BIM Berbagi

BIM Berbagi

Jumat, 27 November 2020

KETETER

                     Foto edit amatiran

Jika menulis sudah menjadi hobby apalagi menjadi suatu prestasi, tentu pertanyaan Terus kapan nulisnya ?  Akan di jawab dengan mudah Ya kapan saja ! Bahkan jika suatu hari belum menulis yang seharusnya di tulis, akan merasa ada sesuatu yang kurang hari ini.

Itu jika memang kita sudah punya hobby menulis atau yang sudah merasakan adanya dampak positif dari menulis, maka menulis setiap hari adalah hal yang wajib di lakukan, apapun temanya. Karena setiap peristiwa bisa menjadi tema, sekecil apapun peristiwa itu.

Nah, bagaimana dengan yang belum sampai ke tahap itu ? Bukan hobby, hanya karena sebuah tuntutan pekerjaan, atau pendukung dari pekerjaan utamanya, misalnya seorang Guru. Apakah menulis menjadi pendukung pekerjaan sebagai Guru ?

Jawabannya Ya, karena Guru aktifitasnya mengajar dan belajar, mentransfer ilmu dan meng-upgrade serta meng-ubdate ilmunya. Dan aktifitas menulis itu menjadi hal wajib dalam lingkaran ini.

Bagaimana dengan yang profesinya bukan Guru ? Kerja kantor, kerja pabrik atau pedagang ? Yang tidak ada kaitannya dengan dunia penulisan ?

Untuk yang bukan Guru, maka hobby adalah alasan utama kenapa dia menulis, tentu dengan harapan tulisannya bermanfaat untuk banyak orang, lebih bagus lagi jika memang tulisan tersebut bisa diterbitkan menjadi sebuah buku dan menjadi kenangan tersendiri bagi penulisnya.

Sibuk kerja, banyak agenda dan aktifitas harian yang melelahkankan terkadang membuat kita menunda untuk menulis, padahal sekali kita menunda maka akan mengurangi semangat menulis itu sendiri.

Yuk, jangan tunda lagi menulisnya, seberapa banyak aktifitas kita setiap hari, luangkan waktu 15 sampai 30 menit untuk menulis, toh kita bisa balas-balasan Chat di Whatsapp bisa berulang kali dan kalau di total bisa berjam-jam, belum lagi di Facebook, Instagram, Twiter dan lain-lain.

Kenapa kita tidak fokuskan untuk menulis challenge-challenge yang sudah di sepakati ?
Ingat apa yang di sampaikan Om Jay "MENULISLAH setiap hari dan buktikan apa yang terjadi"   Kalimat yang sangat memotivasi.

Dan satu lagi apa yang di katakan salah satu penulis yang juga menginspirasi saya untuk tetap menulis, kalimat itu adalah : Biarkan tulisan itu menemukan takdirnya sendiri.


Salam Literasi

#Day24novAISEIWritingChallenge




KEMBALI


Adanya kita karena di ciptakan oleh dzat yang Maha Pencipta, Dialah Allah Subhanahu wata'ala, dzat yang Maha berkehendak. Adam adalah manusia pertama yang di ciptakan-Nya, yang di utus untuk menjadi Khalifah atau pemimpin di muka bumi ini.

Kesadaran kita mengenai maksud di ciptakan-Nya manusia menjadi sangat penting, karena kesadaran itulah yang bisa membuat kita kembali ke jalan yang sudah Allah tunjukkan melalui kitab-Nya yang telah di bawa oleh para Nabi utusan Allah Subhanahu wata'ala.

Kita bisa di lahirkan dari keluarga yang berbeda-beda, baik adat istiadat, kebudayaan, suku bahkan agama. Tetapi saat kita mencari kebenaran yang sesungguhnya apa maksud dan tujuan Allah menciptakan kita berikut kewajiban-kewajiban kita sebagai hamba-Nya, niscaya jalan kebenaran itu akan kita temukan.

Saat pencarian kebenaran Firman Allah Subhanahu wata'ala tersebut, terkadang kita menemukan banyak pertanyaan dalam benak kita, dan sebenarnya jawabannya sudah tersedia semua dalam Kitab yang di turunkan-Nya.

Dalam Islam, Rasulullah Muhammad Sholallahu 'alaihi wassalam sudah mewariskan 2 hal, yang jika kita berpegang teguh kepada keduanya kita akan selamat di dunia dan akherat. 2 hal tersebut adalah Al-Qur'an dan Hadits.

