Menulislah, karena menulis itu mengasah otak kita untuk berpikir dan berimajinasi.
BIM Berbagi

Jumat, 12 Maret 2021
Tragedi Selepas Subuh, Alur rejeki yang Unik
Kamis, 11 Maret 2021
Jatuh Cinta saat jumpa pertama
Rabu, 10 Maret 2021
Peristiwa Subuh
Menjual Diri
MENJUAL DIRI
“Pada dasarnya semua Manusia adalah seorang Penjual, apapun Profesinya”
Sepintas judul di atas berasumsi negatif. Mengingat selama ini di masyarakat kita, ketika berbicara menjual diri berarti melacur. Tetapi coba kita cermati lebih dalam dengan kalimat ini, bahwa menjual diri artinya menjual kemampuan diri kita untuk kemudian di bayar dengan nilai rupiah tertentu atau mendapat penghargaan tertentu.
Sebelum dipilihnya Uang sebagai alat tukar, jaman dahulu untuk mendapatkan barang atau produk harus melakukan tukar menukar barang atau lebih dikenal dengan istilah “Barter” dengan kesepakatan sesuai kebutuhan kedua belah pihak, contoh si A mempunyai beras dan butuh sarung untuk selimut, sementara si B mempunyai sarung dan butuh beras untuk makan, maka kedua belah pihak bisa melakukan barter dengan kesepakatan beras ditukar dengan sarung.
Seiring perkembangan zaman, ilmu dan technologi, maka di cetaklah uang sebagai alat untuk pembayaran, baik untuk membeli barang atau sebagai alat pembayaran upah atau gaji.
Zaman semakin berkembang, industri mulai bermunculan dimana-mana. Tenaga kerja mulai di butuhkan dan dihargai oleh pemilik perusahaan. Profesipun mulai mendapat pengakuan. Mulai dari Guru, Pengacara, Jaksa, Hakim, Pilot, Dokter, Artis, Atlet, dll. Bukan sekedar pengakuan tetapi tingkat penghargaan dan kesejahteraannya pun mulai di perhatikan dan diperhitungkan.
Dari sekian Profesi yang penulis sampaikan di atas seolah tak satupun yang melakukan transaksi penjualan. Benarkah ? Apakah hanya pedagang saja yang melakukan penjualan ?
Dan, kata menjual seolah-olah hanya di dominasi oleh para pedagang, Sales, Marketing, agen dan calo. Sebagai contoh Pedagang bakso menjual bakso semangkuk Rp. 10.000,-, Penjual Sepatu menjual sepasang sepatu Rp. 150.000,- dan seterusnya. Apakah benar menjual hanya dilakukan oleh para pedagang, sales dan marketing ? tentu saja tidak.
Profesi yang lain seperti Pekerja/Karyawan, Guru, Pengacara, Jaksa, Dokter, dll sebenarnya secara tidak langsung melakukan transaksi penjualan.
Mereka menjual kemampuan dan keahliannya kepada pihak lain untuk di bayar dengan sejumlah uang juga.
Contoh Karyawan menjual tenaga dan keahliannya kepada perusahaan untuk di bayar/digaji sesuai dengan peraturan perusahaan atau kesepakatan kedua belah pihak, Guru menjual kemampuannya untuk mengajar kepada para siswa untuk di bayar dengan Gaji bulanan oleh pemerintah atau yayasan, Dokter menjual sistem pengobatan dan sekaligus obatnya kepada para pasien, Pengacara menjual pembelaannya kepada kliennya, dan seterusnya.
Jadi pada dasarnya kita menjual kemampuan dan keahlian kita untuk mendapatkan bayaran tertentu.
Nah, mengingat bahwa setiap kita adalah penjual, maka sudah semestinya kita menggali kemampuan, keahlian, kegemaran, hobby, dan semua yang berkaitan dengan potensi kita untuk digali dan dijual untuk mendapatkan penghasilan, baik penghasilan utama atau penghasilan kedua, ketiga atau keempat.
Seharusnya setiap kita tidak membatasi diri dengan hanya menjual kemampuan tenaga kita untuk di bayar dengan sejumlah uang tertentu di perusahaan atau instansi tempat bekerja saja. Sangat di sayangkan ketika keahlian kita yang lain dibiarkan terkubur dalam-dalam begitu saja, sementara Alloh SWT memberikan keahlian itu untuk dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan diri kita, keluarga dan masyarakat.
