, do'a-doa harian dan belajar shalat.

Meskipun jantung berdetak cukup kencang, Simul tetap mengikuti pengajian itu, dia berkata dengan dirinya sendiri " Terangane okeh tenan sing melu ngaji" (Ternyata banyak juga yang ikut ngaji) ......dia seolah masuk kedunia lain, karena itu pengalaman pertama baginya.

Suara hafalan surat-surat pendek bersahut-sahutan antar kelompok, ada yang sedang menghafal surat Al-Ikhlas, kelompok sebelahnya menghafal surat Al-Lahab. Sementara kelompoknya Simul sedang fokus menghafal surat Al-Fatihah.

Pengajian itu di pusatkan di rumah Bapak Suwardi, guru madrasah sekaligus guru ngaji, karena dusun Ngadipiro kidul belum punya Masjid. Pak Wardi biasa beliau di sebut begitu, di bantu oleh beberapa Pemuda-pemudi yang sudah hafal surat-surat pendek dan hafal bacaan Shalat.  

Satu persatu sebelah Simul sudah setoran hafalan surat Al-Fatihah dengan lancar, karena mereka sudah ikut ngaji beberapa kali. Saatnya Simul di panggil oleh pengajarnya :
"Simul, ayo Mul saiki giliranmu!" (Simul, ayo Mul sekarang giliranmu)........

"Kulo dereng saget mas" (saya belum bisa mas) jawab Simul gemeteran sambil nahan jangan sampai nangis malam itu.

"Ooo kowe nembe melu pisan iki yo" (ooo kamu baru ikut malam ini ya) .....tanya Mas pengajarnya.

"Nggih mas" (iya mas) ....jawab Simul masih gemeteran ......

Pengalaman pertama mengaji sungguh membuat Simul serba salah, dia menjadi pusat perhatian kelompoknya karena belum hafal Surat Al-Fatihah sama sekali. 

"Yowis, kowe tirokke aku yo !" (Ya sudah kamu ikutin saya ya) .....,"Bismillahirrahmaanirrahiim" .....

Tetap sambil gemetar dan sekujur tubuhnya panas dingin, tapi Simul tetap mengikuti apa yang di baca oleh pengajarnya ...

"Bismillaahirrahmaanirrahiim" .... Itulah lafadz pertama yang keluar dari mulut Simul saat mengaji pertama kali di saksikan tatapan mata teman-teman kelompok ngajinya .......

Bersambung .........

#Day3NovAISEIWritingChallenge

Hanya 100 Ribu Harga Suaramu di Pemilu

PEMILU Si Pembuat Pilu Tahun 2024 Indonesia menggelar Pemilu Pilpres dan Pileg. Ada yang menarik untuk dibahas dan dianalisis, yaitu fenomen...