Hanya saja kita sering lalai mengkaji kedua warisan Rasulullah tersebut sehingga kita sering tersesat dalam menjalani kehidupan ini.

Istilah malu bertanya sesat di jalan ternyata sangat berlaku dalam menyikapi hal ini, kita mesti banyak bertanya kepada ahli ilmu Agama , sehingga tidak tersesat dalam mengarungi kehidupan ini, karena ujung dari kehidupan ini adalah kehidupan yang kekal dan abadi di Akherat.

#Day23novASISEIWritingChallenge


Kamis, 26 November 2020

UANG JAJAN RAHASIA

              Foto Afnan saat TK

Nostalgia saat mas Afnan TK.

Mas Afnan sdh TK, dan nggak bawa uang jajan. Tapi sy kadang2 selipkan uang jajan di tasnya. 
Esoknya dia bilang :" Bi, kemarin ngasih uang di tas ya ?"

Beberapa hari sy selipkan uang jajan di tasnya, dan satu ketika sy tidak ksh uang jajan, pas dia buka tas, nggak ada uang.

Besoknya dia nanya :"Abi nggak ksh uang di tas ya ?"

Nah saat itulah saya memberikan PELAJARAN PENTING dalam hidupnya.

"Mas Afnan harus bisa menerima apapun yg terjadi, ikhlas ya, kalau pas ada uang di tas, berarti abi lagi ada uang dan mau ksh mas, tapi kalau tas kosong berarti abi lagi nggak ada uang buat mas, jadi mas harus ngerti ya !" Kata saya

Setelah itu, Alhamdulillah ada uang dia jajan, nggak ada uang di tas ya biasa saja nggak nanya apalagi protes.

Mengajari anak juga harus dg simulasi, itulah yang biasa kami lakukan kepada anak-anak kami. Alhamdulillah dengan cara itu mereka ikut berpikir bagaimana kondisi orang tua, jadi tidak ada lagi kata "pokoke, pokoke harus ada", tetapi bisa menyadari sedang dalam kondisi apa orang tua.

Sekarang mas Afnan sudah kelas 2 SD, sudah jago jualan mainan buatan dia sendiri, kreasi dari kertas, di buat pesawat-pesawatan, suricen (senjata berbentuk bintang ala ninja) dan lain-lain dan di jual ke teman-temannya. Maklum anak Melankolis cocok jadi Pengusaha,semoga.

Salam literasi .

#Day22novAISEIWritingChallenge

Selasa, 24 November 2020

BERKAH AL-QUR'AN SAAT WABAH (part 2)

                   Foto Saat Belajar Iqro

Seiring berjalannya waktu, saya terbentur dengan aktifitas menjemput nafkah dengan berjualan bakso di depan toko mainan anak-anak Holly 88 milik koh Engkian, yang buka sore hari dan tutup tengah malam. Aktifitas ini telah menghentikan kegiatan saya ngaji bersama Bapak-bapak.

Cukup lama saya meninggalkan pengajian Bapak-bapak tersebut, hampir 2 tahun saya tidak aktif di pengajian itu, ada yang hilang rasanya meninggalkan aktifitas pengajian itu, rasa sedih, rasa gundah dan ada pertanyaan yang mengiang-ngiang di telinga saya :
"Apakah kamu ridho meninggalkan pengajian belajar membaca Al-Qur'an yang sudah kamu rintis ?"......pertanyaan itu selalu menghantui dalam hati.

Padahal tugas itu belum tuntas, meski sudah ada pak Tri Wahono yang sudah mumpuni mengajar karena beliau telah lulus buku Utsmani dan telah wisuda, namun beliau butuh tandem, butuh pengajar-pengajar yang lain yang membimbing peserta baru.

Sampai akhirnya terjadi penyebaran wabah Covid 19 di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia, hal ini merusak seluruh sendi kehidupan manusia di seluruh dunia, dan hal paling terkena dampaknya adalah sektor ekonomi.

Wabah ini juga telah menyerang kondisi perekonomian keluarga saya, usaha saya kantin di sekolah tutup total karena sekolah juga tutup, usaha Bakso saya juga terdampak dan akhirnya harus saya tutup menjelang bulan Ramadhan.

Kedua anak saya yang di pesantren juga ikut di pulangkan, sehingga di rumah kontrakan 2 kamar tidur itu dihuni 6 jiwa. 1 kamar buat tidur 2 anak saya yg pertama dan kedua, 1 kamar lagi untuk 4 orang, saya, istri dan kedua anak saya yang ketiga dan keempat.