Jika di cermati dan bahkan disurvey, sebagian dari kita saat ini mempunyai pekerjaan atau profesi yang tidak sesuai dengan cita-cita, latar belakang pendidikan dan bahkan potensi atau keahlian yang dimiliki sebelumnya.
Sebagian mungkin terpaksa menjadi dan menjalani pekerjaannya karena perjalanan hidup yang terus mengalir dan akhirnya harus memilih kondisi ini karena sebuah kebutuhan yang harus di penuhi meskipun terkadang tidak sesuai dengan keinginan, kenyamanan kerja atau bahkan tidak sesuai dengan hati nurani.
Saat ini mulai marak entrepreneur-enterpreneur muda yang sukses. Mereka mengawali usahanya saat mereka masih menjabat sebagai seorang karyawan, PNS atau pegawai lainnya. Biasanya usahanya dirintis karena gajinya atau honornya tidak mencukupi untuk kebutuhan hidupnya.
Pada awalnya hanya sebagai penghasilan tambahan saja, seiring dengan kemajuan usahanya bahkan akhirnya mereka harus memilih untuk tetap bekerja dengan melakukan usaha sampingan atau memutuskan untuk resign dari pekerjaan dan full time di usahanya.
Situasi inilah hal tersulit untuk menentukan pilihan, mengingat jika sebagai karyawan atau pegawai mempunyai gaji tetap dan jelas penghasilan perbulannya, sementara jika memilih full time usaha meski kadang mendapat penghasilan yang besar dan tak terduga, suatu saat harus bersiap dengan berkurangnya penghasilan karena menurunnya omset dan faktor –faktor lainnya.
Berani saja tidak cukup, karena berani juga butuh perhitungan. Tetapi terlalu banyak pertimbangan juga membuat kita tidak berani melangkah kemana-mana.
Sementara mereka yang siap dan berani nyemplung di samudera rejeki dengan perhitungan tentunya, maka Alloh SWT sudah siapkan rejeki itu ada dimana-mana. Tinggal bagaimana kita menggali dan mengeluarkan seluruh kemampuan, keahlian dan potensi kita untuk menjemput rejeki itu.
Masih ingatkah anda dengan testimony seorang remaja yang terbawa arus banjir karena menolong menyebrangkan sepeda motor dan akhirnya harus terbawa arus banjir beberapa waktu lalu ? (saat itu sering di tayangkan disalah satu Stasiun Televisi Nasional).b
Bahkan saat di wawancara dengan pertanyaan,
“ Apakah Anda bisa berenang ?” …….
Spontan dia menjawab : “Tidak bisa!”
Wartawan kembali bertanya, ” Lalu apa yang bisa membuat Anda bisa selamat ?"
Dengan lugu dia menjawab : “ Saat saya tenggelam, yang terpikir di benak saya hanya terus bergerak dan muncul ke permukaan air agar tetap hidup, dan akhirnya ada teman saya yang melemparkan kayu untuk pegangan saya”
(#Kejadian Nyata saat terjadi banjir bandang di Bekasi#)
Sekelumit kisah nyata diatas mungkin bisa kita jadikan renungan, bahwa selama kita terus bergerak, berusaha maksimal dengan kemampuan, keahlian dan potensi yang kita miliki serta senjata Do’a tentunya, Insya Alloh kita tidak akan tenggelam dalam arus samudera kehidupan ini.
Karena dengan pergerakan kita, Alloh SWT dan orang-orang di sekitar kita akan melihat pergerakan itu dan kayu penolong itupun akan datang menghampiri kita, karena sehebat apapun diri kita, Pasti kita memerlukan orang lain dalam setiap aktifitas dan usaha kita.
Penulis tidak bermaksud untuk memberikan arahan agar Anda keluar dari pekerjaan dan memulai usaha baru, tidak sama sekali, itu namanya bunuh diri.
Tetapi penulis mengajak untuk sama-sama kita menggali potensi apa yang ada dalam diri kita dan bisa kita jual untuk mendapatkan penghasilan meskipun Anda masih bekerja. Contoh sederhana, teman saya seorang Guru dan kebetulan istrinya juga seorang guru, di rumahnya membuka bimbel dan les privat waktunya sore sampai malam sepulang beliau mengajar di sekolah.