Kondisi ini justru menambah kedekatan kami sekeluarga, yang biasanya buka puasa kami hanya berempat, karena yang 2 di pesantren, kali ini personil lengkap. Setiap buka puasa dan sahur kami berenam. Di tambah lagi saat itu sedang di terapkan PSBB (Pembatasan Sosial Besar-besaran) atau karantina mandiri skala Kabupaten.

Tapi kondisi ini juga membuat kepala saya pusing tujuh keliling karena logistik atau sembako di rumah harus ada stock yang mencukupi untuk keenam personil keluarga kecil kami.

Beruntung waktu itu ada bantuan dari berbagai instansi dan perorangan yang ikut membantu program pemerintah dengan bantuan beras dan sembako setiap bulan selama kurang lebih 3 bulan. 

Sebenarnya malu menerima bantuan itu. Mestinya membantu saat kondisi Pandemi seperti ini, namun apa hendak di kata, semua usaha/bisnis berhenti tiba-tiba.

Dalam kegamangan suasana Pandemi yang makin menggila, mertua di kampung menelpon dan minta kami sekeluarga untuk balik dulu saja ke kampung.

"Udah pulang dulu aja, nggak usah khawatir di kampung mah, aman beras banyak lagi pula Mul kan mau kerja apa aja, nanti di sini bisa ngerjain apa aja" kata Emak mertua saya di ujung HP saat telponan sama istri saya.

"Iya mak, nanti bilang sama Mas Mul" jawab istri yang langsung mendiskusikan tawaran ini dengan saya.

"Gimana bi, kita pulang aja nich ke Lampung?" Istri saya mencoba merayu mengajak ke Lampung.

"Entar dulu ya mi, kita mesti pikirkan, soalnya ini pasti lama, apalagi kita ber enam, nggak enak numpang hidup sama orangtua"  saya mencoba berpikir realistis.

" iya tapi kita mau usaha apa ?" Istri saya mulai ragu dengan keadaan yang ada.

"Ya nanti Abi cari info pekerjaan kalau ada" jawab saya mencoba meyakinkan istri agar tetap sabar,

Di hari menjelang pulang ke Lampung, yang akhirnya menjadi keputusan kami karena tak kunjung ada kepastian pekerjaan atau usaha baru, tiba-tiba seorang teman kirim WA ke saya.

"Pak Mul bisa gabung di proyek saya pak, ngawasin yang kerja aja, tapi gaji harian, bisa nggak ?"  begitu WA yang di kirim teman saya yang sudah jadi kontraktor, pak Maksum namanya.

"Insya Allah siap pak" Jawab saya di WA.

Akhirnya kami nggak jadi pulang ke Lampung, saya sudah dapat pekerjaan baru untuk tetap bertahan di Tangerang.

Uang tiket atau ongkos yang di transfer Kakak saya (Mas Giman), tadinya mau saya kembalikan karena nggak jadi pulang, akhirnya saya minta ijin ke Kakak untuk jadi modal jualan sayuran sistem delivery order.

Jadi selain kerja jadi mandor proyek, pagi sebelum berangkat kerja, saya mengantar pesanan sayuran dulu ke pelanggan.

Sebelum Maghrib saya sudah sampai di rumah, jadi masih ada kesempatan untuk ngajar Iqro bapak-bapak. Dan kebetulan ada 6 peserta baru yang siap ngaji dari Iqro jilid 1.

Alhamdulillah, akhirnya bisa ngaji lagi sama Bapak-bapak, seminggu jadwal 3 kali, Senin malam, Rabu malam dan Kamis malam. Pengajian di mulai ba'da isya sekitar jam 19.45 sampai dengan 21.00 WIB.

Antusiasme pak Roni (Ketua RW), Pak Doel, Pak Darmin, Pak Arif, Pak Yudi dan Pak Dhani saat mengaji menambah semangat saya juga untuk mengajar. Jika ada salah satu peserta pengajian yang tidak hadir, pak Roni langsung japri menanyakan mengapa belum hadir.

Saat lagi semangat-semangatnya mengaji, ada saja hal yang sedikit mengganggu aktifitas ini. Rumah kontrakan jatuh tempo pembayaran, jumlahnya cukup lumayan Rp. 15 juta untuk setahun dan uang yang ada baru ada Rp. 4 juta.

Tadinya saya mau pindah rumah kontrakan saja yang bayar bulanan, namun karena beberapa pertimbangan, salah satunya masukan istri saya untuk bertahan dan nego bayar dulu aja setengah tahun.

Saya coba nego ke yang punya rumah dan di setujui, tapi harga di naikan jadi Rp. 8 juta untuk setengah tahun.

Waktu tinggal 4 hari lagi untuk pembayaran rumah, dana yang ada masih kurang Rp. 4 juta lagi. Banyak sebenarnya teman-teman yang bisa di mintain tolong untuk di pinjemin, tapi rasanya malu mau pinjem.

Saat pengajian pak RW sempat nanya :
"Gimana soal rumah pak Mul ?” tanya beliau.

"Sudah saya nego pak, bisa setengah tahun dulu tapi harga jadi Rp. 8 juta, saya baru ada Rp. 4 juta, sisanya nanti nyari lagi" jawab saya menjelaskan kondisi terkini.
"Biasanya injury time ada pertolongan Allah pak" tambah saya.

"Ya sudah gini aja, sisanya yang Rp. 4 juta saya yang nalangin dulu, nanti pak Mul bisa mulai nyicil bulan Januari atau Februari tahun depan" suara pak RW memecah keheningan di sela-sela obrolan itu.

"Masya Allah, beneran Pak RW" tanya saya setengah tidak percaya.

"Bener pak, nanti WA aja nomor rekening Pak Mul ya" pinta pak RW.

"Siap pak RW" jawab saya mantap.

Rejeki yang tidak di duga-duga datangnya darimana saja bisa lantaran siapa saja, rasa syukur kami panjatkan atas kemudahan ini.

Tidak sampai di sini, setelah beberapa hari saya bayarkan uang Rp. 8 juta ke pemilik rumah, aktifitas normal kembali, bekerja, dan mengaji sepekan 3 kali.

Saat pengajian berikutnya tiba-tiba Pak RW bilang lagi : "Begini pak Mul, uang yang Rp. 4 juta talangan dari saya itu nggak usah di bayar lagi, Bapak-bapak pengajian sepakat membayar patungan utang Pak Mul"  begitu kira-kira penjelasan pak RW.

Saya bengong tak percaya dengan apa yang di katakan pak RW, "beneran ini pak ?" Tanya saya.

"Bener Pak Mul, ini kesepakatan Bapak-bapak pengajian" Pak RW meyakinkan saya.

”Masya Allah Tabarakallah, terima kasih ya Allah, terima kasih Bapak-bapak semua, semoga Allah selalu memberikan rahmat-NYA kepada kita semua" do'a saya untuk semua jama'ah Pengajian.

Begitulah sekelumit kisah nyata yang saya alami di tengah Pandemi, bukti Keberkahan mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an. Semoga bisa menjadi semangat kita semua untuk selalu berdekatan dengan Al-Qur'an.

#Day21novAISEIWritingChallenge








Senin, 23 November 2020

TANTANGAN TEMA BESAR

Ternyata konsisten dengan tujuan itu butuh perjuangan, butuh kesabaran melakukan rutinitas yang terkesan itu-itu saja, bisa di bilang ma'af membosankan kata anak sekarang.

Tapi dari sekian ketidak enakan itu suatu ketika akan merasakan hal yang luar biasa jika bisa sampai di tujuan tersebut.

Seperti yang di rasakan oleh para pendaki gunung, saat perjalanan menuju puncak sangat melelahkan, bahkan terkadang sampai terjatuh karena tersandung akar pohon atau batu.

Namun saat mencapai puncak, rasa lelah itu akan hilang dengan melihat pemandangan indah dari atas puncak gunung.

Begitupun dengan tujuan kita meraih impian, sangat melelahkan, bahkan terkadang agak sedikit gila karena melakukan sesuatu yang tidak lazim di kerjakan oleh orang kebanyakan.

Coba kita flashback sebentar dengan apa yang kita kerjakan, menulis challenge setiap hari, yang sebelumnya belum pernah kita lakukan, dan aktifitas ini pasti merubah atau menambah agenda harian kita. 

Yang memakai laptop, di depan laptop makin lama dan terkadang bengong sendirian mau nulis apa mikir dulu, yang memakai HP, pencat pencet HP begitu bersemangat demi menyelesaikan challenge, sampai di tanya anaknya pas lagi Daring nggak conect.....betul tidak ? ......hehehe......baru nyadar ya .....