Awalnya hanya di rumahnya saja, kemudian sewa rumah di sebelahnya khusus untuk kegiatan bimbel dan privat, Alhamdulillah saat ini rumah tersebut sudah di belinya dan bimbelnya semakin maju.
Belajar berenang tidak bisa hanya dilakukan di dalam kelas, meskipun yang mengajar seorang pelatih nasional sekalipun, kalau tidak praktek ke kolam atau ke sungai, sampai kapanpun tidak akan bisa berenang.
Cara paling efektif dan cepat adalah datang ke kolam renang ajak pembimbing atau pemandu yang bisa mengarahkan cara berenang, nyemplung ke kolam dan bergerak untuk tidak tenggelam.
Begitu juga bisnis, tidak bisa hanya dengan teori dan perhitungan-perhitungan matematika, tetapi harus terjun langsung memulai usaha tersebut, tentunya dengan bimbingan orang yang sudah lebih dulu terjun ke dunia usaha tersebut dan berhasil.
Jangan mudah tergiur dengan janji-jani investasi yang untung besar cepat dan mudah, karena semua orang sukses dan orang besar di dunia ini sebelumnya telah melalui berbagai macam cobaan, ujian, kesakitan, kemiskinan, kebangkrutan dan kesulitan lainnya yang membuat mereka bangkit bergerak dengan seluruh daya upaya dan potensi dalam diri mereka untuk keluar dari kesulitan tersebut dan akhirnya berhasil dan sukses, semua melalui proses yang panjang.
Selamat menjual diri untuk menjemput rejeki !
Kang Mul Jozz
#Day2ChallengeReliKabTang
Rabu, 10 Februari 2021
DARAH MUDA
Kamis, 21 Januari 2021
MAMPIR NGOMBE ?
Kamis, 24 Desember 2020
DUITNYA DI DEPAN MATA
Tahukah Anda jika pedagang keliling yang kita jumpai setiap hari bahkan setiap sekian jam lewat di depan rumah atau kontrakan kita itu berpenghasilan minimal Rp. 100.000,-s/d Rp. 300.000,- bersih perhari dan bahkan bisa lebih lho !
Dan Jika Anda berminat menjadi pedagang keliling saya sarankan, jangan
mau seumur hidup jadi pedagang keliling, TAPI jadilah bosnya para pedagang
keliling. Caranya ?
Sekedar share saja dan mudah-mudahan ada yang terinspirasi dengan beberapa kisah berikut ini :
KISAH PERTAMA :
Saya setiap hari berdagang bakso keliling pake sepeda motor yang saya namakan TORGASO motor niaGA bakSO di Perumahan Gardenia 1 Citra Raya ( Silahkan Cek kesana jam 15.00 s/d 21.00 ) saya ada di dalam komplek perumahan itu.
Di situ saya ketemu dengan lebih dari 15 pedagang keliling ( Pedagang Gorengan, Siomay, Kue Puthu, Roti Sari roti, Roti Ayu, Roti inti Bakery, Bakso malang Cak Nur, Bakso Malang Mitra, Bakso Malang 3 jaya, Bakso Malang Amanah, Bakso Cuanki Bandung, Tokoyaki, Es krim Monas, Martabak Mini, Seblak Bandung, Tahu Bulat, Jasa penjahit vermak, dll ), termasuk Bakso SOPO NYONO Kang Mul Jozz punya saya dan pedagangnya juga saya sendiri ….hehehe.
Hampir semua pedagang-pedagang tersebut sudah saya kenal baik dan biasa ngobrol-ngobrol santai sambil menunggu pembeli datang. Ternyata hampir semua beromset Rp. 400.000,- s/d Rp. 600.00,- perhari, dengan modal belanja berkisar antara Rp. 200.000,- s/d Rp. 300.000,- setiap harinya. Dan silahkan hitung sendiri berapa untungnya !
KISAH KEDUA :
Ada 3 pedagang yang menarik perhatian saya :
1.
Pedagang
Somay Baraya,
2.