Ada harapan yang tersirat dan tersurat dalam aktifitas kita selama ini, berharap bisa menjadi penulis terkenal atau setidaknya karya-karya kita terpampang di toko buku Gramedia atau toko-toko buku besar lainnya, Gunung agung misalnya, eh .....Gunung agung masih ada nggak sich ?

Atau kalau jaman sekarang terpromo di online shop yang jumlahnya makin banyak. 

Menuju ke sana tentu butuh perjuangan seperti halnya perjuanga naik ke puncak gunung. Dan AISEI memfasilitasi para Pemimpi menjadi penulis hebat  seperti di bukunya bu Aam Nurhasanah, S.Pd untuk sampai ke tujuan itu.

Kembali ke tujuan saat kita berpaling adalah jalan terbaik untuk cepat mencapai tujuan tersebut. Tulisan inipun kembali mengingatkan saya untuk kembali ke tema besar dan tujuan saya menulis untuk apa.

"Lakukan sesuatu yang tidak dilakukan orang lain, maka kita akan mendapatkan sesuatu yang tidak di dapatkan oleh orang lain"


Yuk Kembali ke Tema besar !

#Day20novAISEIWritingChallenge



Minggu, 22 November 2020

SILATURAHIM MEMBAWA REJEKI

                   Logo hasil karya Bang Indra
               GERATIS idenya Pak D Susanto
                 KEBAB Idenya Kang Mul Jozz

Hari ini sudah nulis cukup panjang, tapi endingnya belum ketemu, akhirnya gagal di posting, saya pikir buat besok lagi aja tiggal di lengkapi untuk challenge berikutnya, jadi punya deposit tulisan di draft Blog.

Logo di atas secara tak langsung memberikan semangat untuk saya saat lagi malas menulis. Lihat aja tulisannya dan baca kepanjangannya.
GERATIS KEBAB = GErakan liteRAsi Tanpa Iming-iming Sesuatu, dapatkan KEpuasan Batin dan Bahagianya.

Hari ini saya hanya mau menulis sedikit saja yang judulnya sangat familiar di telinga kita "Silaturahim membawa rejeki" , dan hari ini saya membuktikan kalimat itu :
1. Pagi saat jalan-jalan pagi bersama istri dan si bungsu, mampir ke rumah mas Susilo, dapat suguhan kopi dan pulangnya si bungsu di bawain kue-kue dan permen.
2. Sore ke Sekolah Alam Tangerang Mekarbakti bertemu sama Pak Haji Ika salah satu pendiri sekolahan untuk diskusi soal PSB, dapat suguhan jeruk dan apel, pulangnya di bawain kue kering 1 box.
3. Ba'da Maghrib ke rumah Pak Nana untuk keperluan pondok ngaji Irsyadul Idad, dapat suguhan kue dan pulangnya di bawain sebungkus lauk Cumi karena katanya masaknya kebanyakan.
4. Dari tempat pak Nana mampir ke teman lama istri karena lama tak bersua, dan kebetulan suaminya seorang guru ngaji dan pemimpin tahlilan baru pulang selametan/tahlilan bawa kue-kue 2 box besar. Dan saat kami pulang yang satu boxnya di bawain kami buat buah tangan. Belum lagi bibit bunga yang menjadi kesukaan istri saya juga di bawain untuk di tanam di rumah.

Kalimat "silaturahim membawa rejeki" yang berasal dari hadits Rasulullah itu benar adanya, karena saya sudah membuktikannya berkali-kali termasuk hari ini. 

Dan ternyata, rejeki itu macam ragamnya banyak tidak hanya soal makanan yang kita dapatkan, tapi bisa berupa peluang kerja, peluang usaha dan lain sebagainya.

Salam Literasi ......

#Day19novAISEIWritingChallenge

Sabtu, 21 November 2020

BERKAH AL-QUR'AN DI SAAT WABAH (part 1)


Bismillahirrahmanirrahim, 
Semoga apa yang akan saya ceritakan ini bisa bermanfaat untuk kita dan anak cucu kita.

Saya tidak akan bercerita tentang ibu-ibu yang ada di foto ini, tetapi saya akan ceritakan kisah yang saya alami sendiri, yang saya rasakan sendiri, bagaimana keberkahan Al-Qur'an membersamai kehidupan kami.

Saya, Mulyono bin Narno Jickyn yang biasa di sebut Kang Mul Jozz (KMJ) menceritakan ini untuk di ambil hikmah dan ibrohnya bukan bermaksud untuk menunjukkan ini loh saya sudah mengajarkan Al-Qur'an, bukan sama sekali. "Ya Allah jauhkan hamba dari penyakit hati, riya', ujub dan yang lainnya".

Ilmu saya sangat dangkal tentang Al-Qur'an, siapalah saya, saya hanya bisa mengajar Abatatsa dan sedikit Makhorijul huruf yang belum pas pengucapannya. 

Tapi saya semangat memberantas buta huruf Al-Qur’an semampu saya, sedih rasanya jika melihat teman, tetangga atau saudara yang umurnya di atas 40 tahun dan belum bisa membaca Al-Qur'an.

Sangat banyak orang-orang yang mengabdikan dirinya demi mengajarkan Al-Qur'an kepada masyarakat, ada yang lewat TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an), ada yang lewat Ma'had, Pesantren, Sekolahan, Pengajian dan ada juga yang perorangan, saya termasuk yang mengajar non formal dan langsung kepada Bapak-bapak tetangga rumah menggunakan buku Iqro.

Kisah ini berawal dari seorang teman yang tiba-tiba bilang ke saya selepas sholat Maghrib di Masjid Al-Fatih (Sekolah Islam Terpadu Al-Fatih Gardenia Citra Raya), Tangerang.

"Pak Mul, tolong cek bacaan Qur'an saya ya, 2 atau 3 ayat bacaan saya seperti apa !" Pinta Uda Eka, tetangga sekaligus sahabat saya dari Padang.

"Siap Uda" jawab saya singkat sambil mengambil mushaf Al-Qur'an yang tersusun rapi di atas meja belajar masjid Al-Fatih.

Bacaan di mulai, ayat pertama di baca, kedua di baca dan saat mau membaca ayat ke 3 saya stop, 

"Stop Uda cukup"  saya stop bacaan Uda Eka waktu itu yang di baca saya lupa surat apa ayat berapa.

"Kapan Uda terakhir baca Al-Qur'an ?" Tanya saya penasaran.

"Waduh sudah lama sekali Pak Mul, saya lupa. Kalau pas puasa juga jarang-jarang baca saya, tapi belajarnya sudah lama sekali saat saya STM di Padang, kurang lebih 20 tahunan yang lalu lah" jawab Uda Eka menjelaskan.

"Astaghfirullah" Istighfar spontan keluar dari mulut saya.
"Pantesan Uda banyak yang salah bacaannya" saya mencoba hati-hati menjelaskan ke Uda khawatir beliau tersinggung.

"Kenapa Pak, banyak yang salah ya ?" Tanya Uda juga penasaran dengan bacaan Qur'annya.

"Iya Uda, ma’af ya Makhorijul huruf, harokat dan hukum nun matinya masih banyak yang salah, perlu di perbaiki lagi" ungkap saya menjawab penasaran Uda Eka.

"Bisa nggak setiap ba'da Maghrib  belajar sama pak Mul ?" Uda Eka meminta ke saya.

"Insya Allah Uda, sekalian ajak temen-temen yang lain aja da biar ramean ngajinya"  pinta saya balik untuk sekalian membuka pengajian Iqro, atau simak bacaan Al-Qur'an sesuai kemampuan masing-masing.

Gayung bersambut, sejak saat itulah mulai ada Bapak-bapak yang mulai mengaji di Masjid dengan di bimbing oleh Pak Tri Wahono, saya, pak Taufiq dan Pak Amat.

Pengajian di bagi beberapa kelompok sesuai kemampuan jama'ah masing-masing, ada yang sudah Al-Qur'an di bimbing pak Tri, Iqro 3 ke atas di bimbing Pak Taufiq dan Pak Amat. Sedangkan saya specialis Iqro 1 dan Makhorijul huruf.

Setelah pengajian berjalan beberapa bulan, Alhamdulillah mulai ada kemajuan, beberapa peserta seperti Uda Eka, Pak Eka, Pak Tampana, Pak Sugiyo, Pakde Hadirin dan Pak Buyung mulai ada kemajuan dan sudah bergabung di kelompok Al-Qur'an dan perbaikan Tahsin yang di bimbing pak Tri Wahono.

Bersambung di Part 2 ..........

#Day18novAISEIWritingChallenge


Hanya 100 Ribu Harga Suaramu di Pemilu

PEMILU Si Pembuat Pilu Tahun 2024 Indonesia menggelar Pemilu Pilpres dan Pileg. Ada yang menarik untuk dibahas dan dianalisis, yaitu fenomen...