Pedagang
Bakso Malang Mitra, dan
3. Pedagang Bakso Malang Cak Nur.
1 pedagang somay Baraya cukup dekat dengan saya karena hampir tiap hari barter Somay – Bakso, 2 pedagang bakso Malang Mitra dan Cak Nur sering bertegur sapa dengan saya, meski kedua pedagang Bakso Malang tersebut masuk dalam kategori competitor mengingat sama-sama menjual Bakso, tapi hubungan kami cukup baik karena punya pelanggan masing-masing.
Yang menarik buat saya, ketiga pedagang tersebut bukan menjual dagangan
mereka sendiri, artinya mereka adalah karyawan atau anak buah bos-bos mereka
dengan perhitungan profit sharing yang berbeda-beda :
1.
Somay,
70% buat penjual, 30% buat bos,
2.
Bakso
Malang Mitra, 20% dri omset buat Penjual,
3. Bakso Malang Cak Nur, di hitung perbiji. Misal : dari Bos 800/bakso di jual 1000/bakso, dst
Dan yang menarik buat saya untuk di tiru adalah bos mereka, bukan penjualnya. Bos Somay punya 5 grobak dan 5 penjual, Bos Bakso Malang Mitra belum tahu punya berapa anak buah, sementara Bos Bakso Malang cak Nur punya 2 kios Bakso malang di Bitung dan Cikupa serta 8 grobak dorong dan 8 penjual tentunya.
Secara hitung-hitungan matematika bisa kita catat sendiri berapa penghasilan si Bos-bos ini, dengan mengacu pada perhitungan omset dan profit sharing mereka masing-masing.
Usaha ini kelihatannya sepele, tetapi jika mau di tekuni bukan tidak mungkin penghasilan pedagang-pedagang keliling yang notabene hanya penjual alias anak buah bisa berpenghasilan mengalahkan UMR saat ini, dan Bos-Bos mereka juga berpenghasilan yang setara dengan para manager dan bahkan direktur di Perusahaan-perusahaan, yang membedakan mungkin cara kerja dan gaya hidupnya.
Anda dan saya yang sudah menggeluti usaha konvensional atau yang mau
terjun ke usaha konvensional tinggal pilih, hanya mau jadi penjualnya saja,
atau berproses dan menetapkan Visi untuk menjadi Bos bagi para pedagang, Tapi
tentunya prosesnya tidak semudah hitung-hitungan di atas. Rasa malu harus di
buang jauh-jauh dari perasaan kita saat menjajakan dagangan kita, kodrat
sebagai seorang pedagang harus di terima saat proses hariannya seperti :
1.
Omset
pasti naik turun, tak mungkin sama perharinya, dan itu harus di sadari sebagai
seorang pedagang.
2.
Harus
sabar menghadapi para konsumen dan pelanggan yang berbeda-beda karakter dan
keinginan.
3.
Siap
bekerja dengan waktu yang lebih panjang dibanding dengan karyawan yang
rata-rata 8 jam perhari.
4. Buang jauh-jauh rasa malu saat berjualan dan bertemu dengan rekan-rekan lama, bahkan mungkin merekapun nggak berani jualan karena malu. Anda sudah punya nilai plus dalam hal ini.
Jangan pernah berpikir dan jangan pernah mau hanya jadi pedagang keliling sendirian, tapi lahirkan pedagang-pedagang baru yang menjadi karyawan kita.
“SESEORANG YANG BERPENGALAMAN BERTAHUN-TAHUN
DALAM BIDANG TERTENTU, AKAN BISA DI KALAHKAN OLEH
ORANG YANG PUNYA SEDIKIT PENGALAMAN DI BIDANG TERTENTU TERSEBUT
TAPI PUNYA KREATIFITAS
YANG TINGGI”
Hanya 100 Ribu Harga Suaramu di Pemilu
PEMILU Si Pembuat Pilu Tahun 2024 Indonesia menggelar Pemilu Pilpres dan Pileg. Ada yang menarik untuk dibahas dan dianalisis, yaitu fenomen...

-
Ini sebuah cerita fiksi yang menggambarkan tentang seseorang jika mau beralasan, maka apapun bisa jadi alasan, bahkan sesuatu y...
-
Cercu = Cerita Lucu Kang Parmin : "Mas, beberapa hari ini istri Mengeluh pusing, kenapa ...
-
U ntuk membiasakan anak laki-laki kita sholat di masjid cukup sederhana : 1. Ayahnya harus memberikan contoh dulu, setiap Sholat...